Senin, 02 Februari 2009

Taubat Yang Maqbulah

TAUBAT YANG DITERIMA
Fatma Yulia
Hakikat Taubat
Hidup suci dalam Islam bisa diraih oleh siapa saja. Kesucian hidup, bukanlah hak istimewa seseorang. Jalan tersebut terbuka bagi siapa saja, tidak hanya milik para ulama. Bahkan orang jahat sekalipun, ia bisa menapak cara hidup suci, asal dia bersedia untuk bertaubat dan bersungguh-sungguh. Bagi Allah, kesalehan bukan karena sama sekali tidak berbuat dosa, akan tetapi orang yang saleh adalah orang yang setiap kali berbuat dosa dia menyesali dan selanjutnya tak mengulangi perbuatan tadi. Pepatah Arab menegaskan : ‘alamatul insan al-khata’I wa nisyaan (tanda tanda seorang manusia itu adalah selalu lupa dan berbuat kesalahan). Makna pepatah tersebut bukan berarti manusia dibiarkan untuk selalu berbuat salah dan dosa, akan tetapi kesalahan pada diri manusia harus ditebus dengan taubat, penyesalan dan penghentian atas perbuatan tersebut. Rasulullah sendiri juga menyatakan bahwa : “ Setiap anak Adam adalah sering berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi).
Taubat yang sungguh-sungguh di sisi Allah adalah pembersihan diri yang sangat dicintai. Dalam Islam, pertaubatan bukan melalui orang lain, sebut saja orang saleh, tetapi dari diri sendiri secara langsung kepada Allah. Apalagi, Islam tidak mengenal penebusan dosa dengan sejumlah uang. Islam sungguh sangat berbeda dengan cara-cara pertaubatan dibanding agama-agama lain. Islam memandang, pertaubatan adalah persoalan yang sangat personal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dan, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan yang bisa di dekati sedekat mungkin, bukan Tuhan yang berada di atas langit yang tidak dapat dijangkau. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat, semoga Tuhanmu akan menghapuskan dari kamu akibat kejahatan perbuatan-perbuatanmu dan akan memasukkan kamu ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.” (QS. 65:8). Islam tidak menganggap taubat sebagai langkah terlambat kapanpun kesadaran itu muncul. Hisab (perhitungan) akan amal-amal jelek kita di mata Allah akan terhapus dengan taubat kita. Sabda Rasulullah SAW: “ Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima taubat dan memaafkannya.”(HR. Muslim).

Taubat Nasuha
Ibnu Jarir, Ibnu Katsir dan Ibnu Qayyim menyebutkan dari Umar, Ibnu Mas'ud serta Ubay bin Ka'b r.a. bahwa pengertian taubat nasuha: adalah seseorang yang bertaubat dari dosanya dan ia tidak melakukan dosa itu lagi, Dalam memperbaiki kesalahan dan membersihkan diri dari dosa, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu hak Allah dan hak bani Adam. Apabila kesalahan atau dosa berhubungan dengan hak Allah, maka ada tiga langkah dalam mengupayakan taubat nasuha ini yaitu: Pertama, kita harus belajar menyesali perbuatan kita. Tidak tergolong orang yang bertaubat jika merasa bangga dengan kejahatan masa lalunya. Jangan sampai kita berpikir untuk mengulanginya lagi. Kita harus berpikir, melakukan muhasabah (introspeksi) mengapa hidup ini harus disia-siakan? Mengapa mata ini berlumur dosa? Mengapa tubuh saya bergelimang maksiat? Rasa sakit, perih penyesalan, itulah tanda-tanda kualitas taubat. Kedua, secara eksplisit kita memohon ampunan. Bisa misalnya dengan doa Robbanaa dzalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa wa tarhamna lanakuunannaa minal khoosiriin. (Ya Allah, saya sudah zalim pada diri ini. Kalau Engkau tidak ampuni, maka celakalah saya). Taubat juga harus disertai dengan cara eksplisit yaitu doa taubat seperti Nabi Yunus laa ilaaha illaa anta, subhaanaka innii kuntu minazhzhaalimiin. Berdoa memohon ampunan Allah bisa menggunakan bahasa apa saja asalkan tulus. Ketiga, adalah keinginan untuk tidak mengulangi perbuatan dosa lagi bukan hanya tidak mengulanginya lagi, niat untuk mengulanginya juga harus tidak ada. Jangan sampai kita bertaubat, tapi kita juga punya rencana untuk mengulanginya lagi.
Rasulullah Saw, menyatakan bahwa salah satu komponen kesempurnaan taubat adalah melanjutkannya dengan berbuat kebaikan. Kalau dulu kita pernah mengambil uang secara kurang halal, selain kita harus membersihkan diri, kita juga harus mengembalikannya pada yang berhak dan memperbanyak shadaqah. Dan apabila kesalahan itu berhubungan dengan bani Adam, maka syarat taubat bertambah satu yaitu harus menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan meminta maaf atau kehalalan dari perbuatannya atau mengembalikan hak yang harus dikembalikan. Kalau kita pernah menyakiti seseorang, selain kita perlu minta maaf, perbanyaklah menolong orang, doakan kebaikan, dan hati-hatilah agar tidak menyakiti lagi.
Rasulullah SAW, bersabda : “ orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa. Dan orang yang minta ampunan dari dosanya sedangkan dirinya tetap mengerjakan dosa, seperti orang yang mempermainkan Tuhannya” ( HR. Baihaqi). Rasulullah menjadikan amalan zikir sebagai salah satu sarana dalam bertaubat setiap hari. Beliau beristighfar meskipun beliau adalah ma’shum. Karena melalui istighfar, Nabi ,memohon ampun dan mengungkapkan kerendahan hati yang sangat dalam di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Anjuran untuk bertaubat dalam bentuk zikir Rasulullah menerangkan “ Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, maka sesungguhnya aku bertaubat dan beristighfar tiap hari 100 kali.” (HR. Muslim). Seburuk-buruk dosa adalah justru orang yang tidak mau bertaubat. Kalau ada seorang yang menjerit dalam hati memohon ampunan kepada Allah, berderai air mata, karena dia berlumur dosa, jangan kita remehkan, siapa tahu taubatnya itu selain diampuni, juga menghabiskan dosa-dosanya yang lain.

Ciri-Ciri Taubat Yang Diterima
Seseorang dapat kita ketahui apakah taubatnya diterima, ciri-cirinya adalah terjadinya perubahan pada diri seseorang setelah dia bertaubat. Orang tersebut berubah menjadi semakin baik, dia mendapatkan taufik dari Allah SWT. Orang tersebut menjadi senang mencari ilmu. Kalau orang taubatnya bagus, dia akan makin senang ke agama. Dia akan lebih sering menghadiri majelis taklim, memutar kaset dan menyetel radio untuk menumbuhkan ruh Islamnya, atau melihat acara TV yang dapat menambah kualitas ilmunya. Ciri lainnya,orang tersebut makin senang berbuat kebaikan. Shalatnya jadi makin bagus, makin tepat waktu, senang berjamaah, sedekahnya kian melimpah. "Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami kepada mereka" (QS. 29:69). Dan orang yang sungguh-sungguh kepada Allah, maka Allah lebih bersungguh-sungguh lagi menunjukkan jalan-Nya. Orang yang taubatnya bagus, maka akhlaknya pun akan makin bagus, dermawan, tampak ada peningkatan berarti. Kita disuruh untuk bersegera memohon ampunan dan memperbanyak istigfar pada Allah SWT atas dosa yang telah kita lakukan, karena orang yang banyak istighfar itu batinnya akan lebih tenteram, akan selalu ada jalan keluar bagi segala permasalahan yang dihadapinya dan Allah akan mewariskan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Makin banyak kita bertaubat, Insya Allah kita akan makin siap untuk berpulang pada-Nya.
Waktu-waktu yang dianjurkan sangat baik untuk bertaubat adalah sepertiga malam menjelang subuh, menjelang magrib dari asar, saat ibadah haji, atau saat bulan Ramadan. Beristigfarlah terus, baik sambil berjalan, duduk, bahkan sambil berbaring Yang terpenting adalah, kita tidak boleh merencanakannya. Karena kalau sudah direncanakan, tidak termasuk taubat. Sebab merencanakan taubat berarti merencanakan berbuat dosa sebelumnya.
Sudah saatnya kita banyak bertaubat. Mulailah kita membuat daftar dosa kita kepada Allah, kepada orang tua, pada tetangga, dan lain sebagainya. Lalu kita terus memohon ampunan atas semua dosa-dosa kita itu. Dan lakukanlah hal tersebut terus-menerus agar kita selalu siap jika sewaktu- waktu dipanggil menghadap Allah SWt. Orang yang ahli istigfar seperti sebingkai cermin. Cermin, jika dibersihkan terus-menerus akan mengkilap. Makin bersih diri kita, insya Allah kita akan menjadi suri teladan bagi orang yang meniru kita dan Insya Allah ganjarannya pun adalah untuk kita sendiri juga.
Wallahu ‘alam bisshawab

0 Responses to “Taubat Yang Maqbulah”

Posting Komentar