Minggu, 14 Maret 2010

Ibadurrahman (عباد الرحمن)

‘Ibaadurrahman

Makna ‘Ibadurrahman
Dalam surat Al- Furqan Allah menjelaskan tentang hamba-hambanya yang tergolong dalam ‘ibaadurrahman yang memiliki sifat-sifat khusus baik di dunia dan di akhirat, mereka ini memperoleh keutamaan diantara hamba-hamba yang lain. Makna ibaadurrahman berasal dari dua kalimat yaitu ‘ibaad dan Rahmaan. ‘Ibaad menurut sebahagian mufassirin bentuk jamak dari ‘’aabid (orang yang beribadah). Menurut ijma’ makna ‘ibadaa yaitu melakukan perbuatan yang diridhoi Allah terutama yang berhubungan dengan ibadah (‘ubuudiyyah) dan ibadah yang dilakukan adalah ibadah yang diridhoi Allah. Raghib al- Asfihaani menjelaskan makna ibadah adalah menyatakan tunduk dan patuh , ibadah merupakan sarana yang menyampaikan ke arah untuk tunduk dan patuh pada Allah. Pendapat lain mengatakan ibadah yaitu melakukan sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang dilarang karena mengharap pahala dan melepaskan diri dari siksa demikian juga peribadatan itu adalah melakukan perbuatan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang tidak hanya itu saja namun ditambah dengan perasaan ihsaan kepada Allah SWT.
Ibn ‘Asyuraa’ menjelaskan ada empat makna dari ‘Ibaadurrahman yaitu: pertama, senantiasa melakukan kesempurnaan dalam agama yaitu memulai dengan melakukan apa yang Allah perintahkan, kedua, mengosongkan pribadinya dari hal-hal yang menjurus kepada kesesatan dengan menghindari diri dari perbuatan syirik, ketiga, senantiasa memiliki kepribadian yang istiqomah dalam menjalankan seluruh syari’at agama, keempat, senantiasa mencari kelebihan dan kesempurnaan dari keadaan yang baik dalam kehidupan ini. Sedangkan makna Rahman adalah kasih sayang yang merupakan sifat Allah yang Maha Mulia yang dilekatkan dengan kalimat hamba-hamba. Ungkapan ‘Ibaadurrahman berarti hamba-hamba yang memperoleh kasih sayang Allah karena sifat-sifat dan perbuatan yang mereka lakukan.

Orang-orang yang tergolong ‘Ibaadurrahman
Allah menjelaskan tentang sifat dan karakteristik orang-orang-orang yang tergolong ‘Ibadurrahman yang tertera dalam surat Al-Furqan ayat 63-74:
Pertama , orang yang berhak disebut ‘ibadurrahman adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi ini dengan sikap sopan santun, lemah lembut, tidak sombong, sikapnya tenang. Bagaimana ia akan bersikap sombong padahal alam dan sekelilingnya menjadi saksi atasnya bahwa ia mesti menundukkan diri. Ia akan tunduk atas kebesaran Allah dan rendah hati kepada sesama manusia, karena ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Apabila ia berhadapan dengan orang yang bodoh dan dangkal pikirannya dan karena kebodohannya banyak katanya yang tdak keluar dari cara berpikir yang tidak teratur, tidak disambut dengan kemarahan tetapi dengan lembut dan penuh kebaikan. Pertanyaan dijawab dengan memuaskan yang salah dituntun sehingga kembali kepada jalan yang benar.
Kedua, karakteristik ‘ibadurrahman adalah orang-orang yang waktu malamnya dihabiskan untuk berzikir dan sholat mengingat Allah dan selalu melakukan hubungan komunikasi dengan Allah. Dirinya selalu kuat karena selalu bertemu dengan Allah, pada sholat malam itu ia mengenal Allah dan melihat sifat Rahman Allah. Dikarenakan jiwanya yang tidak berdaya (la haula) dan tidak berupaya (la quwwata) dengan sebab qiyam al-lail seorang hamba berdaya kembali dan berupaya kembali. Al- Qusyairi mengatakan orang-orang yang melakukan sholat malam akan merasakan suasana hati yang tenang dan pada pagi harinya dia merasakan hati yang seolah-olah berbuah dengan sesuatu yang mulia , dalam hadis disebutkan: “ Siapa saja yang memperbanyak sholat pada malam hari baguslah wajahnya di siang hari “ artinya air mukanya akan kelihatan mulia di sisi Allah. Sesuatu yang sangat baik nampak dengan sering melakukan sujud yang baik dan bathin yang selalu dihiasi dengan iman.
Ketiga, seorang hamba yang selalu berdoa agar kiranya terlepas dari azab siksa neraka jahannam, karena azab jahannam merupakan azab yang sangat pedih. Permohonan seorang mukmin agar terlepas dari azab siksa neraka jahannam yang siksanya sangat pedih merupakan tanda dari kerendahan hati yang jauh dari sifat sombong. Ia menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan kelalaian yang selalu dipengaruhi oleh hawa nafsu syaithan.
Keempat, seorang yang dikatakan ‘Ibadurrahman sikapnya sehari-hari dapat dilihat dari perbuatannya yang menafkahkan harta bendanya tidaklah ceroboh, boros dan berlebih dari ukuran yang semestinya, tetapi tidak pula sebaliknya yaitu bakhil dan kikir tetapi berada diantara keduanya. Islam mengajarkan bagaimana dengan kelebihan yang dimiliki manusia itu tidak kehilangan haknya atas orang lain dan tidak pula bakhil ataupun menyempitkan hartanya untuk berinfak. Dan cara yang terbaik dalam berinfak itu adalah sifat qawaam yaitu pertengahan karena Nabi juga menganjurkan bahwa sebaik-baik urusan adalah pertengahannya. Kelima, orang yang selalu menyeru untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya yang diikuti dengan perintah untuk tidak membunuh nyawa yang diharamkan Allah, kecuali yang dibolehkan dan perintah untuk tidak berbuat zina. Seseorang hanya boleh dibunuh atas keputusan hakim atau suatu kesalahan yang harus dibayar dengan nyawanya. Hukum ini disebut hukum Qishash. menurut ketentuan yang telah diatur oleh Islam.
Keenam, orang yang selalu bertaubat atas segala kesalahan dan dosa yang dilakukan. Taubat yang dilakukan adalah taubat yang diikuti dengan amal sholeh. Para sufi mengatakan bahwa orang yang menyesali diri karena pernah berbuat dosa terkadang hatinya lebih suci dan lebih murni amalnya daripada orang yang berbangga karena merasa tidak pernah berdosa.
Ketujuh, orang yang tidak memberikan kesaksian palsu (syahadah az-Zuur) atau mengarang cerita-cerita palsu untuk mencelakakan orang lain (laghwi). Laghwi dalam bahasa Arab adalah omong kosong , bercakap tidak tentu ujung pangkal sehingga menjatuhkan martabat dan budi pekerti yang melakukannya. Al- Qurthubi mengatakan seorang yang termasuk ibaadurrahman apabila mereka berada dalam suatu pertemuan yang di dalamnya banyak kesia-siaan mereka bersifat santun dan berilmu dan tetap menjaga kehormatan dengan tidak merendahkan derajat mereka sendiri.
Kedelapan, orang-orang yang apabila mereka mendengar orang menyebut ayat-ayat Allah mereka tidak bersikap acuh seakan-akan mereka tuli dan buta. Sebenarnya kebenaran adalah adalah ayat-ayat Allah. Seorang yang beriman mempertimbangkan nilai kata yang benar dan mentaatinya, sebab kebenaran merupakan kebenaran yang datangnya dari Allah. Orang mukmin yang apabila mendengar bacaan Alquran ia akan terdorong untuk mendengarkannya dan menerima ajaran yang ada dalam Alquran.
Kesembilan, orang yang senantiasa berdoa dan bermohon kepada Allah agar isteri, suami dan anak-anak mereka dijadikan permata hati. Sebagai penutup dari doa, seorang ‘ibadurrahman bermohon kepada Allah agar dijadikan imam daripada orang-orang yang bertakwa. Setelah berdoa kepada Allah agar isteri dan anak mereka menjadi buah hati, karena takwa kepada Allah, maka ayah dan suami sebagai penanggung jawab menuntun isteri dan anak menempuh jalan itu, dia mendoakan dirinya sendiri agar menjadi Imam , berjalan di muka sekali menuntun mereka menuju jalan Allah. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya permata hati orang mukmin itu adalah ketika melihat isterinya dan anak-anaknya menjadi orang yang ta’at kepada Allah SWT, maka ia selalu merindukan mereka untuk selalu menemaninya di surga untuk menyempurnakan kegembiraannya.
Inilah ciri-ciri ‘ibadurrahman , yaitu orang-orang yang telah menyediakan raganya menjadi hamba Allah dan bangga dengan perhambaan itu. Mukanya selalu tenang dan sikapnya lemah lembut. Mudah dalam pergaulan, tidak bosan meladeni orang bodoh. Bangun beribadah tengah malam, mendekatkan jiwanya dengan Allah, menjauhi kejahatan karena insaf akan azab api neraka. Teguh tauhidnya sehingga tidak ada tempatnya takut dan bertawakal kecuali kepada Allah.
Wallahu ‘alam bishshawwab

0 Responses to “Ibadurrahman (عباد الرحمن)”

Posting Komentar