Rabu, 22 Desember 2010

UNTAIAN KATA BUAT UMMI

IBU : PENCETAK DAN PEMBINA UMAT

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra:"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw, lalu bertanya, 'Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?' Rasulullah menjawab, 'Ibumu'. Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah menjawab, 'Kemudian ibumu'. Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah menjawab, 'Kemudian ibumu.' Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah menjawab, 'Kemudian bapakmu'." (HR. Al-Bukhari).

Petikan hadis di atas mengisyaratkan sebuah pemahaman bahwa kedudukan berbakti kepada ibu berada dalam peringkat utama yang penyebutannya dalam hadis di atas sebanyak tiga kali kemudian disusul dengan berbakti kepada bapak sebanyak satu kali. Mengapa Rasulullah Saw menekankan pentingnya berbakti kepada ibu itu sampai diulang sebanyak tiga kali baru setelah itu kepada bapak? Menurut Ibnu Katsîr bahwa Allah mengkhususkan berbuat baik kepada seorang ibu dikarenakan seorang ibu mengalami proses yang cukup berat ketika mengandung anaknya mulai dari masa kehamilan muda yang harus berperang dengan kondisi tubuh yang rentan sampai usia kehamilan yang sempurna mengalami keletihan dan kepayahan yang berlipat ganda, ditambah lagi ketika akan melahirkan rasa sakitnya semakin besar dan rela mempertaruhkan nyawa demi anak yang dikandungnya selama sembilan bulan agar keluar dari rahimnya dengan selamat. Setelah melahirkan maka tugas lainnya terus menanti yaitu menyapihnya selama dua tahun serta mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik.

Selain itu kedekatan seorang ibu kepada anaknya akan terus terasa hangat karena anak itu sebelum hadir ke dunia ini berada dalam alam rahim. Alam rahim yaitu alam yang penuh dengan kasih sayang. Karena Rahim bermakna kasih sayang. Sehingga kedekatan emosional berupa rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya akan terus bersemayam pada diri seorang anak sepanjang hidupnya. Atas dasar inilah Rasulullah Saw juga memuliakan seorang ibu dengan mengatakan bahwa : “ surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.” Dalam Islam perbincangan tentang ibu ini mendapat perhatian tersendiri dalam Alquran sebagaimana diisyaratkan dalam surat Luqman, ayat 15, surat Al-Ahqaf ayat 15. Kedudukan seorang ibu dalam Islam sangat tinggi , tidak dapat disetarai oleh isteri maupun anak. Seorang anak harus tunduk kepada ibunya dan bersikap tabah terhadapnya apabila terjadi kemarahan pada diri ibunya. Meskipun kemarahan itu terjadi pada diri seorang ibu namun karena wataknya yang halus dan lembut serta rasa kasih sayangnya maka seorang ibu itu kerap kali mema’afkan kesalahan anak-anaknya sebelum anak-anaknya meminta maaf kepadanya. Bahkan perkataan dan perbuatan buruk anaknya sekalipun tetap diberikan pintu maaf oleh seorang ibu.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa meskipun kita diwajibkan berbuat baik kepada ibu, namun kita dilarang untuk mengikuti agama seorang ibu yang berbeda dengan kita, sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah Saw seorang sahabat yang bernama Sa'ad bin Malik yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan ibunya. Sa’ad sendiri menyadari bahwa sesungguhnya turunnya surat Luqman ayat 15 itu berkaitan dengan yang terjadi pada dirinya. Dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang yang berbakti kepada ibunya, maka tatkala dia memeluk Islam, ibunya mengatakan kepadanya untuk meninggalkan agama barunya (Islam). Ibunya juga mengancam jika Sa’ad tidak meninggalkan agama barunya tersebut ia tidak akan makan dan minum sampai ia mati dan Sa’ad akan mendapatkan celaan dengan sebab kematian ibunya sehingga ia dicap sebagai ' pembunuh ibunya'. Sa’ad tetap menjawab dengan penuh kelembutan atas ancaman ibunya tersebut dan mengatakan , 'Jangan kamu lakukan wahai ibuku, karena aku tidak akan meninggalkan agamaku ini untuk siapa pun juga. Maka dia (ibu Sa'ad) mogok makan selama sehari semalam sampai dia kelihatan sudah payah. Kemudian dia tidak makan sehari semalam lagi, maka kelihatan semakin payah. Melihat kondisi ibunya tersebut Sa’ad tetap teguh dalam pendiriannya tersebut dan berkata kepada ibunya 'Hendaklah kamu tahu wahai ibuku, seandainya kamu memiliki seratus nyawa, dan nyawa itu melayang satu demi satu, maka tidak akan aku tinggalkan agama ini karena apa pun juga, maka kalau mau makan, makanlah, kalau tidak, maka jangan makan. ‘. Mendengar tegasnya jawaban Sa’ad ibunyapun akhirnya makan. Kisah kehidupan para sahabat Rasulullah Saw ini dapat dijadikan contoh bahwa berbeda keyakinan dengan orang tua tidak menjadikan kita lantas memusuhinya. Bahkan para Nabi juga banyak yang berbeda keyakinan dengan kedua orang tuanya namun mereka tetap berbuat baik dan mendoakan keduanya ke jalan Hidayah Allah.

Ibu dalam bahasa Alquran disebut dengan “ umm”. Dalam surat Luqman (31) ayat 14 dan surat Al-Ahqâf ayat 15 kata ummuhu yang berarti ‘ibunya’ menggunakan kata umm. Sinonim untuk ibu juga disebut dalam Alquran dengan istilah al-wâlidah (dalam surat an-Nisâ ayat 233) yang menurut al- Biqa’I mengandung arti seorang wanita yang melahirkan. Menurutnya perbedaan antara wâlidah dan umm itu terletak pada konteks fungsi dan tanggung jawabnya. Kata wâlidah dimaksudkan wanita yang melahirkan dan bertanggung jawab untuk menyusukannya. Sedangkan umm maknanya dalam hal mendidiknya menjadi seorang imam dalam segolongan umat.

Quraish Shihab mengatakan bahwa dari kata umm dibentuklah kata imâm dan ummat/ummah. Meskipun dari kata yang sama itu dibentuk kata imam (pemimpin) dan ummat/ ummah namun kesemuanya bermuara pada makna “ yang dituju “ atau “yang diteladani”, dalam arti pandanan harus tertuju pada umat, pemimpin dan ibu untuk diteladani. Umm atau ibu melalui perhatiannya kepada anak-anak , keteladanannya (uswatun hasanah) , serta perhatian anak kepadanya dapat menciptakan pemimpin-pemimpin dan bahkan membina umat. Sebaliknya, jika yang melahirkan seorang anak tidak berfungsi sebagai seorang umm, maka umat akan hancur dan pemimpin (imam) yang wajar untuk diteladani pun tidak akan lahir.

Ketika Alquran menempatkan kewajiban berbuat baik kepada orang tua khususnya kepada ibu pada urutan kedua setelah kewajiban taat kepada Allah, bukan hanya disebabkan ibu memikul beban yang berat dalam mengandung, melahirkan dan menyusui anak. Tetapi juga karena ibu dibebani tugas menciptakan pemimpin-pemimpin umat. Fungsi dan peranan inilah yang menjadikannya sebagai umm atau ibu. Demi suksesnya fungsi tersebut, Allah menganugerahkan kepada kaum ibu struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan kaum bapak. Peranan ibu sebagai pendidik generasi bukanlah sesuatu yang mudah. Peranan itu tidak dapat diremehkan atau dikesampingkan. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa ibu harus terus-menerus berada di rumah dan tidak mengikuti perkembangan . juga pada saat yang sama, ia tidak berarti bahwa harus menelusuri jalan yang di tempuh oleh kaum bapak.

Ibnu Hazm seorang ulama tafsir dari Andalusia (Spanyol sekarang) yang hidup sekitar tahun 384-456 H berpendapat bahwa baik dan terpuji apabila seorang ibu atau isteri melayani suaminya, membersihkan dan mengatur rumah tempat tinggalnya, tetapi bukan merupakan kewajibannya. Makanan dan pakaian yang telah siap terjahit untuknya justru menjadi kewajiban bapak menyediakannya. Sebenarnya beliau ingin menekankan pentingnya kewajiban ibu dalam mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, sebagai anak juga harus mengingat jasa-jasa ibu: seteguk ASI yang pernah kita minum, setetes keringat yang pernah dicurahkannya, seuntai kalimat bimbingan yang pernah disampaikannya semuanya tidak akan pernah mungkin diimbangi ataupun terbalas. Kita hanya dapat bermohon dan bermunajat “ Rabbî ighfir waliwâlidayya wa irhamhumâ kamâ rabbâyānì shagīrā.

“Selamat hari Ibu .. kasih ibu sepanjang masa “

Wallâhu ‘alambisshawwâb

Kamis, 05 Agustus 2010

BERBEKAL TAQWA

TAQWA TUJUAN DARI RAMADHAN

Pada tujuannya puasa Ramadhan yang dilaksanakan menjanjikan sebuah harapan. Harapan itu tergambar dalam surah al-Baqarah [2]: 183, di mana didalamnya dicantumkan kalimat “la’allakum tattaquun“. Menurut bahasa Arab kata “la ‘alla” bermakna “tawaqqa ‘uu” atau “rajaa“” yakni pengharapan. Oleh sebab itu. kalimat “la’allakum tattaquuna” diterjemahkan “agar supaya kamu bertakwa” atau “semoga kamu bertakwa“. Maksudnya, berpuasa menjanjikan harapan agar pelakunya lebih bertakwa kepada Allah SWT. Dalam setiap harapan mestilah ada semacam proses atau fase-fase yang harus dilalui untuk tercapainya harapan itu. Proses ini bisa berjalan secara alamiah, sederhana atau bahkan membutuhkan waktu yang lama. Misalnya jika kita menginginkan sebatang besi menjadi sebuah pedang atau sebilah pisau, maka tentu kita harus memprosesnya terlebih dahulu dengan membakarnya, memukulnya, kemudian disirami air. Semakin baik kita memprosesnya dan telaten membentuknya, maka akan semakin baik pula hasilnya. Demikian pula dengan ibadah puasa.
Orang berpuasa pada hakikatnya ia tengah memproses dirinya agar supaya sumber daya manusianya semakin meningkat, bermutu dan berkualitas. Puasa adalah latihan. Latihan lapar agar tahan menghadapi musibah kelaparan atau paling tidak dapat merasakan dan mengerti penderitaan orang-orang yang kelaparan. Latihan sabar agar tabah menghadapi ujian dan cobaan. Latihan menahan dan mengendalikan hawa nafsu agar tidak terjerumus ke jalan yang sesat. Sehingga selesai berpuasa diharapkan dapat beribadah dan bersikap lebih baik serta bekerja lebih giat sebagaimana layaknya orang bertakwa. Takwa secara bahasa artinya adalah al-shiyanah yaitu memelihara, al-hadzru yaitu hati-hati dan al-wiqayah waspada dan menjaga. Sedangkan secara istilah takwa berarti menjaga diri dari murka dan azab Allah dengan tunduk kepada-Nya, melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam kitab Fathul Qadir karya al-Syaukani dikisahkan, Khalifah Umar bin Khattab pernah ditanya tentang takwa, beliau menjawab, “Apakah engkau pernah melalui jalan yang banyak bertaburan duri?”. “Ya pernah” jawab si penanya. “Maka apa yang kamu lakukan?”, Umar kembali bertanya. Penanya menjawab, “Saya akan berjalan dengan berhati-hati”. Lantas Umar berkata, “Seperti itulah takwa”.
Jadi, esensi takwa adalah menghadirkan keagungan Allah SWT’di dalam hati dan merasakan kebesaran serta keMahaan-Nya, kemudian merasa takut terhadap keagungan-Nya dalam artian ingin senantiasa mendekat kepada-Nya dan takut terhadap murka-Nya dalam kaitian berusaha sedaya upaya menjauhi segala larangan-Nya. Sayyid Sabiq dalam kitabnya “Islamuna” menerangkan bahwa takwa bermuatan keyakinan (akidah), pengabdian (ibadah), akhlak atau adab dan berbagai kebajikan (al-birr). Lebih lanjut dia mengatakan bahwa orang yang berhak menyandang sebutan “muttaqin” hanyalah orang yang mampu menahan dan mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi semua hal-hal yang syubhat serta berani berjihad di jalan Allah. Dengan demikian, takwa bukan sekedar menjauhi dosa-dosa besar saja, tapi mencakup semua penyelewengan dan penyimpangan meski itu hanya kecil. “Jangan lihat kepada kecilnya dosa yang kamu lakukan, tetapi lihat kepada siapa kamu berbuat dosa“. Jika demikian, muttaqin ialah orang yang paling berprestasi dalam melaksanakan Islam.
Bekal Terbaik
Dalam QS. Al-Baqarah [2]: 197 Allah SWT berfirman yang artinya,”Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal“. Arti ayat di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa takwa adalah sebaik-baik bekal. Karena hanya dengan bekal takwa seseorang bisa sampai ke akhir perjalanan hidupnya dalam keadaan bahagia, ketika bekalnya dibuka dan dipertanyakan di akhir perjalanan, ternyata bekal takwalah yang akan menyelamatkannya. Diantara ciri orang bertakwa menurut beberapa ayat al-Quran :
Iman yang kuat sehingga menumbuhkan amal kebajikan yang banyak, amanah dan tepat janji serta memiliki kesabaran. Allah SWT berfirman yang artinya, “…akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabidan memberikan hartayang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yangmemerlukanpertolongan) dan orang-orangyang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah omng-orangyang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa“. (QS. Al-Baqarah[2]:177)
Adil dalam menyikapi dan memutuskan sesuatu: FirmanAllah SWT yangartinya, “…Berlaku adilah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa..“. (QS. Al-Maidah[5]:8).
Sifat pemaaf sebagaimana dinyatakan Allah SWT, “…dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa…“. (QS. Al-Baqarah[2]:237).
Wallahu’alam bisshawwab

kesehatan

Petunjuk Rasululullah Saw Tentang Pola Makan Sehat
كلوا واشربوا هنيئا مريئا
Rasulullah Saw : “ Barangsiapa menghidupkan sunnahku, sesungguhnya dia mencintaiku, barangsiapa mencintai sesungguhnya dia bersamaku di dalam surga
(HR. Abu Dawud)

Kalau ada manusia di dunia ini yang mengalami sakit hanya satu kali dalam sejarah hidupnya, dialah Nabi Muhammad Saw. Banyak tokoh dunia yang kagum terhadap tingkat kesehatan beliau. Napoleon Bonaparte yang terkenal dengan julukan singa daratan Eropa kagum terhadap kemampuan Rasulullah Saw dalam menjaga kesehatannya. Rasulullah Saw benar-benar memperhatikan kesehatan jasmani dan rohaninya dimulai dari hal-hal yang kecil seperti cara makan dan minum, cara mengunyah makanan, bersiwak, memotong kuku sampai pada cara menyisir rambut. Rasulullah Saw memandang bahwa setiap kegiatan yang dilakukannya adalah ibadah. Disadari ataupun tidak, pola dan cara makan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Apabila kita menerapkan petunjuk Rasulullah Saw maka kita akan sehat dan mendapatkan pahala karena melaksanakan sunnah beliau. Petunjuk Rasulullah Saw tentang makan sehat adalah:
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
Sejak kecil, kita sudah diajarkan oleh orang tua agar selalu mencuci tangan sebelum makan. Waktu kecil, kita tidak tahu bahwa kebiasaan mencuci tangan sebelum makan adalah suatu perbuatan yang telah dicontohkan dan dianjurkan Rasulullah Saw, sebagaimana sabdanya : “ Barangsiapa menginginkan agar Allah memperbanyak kebaikan rumahnya, maka hendaklah ia berwudhu ketika santapannya datang dan diangkat.” (HR. Ibnu Majah). Dengan berwudhu, maka kotoran yang menempel pada kulit seperti keringat, debu, kuman, zat kimia berbahaya dan kotoran lainnya akan bersih sekaligus memberikan kesegaran pada tubuh, sehingga makanan yang kita konsumsi akan terasa lebih nikmat. Begitu juga setelah selesai makan, kita dianjurkan untuk berwudhu. Ilmu kedokteran modren mengungkapkan bahwa penyakit luka bernanah yang disertai bengkak di sekitar sela-sela jari disebabkan oleh kotoran yang masih melekat pada sela-sela jari tersebut. Begitu perhatiannya Rasulullah Saw terhadap kebersihan tangan, beliau menganjurkan agar saat bangun tidur pun harus mencuci tangan terlebih dahulu untuk menghindari pencemaran terhadap makanan dan minuman. Sabda beliau : “ Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, maka janganlah ia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sampai ia membasuhnya tiga kali. Karena sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya bermalam (HR. Muslim).
2. Makan sesuai dengan kecukupan gizi
Pola makan yang memenuhi kecukupan gizi lebih mencerminkan jati diri orang mukmin, sedangkan pola makan yang melebihi kecukupan gizi mencerminkan pola makan orang kafir. Rasulullah Saw bersabda : “ Orang mukmin itu makan di satu usus, sedangkan orang kafir makan di tujuh usus.” (HR. Muttafaqun’Alaih). Pola makan yang berlebihan tersebut selain menyerupai pola makan orang kafir, juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Seperti mengakibatkan obesitas (kegemukan), peningkatan kadar gula darah (pencetus diabetes melitus), peningkatan kadar kolesterol darah (pencetus penyakit darah tinggi, jantung, stroke), gangguan pencernaan dan lain-lain. Jika seluruh umat Islam di Indonesia menerapkan pola makan yang dianjurkan Allah dan RasulNya mungkin kita tidak akan temukan adanya kasus busung lapar (gizi buruk) dan pemerintah juga tidak perlu mengimpor beras sampai ratusan ton, sehingga dapat menghemat pengeluaran negara. Karena mereka sadar, daripada menumpuk makanan lebih baik diberikan pada saudaranya, tetangganya atau orang yang masih kekurangan makanan. Selain itu dapat memupuk rasa empati dan solidaritas terhadap sesama.
Dalam mengunyah makanan, Rasulullah Saw betul-betul mengunyah sampai halus. Dalam ilmu gizi, kita dianjurkan untuk mengunyah makanan 30 sampai 40 kali kunyahan. Keuntungan yang akan diperoleh dengan mengunyah makanan sampai halus akan meringankan proses pencernaan, sehingga makanan tersebut akan lebih mudah diserap oleh dinding usus dan akan lebih cepat menghasilkan energi.
3. Membiasakan makan dan minum sambil duduk
Mungkin kita pernah menghadiri suatu acara syukuran ulang tahun atau pernikahan, saat masuk gedung tampak aneka macam hidangan makanan dan minuman yang lezat. Namun sayang, ketika MC (master of ceremony) mempersilahkan kita untuk menikmati hidangan tersebut, namun terkadang tidak disediakan kursi yang disediakan untuk duduk. Dari Anas ra, “ Bahwa Rasulullah saw melarang sesorang minum sambil berdiri.” (HR. Muslim)
4. Larangan makan sambil bersandar
Ketika makan, Rasulullah saw tidak pernah menyandarkan punggungnya pada kursi, sehingga posisi tubuh cenderung condong ke belakang ataupun dalam posisi menyungkur sehingga posisi badan condong ke depan. Pada saat makan posisi tubuh beliau benar-benar tegak lurus. Rasulullah Saw bersabda : “ Aku tidak makan sambil bersandar” (HR. Bukhari dan Muslim). Makan dengan posisi badan tegak lurus adalah cara makan yang paling alamiah. Dengan posisi tersebut, maka makanan akan lebih mudah masuk ke salauran pencernaan, sehingga memperkecil resiko terjadinya sembelit.
5. Makan dengan menggunakan tangan kanan
Rasulullah Saw bersabda kepada Umar bin Salamah, “ Wahai anakku, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang di depanmu.” (HR. Muttafaqun ‘alaih). Mengapa Rasulullah saw menganjurkan kita umatnya agar makan dengan menggunakan tangan kanan? Tujuannya untuk menghindari kemiripan dengan cara makan setan, karena setan biasa makan dengan menggunakan tangan kiri.
6. Rasulullah Saw makan dengan menggunakan tiga jari.
Dari Ka’ab bin Malik, “ bahwasannya Rasulullah Saw makan dengan tiga jari dan beliau menjilatinya sebelumnya mengelapnya “ (HR. Muslim). Ada hikmah yang tersembunyi di balik cara makan dengan menggunakan tiga jari. Dengan menggunakan tiga jari, maka makanan yang terambil dan masuk ke mulut pun akan lebih sedikit. Dengan demikian akan mempermudah mulut dan gigi mengunyah makan. Makanan yang dikunyah pun hasilnya akan lebih halus dan meringankan fungsi alat pencernaan, sekaligus mempercepat proses penyerapan zat gizi dalam usus.
7. Mengkonsumsi buah sebelum makan-makanan padat
Dari Salman bun Amir, Rasulullah Saw bersabda, “ Jika seseorang berbuka, hendaklah dia berbuka dengan kurma. Sekiranya tidak ada kurma, maka hendaklah ia berbuka dengan air. Sesungguhnya air itu bersih lagi suci.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi). Mengapa Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya agar berbuka dengan buah kurma dan tidak menganjurkan berbuka dengan makanan padat, seperti roti? Padahal roti adalah salah satu makanan kesukaan beliau. Jika ditinjau dari segi ilmu gizi, hadis di atas menjelaskan bahwa buah-buahan sangat baik dikonsumsi ketika perut dalam keadaan kosong atau sebelum makan. Banyak orang yang tidak percaya bahkan takut kalau makan buah pada pagi hari, apalagi dalam keadaan perut kosong. Memang untuk penderita maag, sebaiknya buah dikonsumsi satu jam setelah makan. Buah mengandung antioksidan yang diperlukan tubuh untuk membersihkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Buah adalah makanan yang mampu menghasilkan energi lebih cepat, karena jenis gula sederhananya bisa langsung diserap tubuh. Serat yang ada pada buah akan mempercepat proses pembuangan sisa-sisa makanan dari usus besar. Berdasarkan survey dari WHO penduduk Indonesia hampir 80% kurang makan sayur dan buah.
8. Rasulullah Saw melarang mencela dan memaki makanan.
Rasulullah Saw tidak pernah mencela makanan, “ Rasulullah Saw sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka ia makanan dan jika tidak suka maka ia tinggalkan “ (HR. Muttafaqun ‘alaih). Prof. Dr. Masaru Emoto pakar kedokteran alternatif dari Universitas Yokohama, Jepang telah melakukan percobaan tentang pengaruh ucapan, seperti pujian atau makian terhadap penampakan nasi. Pada percobaan tersebut, dia menyiapkan dua buah stoples yang sudah steril. Pada kedua stoples tersebut dimasukkan nasi lalu ditutup. Pada stoples pertama diucapkan kata pujian, seperti kata terima kasih, sedangkan pada stoples kedua diucapkan kata-kata tersebut pada kedua nasi yang ada di dalam stoples tersebut. Maka nasi yang mendapat pujian terima kasih warnanya berubah menjadi kuning dan terjadi fermentasi dengan aroma yang khas. Sedangkan nasi yang mendapat kata makian maka warnanya berubah menjadi hitam dan basi.
Hikmah yang dapat diambil dari percobaan tersebut adalah kita harus mensyukuri setiap makanan yang telah Allah berikan kepada kita sebagai rezekinya. Makanan akan menjadi berkah dan memberikan kesehatan. Namun apabila makanan tersebut dicela maka makanan tersebut tidak akan menjadi berkah bagi tubuh kita. Terkadang apabila kita disuguhkan makanan kita selalu mengucapkan kata-kata yang mengandung keluhan seperti saya tidak boleh makan ini karena asam urat, kolesterol dan semua penyakit kita sebutkan di hadapan makanan tersebut. Padahal kalau kita makanan dengan niat untuk menjadi obat makanan yang kita pantangkan tersebut tidak membahayakan asalkan makanan tersebut dimakan sesuai takarannya dan tidak berlebih-lebihan. Bukankah sebelum makanan kita selalu berdoa agar diberi keberkahan pada makanan kita. Itu berarti makanan apapun yang dipantangkan apabila dimakan dan diawali doa akan memberi kebaikan dan mungkin saja menjadi obat dari seluruh penyakit yang kita rasakan.

Jumat, 30 Juli 2010

ightanim khamsin qabla khamsin (إغتنم خمس قبل خمس)

PENGHARGAAN PADA WAKTU
By : Fatma Yulia

Dari Ibn ‘Abbas ra mengatakan bahwa Rasulullah Saw mengatakan kepada seorang pemuda dan beliau memberikan pengajaran kepadanya : “ Raihlah lima hal sebelum datang lima hal yaitu : (1) masa mudamu sebelum datang masa tuamu, (2) kondisi sehatmu sebelum datang masa sakitmu, (3) masa kayamu sebelum masa faqirmu, (4) masa lapangmu sebelum masa sibukmu, (5) masa hidupmu sebelum kematianmu. (Hadis Shahih dengan syarat Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memberikan peringatan kepada manusia untuk mendayagunakan waktu yang Allah anugerahkan dengan sebaik-baik-baiknya. Penghargaan pada waktu dapat dilihat dari keberkahan waktu tersebut berupa amal-amal yang juga bermanfaat selama waktu itu digunakan. Waktu digunakan dalam arti “ batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelesaikan suatu peristiwa.” Alquran seringkali menggunakan kalimat waktu dalam konteks kadar tertentu dari satu masa. Dalam surat an-Nisâ’(4) : 103 dijelaskan “ Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban atas orang-orang mukmin yang tertentu waktu-waktunya.” Kata ini memberikan kesan keharusan adanya pembagian teknis tentang masa yang dialami dan yang dilalui seperti detik, menit, jam, hari , minggu, bulan, tahun dan seterusnya. Disamping itu keharusan adanya penyelesaian sesuatu dalam bagian-bagian tersebut agar tidak membiarkannya berlalu dengan hampa dan sia-sia. Rezeki yang tidak diperoleh hari ini, masih dapat diharapkan besok hari, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin kembali lagi.
Ada lima hal yang dipesankan oleh Rasulullah Saw dalam hadis ini tentang perlunya menggunakan masa hidup ini dengan hal-hal yang penuh manfaat. Kalimat yang disampaikan dalam hadis ini juga cukup sederhana namun memiliki makna yang sangat mendalam. Lima hal yang harus diraih sebelum datang lima hal yang dapat membuat manusia menyesal.
1. Masa muda sebelum masa tua (syabâbaka qabla haramika)

Masa muda merupakan masa yang paling indah karena masa inilah merupakan puncak kesuksesan seseorang apabila dia mampu menggunakannya dalam hal-hal yang bermanfaat. Masa muda masa yang paling baik untuk menuntut ilmu. Imam Syafi’I mengatakan bahwa : hayátul fatá fîl ‘ilmi wattuqâ (kehidupan seorang pemuda itu haruslah dipenuhi dengan kegiatan menuntut ilmu dan bertaqwa). Kegiatan menuntut ilmu harus menjadi prioritas dalam mengisi masa muda. Sebagaimana pepatah Arab : “ at-ta’allum fi shiġār kannaqsyi ‘alal hajar (belajar diwaktu muda seperti mengukir di atas batu), artinya menuntut ilmu di waktu muda memberikan kesan kuatnya ingatan. Sedangkan belajar di masa tua ingatan selalu berkurang. Merenung usia yang sudah dijalankan apakan sudah dilakukan amalan-amalan yang terbaik? Ada perbedaan antara kalimat usia dan umur , dalam bahasa Arab usia disebut sinnun yang berarti gigi, dan dari kata tersebut berasal kalimat sanah yang berarti tahun, dan apabila ditarik dalam bentuk kata kerjanya adalah sanna yang berarti mengikuti. Semua bentuk kalimat ini dapat ditarik kesamaannya bahwa usia itu biasanya ditentukan dengan jumlah gigi mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dikaitkan dengan tahun bahwa seluruh pertumbuhan itu berlangsung dari tahun ke tahun sehingga dikenal istilah ulang tahun. Dilihat dari bentuk kata kerjanya sanna berarti “mengikuti “ bermakna apakah pertumbuhan itu dikuti dengan kebaikan atau tidak.
Sedangkan kata umur/’umr seakar dengan kata ma’mûr. Ini mengisyaratkan bahwa usia manusia dipermukaan bumi ini harus diisi dengan sesuatu yang memakmurkan jiwa raganya serta melakukan aktivitas positif sehingga dapat memakmurkan bumi sebagaimana diperintahkan Allah Swt (QS. Hûd 11 : 61). Kata ‘umr biasa digunakan untuk waktu yang cukup panjang yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas yang memadai. Apabila waktu muda disia-siakan maka penyesalan yang akan dihadapi ketika usia itu sudah berlalu. Berapa banyak orang mengeluh ketika menyadari bahwa masa mudanya telah berlalu dengan sia-sia, bahkan berharap kalau masa muda itu bisa kembali ia akan mengisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Namun harapan itu hanya merupakan hayalan belaka.
2. Masa Sehat Sebelum Datang Masa Sakit (shihhatuka qabla saqamika)
Ada ungkapan yang menyatakan “ Kesehatan itu harganya sangat mahal”, artinya orang sanggup menghabiskan uang berjuta-juta hanya untuk membuat dirinya sehat, bahkan rela menjual harta bendanya hanya untuk mendapatkan kondisi sehat. Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk soal kesehatan. Dalam soal makanan, Islam memilihkan makanan yang boleh dimakan dan yang tidak boleh dimakan. Selain itu juga mengatur takaran makanan yang boleh dikonsumsi tidak boleh melebihi batas sepertiga dari kandungan perut sehingga tidak menimbulkan penyakit. Untuk kesehatan fisik Islam menganjurkan olahraga dan puasa untuk mengatur kadar gula dalam darah. Apabila tuntunan Islam tentang kesehatan dilakukan maka penyakit akan menjauh dari tubuh kita. Seringkali ketika dalam kondisi sehat kita tidak teringat untuk melangkahkan kaki ke mesjid ataupun menggerakkan lidah untuk membaca Alquran, namun ketika diuji dengan penyakit maka hati ini ingin ke mesjid begitu juga dengan lidah yang rindu membaca Alquran. Ketika sehat selalu melupakan Allah, namun ketika sakit dalam berbagai kondisi duduk, berbaring maupun berdiri ingat kepada Allah.
Kata sehat sering digabungkan dengan kata ‘afiyah yang berarti bukan hanya kesehatan tetapi juga perlindungan yang menjadikan seluruh anggota tubuh dapat berfungsi sesuai dengan tujuan penciptaannya. Kaki yang sehat adalah yang dapat melangkah dengan baik. Kaki yang ‘afiat adalah kaki yang melangkah menuju arah yang positif karena hanya dengan demikian pemiliknya memperoleh perlindungan dan keselamatan. Selama diberi kesehatan maka kondisi sehat harus dijaga dengan mengatur pola hidup dan pola makan yang sehat dan dianjurkan lebih banyak berpuasa karena Rasulullah Saw menganjurkan puasa agar menjadi sehat (Shumū tashihhū).
3. Masa Kaya Sebelum Datang Masa Fakir (ghinâ’uka qabla faqrika)
Ketika diberi kelapangan rezeki kita diingatkan dengan rezeki tersebut apakah mengandung keberkahan atau tidak. Ketika diberi kelapangan rezeki ini dianjurkan untuk bersedekah dan menginfakkan harta yang direzekikan. Dalam surat At-Thalāq (65:7) Allah mengingatkan orang-orang yang memiliki kelapangan harta : ” Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya; dan sesiapa yang disempitkan rezekinya, maka hendaklah ia memberi nafkah dari apa yang diberikan Allah kepadanya (sekadar yang mampu); Allah tidak memberati seseorang melainkan (sekadar kemampuan) yang diberikan Allah kepadanya. (Orang-orang yang dalam kesempitan hendaklah ingat (bahwa) Allah akan memberikan kesenangan sesudah berlakunya kesusahan.”
Dalam hal ini Rasulullah Saw juga mengingatkan umatnya untuk tidak bersikap boros dan menganjurkan hidup hemat. Kebanyakan manusia akan sukses ketika diuji dengan kesempitan namun ketika diuji dengan kelapangan seringkali gagal dan putus asa. Manakala diuji dengan kelapangan rezeki manusia sering melupakan saudaranya yang membutuhkan bantuan, namun setelah diuji dengan kefakiran hati selalu tergerak untuk membantu bahkan memasang niat berupa nazar kalau diberi kekayaan akan bersedekah. Harta adalah milik Allah , maka Allah berkehendak memberi kelapangan bagi seseorang dan bahkan mengambilnya kembali.
4. Masa Lapangmu Sebelum Masa Sempitmu (Farāglika Qabla Syuglika)
Masa lapang maksudnya adalah ketika memiliki kesempatan yang luas, maka kesempatan itu harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Karena masa sibuk akan segera menggantikan masa lapang tersebut. Pekerjaan yang dikerjakan harus dilakukan dengan segera tanpa menunda-nundanya. Don’t till tomorrow if you can do it today kata-kata bijak yang mungkin sering kita dengar. Hal yang terpenting adalah apabila pekerjaan yang dilakukan mengandung nilai tambah dan dapat diselesaikan dalam waktu yang sama dengan pekerjaan yang sama tanpa nilai tambah. Sebagai contoh sholat jama’ah lebih dianjurkan daripada sholat sendirian karena waktu yang digunakan untuk kedua sholat tersebut sama bahkan tidak berbeda jauh namun nilai tambah berupa pahala jauh lebih tinggi yaitu 27 : 1.
5. Masa Hidupmu Sebelum Kematianmu (Hayâtika Qabla Mautika)
Kehidupan merupakan sarana percobaan bagi manusia untuk melihat diantara manusia tersebut yang terbaik amalannya. (QS. Al-Mulk 67: 2). Bagi manusia yang menyadari bahwa dunia merupakan ladang amal yang hasil panennya akan dituai di akhirat kelak pasti melakukan hal-hal yang bermanfat bagi kehidupan. Manusia yang terlanjur mencintai dunia secara berlebihan (hubban jamman) selalu lupa dengan kematian. Sebaliknya manusia yang putus asa selalu ingin cepat mengakhiri hidupnya di dunia. Padahal kematian itu pasti akan datang dan kedatangannya pun tidak dapat ditangguhkan maupun dipercepat. Hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut kedatangannya adalah bekal yang cukup berupa amal-amal sholeh. Manakala manusia telah meninggalkan dunia ini maka selesailah fungsinya sebagai khalifah di bumi ini. Rasulullah Saw mengingatkan manusia untuk selalu mengisi kehidupan dengan hal-hal yang bermanfaat untuk bekal di akhirat. Setiap pekerjaan yang dilakukan harus mengingatkan akan kematian agar muncul rasa optimis akan pahala yang akan dituai. Begitu juga dengan harta yang dicari harus dengan jalan halal agar pertanggungjawaban di akhirat tidak terlalu berat. Orang yang ingat mati takut memakan ataupun mencari rezeki dengan cara yang tidak halal dan takut menimbun-nimbun harta karena harta tersebut akan tinggal dan terpisah manakala telah berpisah dengan dunia.Harta yang dicari, ilmu yang diajarkan merupakan bekal yang dapat menyelamatkan manusia dari siksa neraka manakala harta tersebut diinfaqkan maupun disedekahkan. Ilmu yang bermanfaat dalam membentuk kemaslahatan umat akan menjadi amalan yang mengalir terus menerus. Dalam surat Al-Munāfiqūn (63 : 10) Alquran menjelaskan tentang sifat manusia yang meminta agar dikembalikan ke dunia supaya mereka dapat berbuat baik dan beramal sholeh walaupun hanya sebentar, namun permintaan ini dijawab Allah dengan ayat selanjutnya(63: 11) bahwa ketika ajal telah ditentukan maka manusia itu tidak dapat menunda-nunda ataupun memperlambatnya.

Wallahu ‘alam bisshawwab.

Minggu, 14 Maret 2010

Ibadurrahman (عباد الرحمن)

‘Ibaadurrahman

Makna ‘Ibadurrahman
Dalam surat Al- Furqan Allah menjelaskan tentang hamba-hambanya yang tergolong dalam ‘ibaadurrahman yang memiliki sifat-sifat khusus baik di dunia dan di akhirat, mereka ini memperoleh keutamaan diantara hamba-hamba yang lain. Makna ibaadurrahman berasal dari dua kalimat yaitu ‘ibaad dan Rahmaan. ‘Ibaad menurut sebahagian mufassirin bentuk jamak dari ‘’aabid (orang yang beribadah). Menurut ijma’ makna ‘ibadaa yaitu melakukan perbuatan yang diridhoi Allah terutama yang berhubungan dengan ibadah (‘ubuudiyyah) dan ibadah yang dilakukan adalah ibadah yang diridhoi Allah. Raghib al- Asfihaani menjelaskan makna ibadah adalah menyatakan tunduk dan patuh , ibadah merupakan sarana yang menyampaikan ke arah untuk tunduk dan patuh pada Allah. Pendapat lain mengatakan ibadah yaitu melakukan sesuatu yang diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang dilarang karena mengharap pahala dan melepaskan diri dari siksa demikian juga peribadatan itu adalah melakukan perbuatan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang tidak hanya itu saja namun ditambah dengan perasaan ihsaan kepada Allah SWT.
Ibn ‘Asyuraa’ menjelaskan ada empat makna dari ‘Ibaadurrahman yaitu: pertama, senantiasa melakukan kesempurnaan dalam agama yaitu memulai dengan melakukan apa yang Allah perintahkan, kedua, mengosongkan pribadinya dari hal-hal yang menjurus kepada kesesatan dengan menghindari diri dari perbuatan syirik, ketiga, senantiasa memiliki kepribadian yang istiqomah dalam menjalankan seluruh syari’at agama, keempat, senantiasa mencari kelebihan dan kesempurnaan dari keadaan yang baik dalam kehidupan ini. Sedangkan makna Rahman adalah kasih sayang yang merupakan sifat Allah yang Maha Mulia yang dilekatkan dengan kalimat hamba-hamba. Ungkapan ‘Ibaadurrahman berarti hamba-hamba yang memperoleh kasih sayang Allah karena sifat-sifat dan perbuatan yang mereka lakukan.

Orang-orang yang tergolong ‘Ibaadurrahman
Allah menjelaskan tentang sifat dan karakteristik orang-orang-orang yang tergolong ‘Ibadurrahman yang tertera dalam surat Al-Furqan ayat 63-74:
Pertama , orang yang berhak disebut ‘ibadurrahman adalah orang-orang yang berjalan di atas bumi ini dengan sikap sopan santun, lemah lembut, tidak sombong, sikapnya tenang. Bagaimana ia akan bersikap sombong padahal alam dan sekelilingnya menjadi saksi atasnya bahwa ia mesti menundukkan diri. Ia akan tunduk atas kebesaran Allah dan rendah hati kepada sesama manusia, karena ia menyadari bahwa ia tidak akan dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Apabila ia berhadapan dengan orang yang bodoh dan dangkal pikirannya dan karena kebodohannya banyak katanya yang tdak keluar dari cara berpikir yang tidak teratur, tidak disambut dengan kemarahan tetapi dengan lembut dan penuh kebaikan. Pertanyaan dijawab dengan memuaskan yang salah dituntun sehingga kembali kepada jalan yang benar.
Kedua, karakteristik ‘ibadurrahman adalah orang-orang yang waktu malamnya dihabiskan untuk berzikir dan sholat mengingat Allah dan selalu melakukan hubungan komunikasi dengan Allah. Dirinya selalu kuat karena selalu bertemu dengan Allah, pada sholat malam itu ia mengenal Allah dan melihat sifat Rahman Allah. Dikarenakan jiwanya yang tidak berdaya (la haula) dan tidak berupaya (la quwwata) dengan sebab qiyam al-lail seorang hamba berdaya kembali dan berupaya kembali. Al- Qusyairi mengatakan orang-orang yang melakukan sholat malam akan merasakan suasana hati yang tenang dan pada pagi harinya dia merasakan hati yang seolah-olah berbuah dengan sesuatu yang mulia , dalam hadis disebutkan: “ Siapa saja yang memperbanyak sholat pada malam hari baguslah wajahnya di siang hari “ artinya air mukanya akan kelihatan mulia di sisi Allah. Sesuatu yang sangat baik nampak dengan sering melakukan sujud yang baik dan bathin yang selalu dihiasi dengan iman.
Ketiga, seorang hamba yang selalu berdoa agar kiranya terlepas dari azab siksa neraka jahannam, karena azab jahannam merupakan azab yang sangat pedih. Permohonan seorang mukmin agar terlepas dari azab siksa neraka jahannam yang siksanya sangat pedih merupakan tanda dari kerendahan hati yang jauh dari sifat sombong. Ia menyadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan kelalaian yang selalu dipengaruhi oleh hawa nafsu syaithan.
Keempat, seorang yang dikatakan ‘Ibadurrahman sikapnya sehari-hari dapat dilihat dari perbuatannya yang menafkahkan harta bendanya tidaklah ceroboh, boros dan berlebih dari ukuran yang semestinya, tetapi tidak pula sebaliknya yaitu bakhil dan kikir tetapi berada diantara keduanya. Islam mengajarkan bagaimana dengan kelebihan yang dimiliki manusia itu tidak kehilangan haknya atas orang lain dan tidak pula bakhil ataupun menyempitkan hartanya untuk berinfak. Dan cara yang terbaik dalam berinfak itu adalah sifat qawaam yaitu pertengahan karena Nabi juga menganjurkan bahwa sebaik-baik urusan adalah pertengahannya. Kelima, orang yang selalu menyeru untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya yang diikuti dengan perintah untuk tidak membunuh nyawa yang diharamkan Allah, kecuali yang dibolehkan dan perintah untuk tidak berbuat zina. Seseorang hanya boleh dibunuh atas keputusan hakim atau suatu kesalahan yang harus dibayar dengan nyawanya. Hukum ini disebut hukum Qishash. menurut ketentuan yang telah diatur oleh Islam.
Keenam, orang yang selalu bertaubat atas segala kesalahan dan dosa yang dilakukan. Taubat yang dilakukan adalah taubat yang diikuti dengan amal sholeh. Para sufi mengatakan bahwa orang yang menyesali diri karena pernah berbuat dosa terkadang hatinya lebih suci dan lebih murni amalnya daripada orang yang berbangga karena merasa tidak pernah berdosa.
Ketujuh, orang yang tidak memberikan kesaksian palsu (syahadah az-Zuur) atau mengarang cerita-cerita palsu untuk mencelakakan orang lain (laghwi). Laghwi dalam bahasa Arab adalah omong kosong , bercakap tidak tentu ujung pangkal sehingga menjatuhkan martabat dan budi pekerti yang melakukannya. Al- Qurthubi mengatakan seorang yang termasuk ibaadurrahman apabila mereka berada dalam suatu pertemuan yang di dalamnya banyak kesia-siaan mereka bersifat santun dan berilmu dan tetap menjaga kehormatan dengan tidak merendahkan derajat mereka sendiri.
Kedelapan, orang-orang yang apabila mereka mendengar orang menyebut ayat-ayat Allah mereka tidak bersikap acuh seakan-akan mereka tuli dan buta. Sebenarnya kebenaran adalah adalah ayat-ayat Allah. Seorang yang beriman mempertimbangkan nilai kata yang benar dan mentaatinya, sebab kebenaran merupakan kebenaran yang datangnya dari Allah. Orang mukmin yang apabila mendengar bacaan Alquran ia akan terdorong untuk mendengarkannya dan menerima ajaran yang ada dalam Alquran.
Kesembilan, orang yang senantiasa berdoa dan bermohon kepada Allah agar isteri, suami dan anak-anak mereka dijadikan permata hati. Sebagai penutup dari doa, seorang ‘ibadurrahman bermohon kepada Allah agar dijadikan imam daripada orang-orang yang bertakwa. Setelah berdoa kepada Allah agar isteri dan anak mereka menjadi buah hati, karena takwa kepada Allah, maka ayah dan suami sebagai penanggung jawab menuntun isteri dan anak menempuh jalan itu, dia mendoakan dirinya sendiri agar menjadi Imam , berjalan di muka sekali menuntun mereka menuju jalan Allah. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya permata hati orang mukmin itu adalah ketika melihat isterinya dan anak-anaknya menjadi orang yang ta’at kepada Allah SWT, maka ia selalu merindukan mereka untuk selalu menemaninya di surga untuk menyempurnakan kegembiraannya.
Inilah ciri-ciri ‘ibadurrahman , yaitu orang-orang yang telah menyediakan raganya menjadi hamba Allah dan bangga dengan perhambaan itu. Mukanya selalu tenang dan sikapnya lemah lembut. Mudah dalam pergaulan, tidak bosan meladeni orang bodoh. Bangun beribadah tengah malam, mendekatkan jiwanya dengan Allah, menjauhi kejahatan karena insaf akan azab api neraka. Teguh tauhidnya sehingga tidak ada tempatnya takut dan bertawakal kecuali kepada Allah.
Wallahu ‘alam bishshawwab

bersikap shalih pada lingkungan

Bersikap shalih pada lingkungan

“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah di bumi. “(QS. Fathir [35]: 39)
Berapa banyak dalam sehari ini kita melanggar peraturan lalu lintas, melampaui marka garis tengah jalan, atau melewati lampu merah? Berapa lama kita membiarkan lampu-lampu rumah kita menyala tatkala hari telah terang? Berapa kali kita membiarkan air mengucur di kran-kran atau AC menyala tanpa ada orang di dalamnya? Berapa kali dalam sebulan ini kita sudah membakar sampah? Sadarkah kita bahwa asap yang kita timbulkan mengganggu tetangga? Atau suara knalpot yang memekakkan telinga banyak orang? Seberapa banyak batang pohon yang pernah kita tanam selama kita hidup? Berapa kali kita berwudlu sambil berpikir untuk berhemat dalam pemakaian air? Berapa kali kita mempersilakan pemulung mengambil sampah yang masih bisa digunakan atau didayagunakan? Atau justru menghardiknya dengan menempeli rumah dan lingkungan kita dengan “Pemulung dilarang Masuk!”
Manusia adalah penyebab kerusakan bumi. Asap hasil bakaran sampah rumah tangga yang biasa kita dapati di permukiman-permukiman, terutama bahan-bahan non organik yang ikut terbakar, ternyata ribuan kali lebih beracun dari asap rokok. Terlebih lagi, asap yang tidak bisa dikontrol akan mengakibatkan terganggunya lingkungan sosial. Belum lagi kenyataan bahwa asap secara umum menghasilkan CO2 yang menjadi salah satu penyebab timbulnya pemanasan global. Bangunan-bangunan gedung yang dipakai dengan tidak bijaksana ternyata menghamburkan energi yang juga berkontribusi terhadap pemanasan global sebesar lebih dari 30%. Air yang kita pakai, tidaklah gratis, karena ia harus didukung oleh lingkungan alami berupa ruang hijau, dan hutan yang terjaga kelestariannya. Tanpa hutan dan ruang hijau - yang terus dibabati itu - air tanah yang seharusnya terserap segera akan berubah menjadi air bah. Hasilnya adalah sebuah paradoks dimana di satu sisi kita kebanjiran, di sisi lain air menjadi langka. Bahkan di kota-kota besar di dunia, air sudah lebih mahal daripada bensin. Dan pemulung - yang sering kita lihat dengan sebelah mata - dari sisi pengelolaan sampah (waste management) adalah pahlawan lingkungan karena mampu menerapkan strategi 3R (reuse, reduce, dan recycle atau penggunaan kembali, pengurangan volume, dan daur ulang sampah).
Manusia modern - kita semua - adalah penyebab kerusakan bumi yang paling ganas dibandingkan dengan peradaban-peradaban masa lalu. Modernisasi di segala bidang serta pertambahan penduduk yang sangat pesat telah membuat kerusakan bumi jauh lebih cepat dan lebih destruktif. Tak mengherankan, manusia modern pulalah yang menuai bencana-bencana global. Perubahan iklim global adalah akumulasi akibat dari akselerasi proses industri dan cara hidup yang tidak selaras dengan siklus alami. Penyakit-penyakit seperti Flu Burung, SARS dan HIV-AIDS menjadi penyakit global karena akumulasi perubahan cara hidup manusia yang cenderung berlebihan, merusak daur kehidupan alami, dan kecenderungan pola hidup yang menyimpang. Modernisasi di satu sisi adalah karunia, buah dari akal budi manusia dalam mengelola bumi, sebagai khalifah di bumi. Namun di sisi lain, modernisasi juga menyimpan potensi merusak yang lebih besar. Manusia modern, apapun agama dan kepercayaannya, tak kebal terhadap kenyataan paradoksal ini. Dalam konteks ini peringatan Allah yang telah mewanti-wanti manusia untuk tidak berbuat kerusakan menjadi sangat relevan dan bersifat universal. Dalam Alqur’an Surat Al-Qashash [28] ayat 77 dinyatakan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash [28]: 77).”
Bukan kebetulan pula ayat ini berada di tengah-tengah cerita tentang Qarun, orang kaya yang berlebih-lebihan lagi menyombongkan ilmunya dan kemudian dibenamkan oleh Allah ke dalam bumi. Kebinasaan Qarun adalah sebuah potret datangnya bencana dahsyat karena tabiat manusia yang ‘berbuat kerusakan di muka bumi.’ Di sini kita dapat mengambil pelajaran berharga bahwa kekayaan dan ilmu - yang dalam makna yang luas sering dianggap ‘tujuan’ dari kehidupan modern ini - juga mengandung resiko bila tanpa didasari oleh keimanan dan keshalihan.
Lalu bagaimanakah sikap kita sebagai seorang muslim harus bersikap dalam kehidupan modern yang sangat tidak ramah lingkungan ini? Islam mempunyai perhatian yang sangat tinggi terhadap lingkungan. Tidak hanya sumpah Allah dalam Alquran yang sering memakai elemen lingkungan yang berguna secara simbolis sebagai pengingat kita, tetapi juga secara praktis memberi pesan-pesan yang menyeru pada timbulnya sikap yang shalih terhadap lingkungan. Khalifah fil Ardh dalam konteks ini seharusnya diterjemahkan sebagai manusia yang mampu mengelola bumi dan seluruh isinya dengan penuh kebijaksanaan: sebuah keshalihan lingkungan. Dalam cara pandang ini, kita tidak menolak modernisasi, tetapi kita seharusnya juga menolak kedzaliman perilaku terhadap lingkungan hidup yang pada akhirnya akan menenggelamkan kita ke dalam bencana-bencana. Perilaku sosial yang dicontohkan oleh Nabi dan para sahabat pun mencerminkan hal itu. Sebidang tanah kosong yang ditelantarkan, secara hukum (syariat), diperbolehkan untuk dan dikelola oleh masyarakat. Secara umum Islam menghendaki setiap jengkal lahan di muka bumi ini mempunyai peran bagi kesejahteraan manusia di mana sebagai timbal baliknya, manusia juga harus menjadi khalifah - pengelola - yang bijaksana.
Peran tersebut di atas tentu saja tidak hanya dimaknai sebagai ‘lahan budi daya’ dari sisi ekonomi, tetapi juga lahan yang berperan sebagai penyangga kelangsungan hidup semua makhluk di dalamnya - peran sebagai bagian dari ekosistem. Tak mengherankan, tradisi Islam dalam konteks pengelolaan lahan ini sangat didominasi dengan citra keindahan, teknik pengairan yang canggih, pemilihan jenis tanaman yang teliti dan konfigurasi ruang terbuka maupun tertutup yang sempurna, yang semuanya mencerminkan ekspresi keindahan dan kecintaan terhadap Tuhan.. Pada masa kini, sesungguhnya peluang untuk menjadi shalih dalam lingkungan ini sangat luas. Menciptakan taman hijau di rumah dan lingkungan kita, misalnya dengan memanfaatkan lahan-lahan ‘tidur’, atau menanami lahan pinggir jalan dengan tanaman peneduh adalah contoh kecil saja. Lebih jauh lagi adalah perlunya kepedulian pada persoalan-persoalan global dan mampu memberi tanggapan dengan perilaku yang shalih. Pemanasan global, membesarnya lobang ozon, berkurangnya air tanah, krisis energi, banjir dan polusi adalah daftar persoalan yang kompleks yang perlu dipelajari dengan seksama. Perilaku apa yang akan memperparah keadaan dan kegiatan apa yang dapat mengurangi risiko kerusakan adalah perkara yang harus dipelajari dan diajarkan karena tidak semua orang memahami implikasi-implikasi tindakannya dilihat dari sudut pandang lingkungan hidup. Paparan di awal tulisan ini hanyalah sekelumit daftar perilaku kita sehari-hari yang sangat jarang kita perhatikan atau kita pedulikan bahwa ia berimplikasi negatif pada lingkungan, yang ternyata juga berimplikasi pada lingkungan global .Di sinilah perlunya penyadaran akan pentingnya perilaku yang shalih terhadap lingkungan sebagai sebuah pengamalan terhadap ajaran Islam. Umat Islam sebagai sebaik-baik umat, dan muslim sebagi khalifah di muka bumi. Keshalihan pada lingkungan ini juga harus dipelajari, dikaji dan diajarkan sejalan dengan pembelajaran kita terhadap tauhid, ibadah, ataupun ‘ilmu agama’ yang lain. Tanpa adanya pembelajaran ini, maka umat Islam akan senantiasa berada dalam ‘kegelapan’ dengan tetap mempraktikkan perilaku yang pada hakikatnya ‘membuat kerusakan di muka bumi.’ Secara ilahiah, perilaku kita telah melanggar larangan Allah. Dalam konteks duniawi, umat Islam akan dengan mudah dituduh sebagai umat yang tidak punya kepedulian lingkungan yang kuat. Di sini perlu sebuah gerakan penyadaran akan pentingnya kajian keshalihan lingkungan ini. Para ilmuwan Muslim harus turut mendidik masyarakat luas dengan dakwah lingkungannya. Para dai harus turut memelajari wacana lingkungan agar kajian-kajian mereka memuat pesan-pesan yang sarat dengan problem lingkungan saat ini.
Wallahu’alam

belajar dari lebah

Belajar dari lebah

Dalam Alquran Allah mengabadikan nama lebah menjadi nama sebuah surat, lebah (An-Nahl) adalah binatang yang memiliki banyak manfaat dan merupakan binatang yang mampu memberikan ilmu kepada manusia bagi siapa saja yang mau berpikir. Allah mengilhamkan kepada lebah dalam membuat sarang sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya, "Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan." (An-Nahl: 68-69) Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:
a. Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar. Begitulah pula sifat seorang Mukmin. Allah swt. berfirman:"Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu." (Al-Baqarah: 168)(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157) Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).
b. Mengeluarkan sesuatu yang bersih.
Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan melalui organ tubuhnya pun lebah mampu mengelurakan kebaikan berbeda dengan serangga lainnya yang sebahagian ada yang mengeluarkan sesuatu yang menjijikkan bahkan penyakit. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan yaitu air liurnya. Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. "Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan." (Al-Hajj: 77) Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.Segala yang keluar dari diri seorang mukmin adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar makhluk.
c. Tidak pernah merusak
Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah sifat seorang mukmin tidak akan pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun baik material maupun nonmaterial. Bahkan sifat seorang mukmin itu selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.
d. Bekerja keras
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari sarangnyanya (saat "menetas"), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." (QS: Alam Nasyrah: 7) Kerja keras dan semangat pantang mundur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia kecuali yang mendapat rahmat Allah tidak suka jika dirinya "dirugikan" dalam upaya penegakkan keadilan.
e. Bekerja secara kolektif dan tunduk pada satu pimpinan
Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Qs.Ash-Shaff: 4)
f. Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu
Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan "kehormatan" masyarakat, lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari, tetapi jika ada, tidak lari. Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebutkan dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Alquran sebagai salah satu nama surah yaitu: An-Nahl.
Wallahu’alam.

Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw rahmatan lil’alamin
Fatma Yulia Rasyid

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِين
الــلّهُــمَّ صَــلِّ وَسَلِّــمْ عـَلىَ سَــيِّدِنَا مُحَمَّد
“ Sesungguhnya Kami mengutusmu ya Muhammad sebagai rahmat untuk semesta alam” (QS. Al-anbiya’: 107)
Setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal kita diingatkan kembali dengan hari lahirnya Rasulullah Muhammad Saw sosok yang memiliki kepribadian yang sangat agung. Kelahirannya membawa rahmat bagi semesta alam. Akhlak beliau merupakan akhlak yang sangat agung sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat al-Qolam ayat 5 “ Sesungguhnya engkau Muhammad benar-benar memilimi akhlak yang paling mulia “. Bahkan beliau sendiri menyatakan bahwa kehadirannya di bumi semesta ini adalah sebagai duta untuk menyempurnakan akhlak. (“ Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan akhlak). Sosok manusia yang benar-benar super excellent (sangat unggul) dari manusia lainnya di bumi ini. Mendapat gelar yang paling mulia yaitu habibullah (kekasih Allah).
Kepribadian Rasulullah Saw yang agung ini tidak hanya diakui oleh umatnya saja namun umat dari agama lain pun turut salut dan hormat atas kepribadian beliau. Selalu unggul dimana saja berada. Bahkan dengan ketinggian akhlaknya ini membuat orang-orang yang membencinya menjadi mencintainya bahkan melebihi cinta mereka atas diri pribadi mereka sendiri. Sejarah banyak mencatat perjalanan hidup beliau yang penuh dengan nilai-nilai keagungan dan kemuliaan. Dari aspek kehidupan yang sangat sederhana namun memiliki rasa kecintaan yang mendalam kepada orang-orang fakir dan miskin apalagi anak-anak yatim. Rasa sayang beliau terhadap kaum-kaum marginal ini membuat kita seharusnya menitikkan air mata keharuan karena beliau orang yang paling mulia memiliki rasa empati yang tinggi kepada kaum marginal ini sementara kita seharusnya bertanya dimana posisi kita?
Dalam bidang pemerintahan keunggulan Rasulullah Saw tidak ada yang meragukannya, kepiawaian dalam mengatur strategi perang dan menentramkan pihak-pihak yang bertikai serta membuat agama lain merasa tenang dan tentram hidup berdampingan dengan kaum muslimin seperti layaknya saudara mereka sendiri. Meyakinkan kepada pemeluk agama diluar Islam bahwa sesungguhnya arti Islam itu adalah selamat yang berarti selalu memberikan keselamatan dan menjaga keselamatan itu untuk selalu ada bagi siapa saja. Pengakuan dari negara lain yang diluar dari pemerintahan Rasulullah Saw menambah sederetan prestasi beliau dalam memegang tampuk pemerintahan. Nabi Muhammad Saw adalah seorang pemimpin yang begitu mulia akhlaknya. Empat karakter kepemimpinan Rasululllah Saw yang harus diteladani adalah Shiddiq, amanah, tabligh dan Fathonah.
Sebagai pemimpin di keluarga, suami, ayah beliau juga merupakan orang yang sangat terpuji. Berlaku adil kepada para isrinya dan melimpahkan kasih sayang kepada isteri-isterinya dan anak-anaknya. Kasih sayang orang tua ini tidak hanya diberikan kepada anak-anaknya saja namun juga kepada anak-anak yang lain terutama anak-anak yatim. Bahkan kepada seluruh umatnya di alam ini yang ketika beliau akan bertemu dengan Allah masih sempat mengingat umatnya.
Sebagai utusan Allah pembawa risalah untuk umat manusia di seluruh alam semesta beliau berhasil membuktikannya dengan tegaknya Islam sebagai agama yang paling banyak dianut secara mayoritas oleh penduduk bumi ini. Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik selalu sahut-menyahut dan menggema tiada henti-hentinya kalimat-kalimat thayyibah di seluruh penjuru dunia yang menandakan bahwa Islam merupakan agama yang menyebar di seantero dunia dari megapolitan sampai pelosok-pelosok negeri. Amanah risalah untuk menegakkan Islam sebagai agama satu-satunya yang akan diterima disisi Allah Swt menjadi kenyataan.
Sebagai seorang guru, Rasulullah Saw memiliki ilmu yang sangat luas sebagai tempat bertanya dan memuaskan rasa haus para sahabat akan ilmu pengetahuan selain dari Alquran sebagai sumber ilmu pertama. Tidak ada permasalahan pada waktu beliau hidup yang tidak ada jawabannya. Padahal dari riwayat kependidikannya beliau hanyalah seorang yang ummi namun pengetahuan dan ilmu beliau melampaui para profesor-profesor yang memiliki sederatan gelar akademik yang panjang dan waktu pendidikan yang ditempuh sangat lama pada masa kini. Bahkan apa yang beliau jelaskan pada masa empat belas abad yang lalu menjadi sumber inspirasi dan ide-ide intelektual yang sangat canggih pada masa sekarang ini. Tidak ada yang expired date (kadaluarsa) apa yang pernah beliau sampaikan baik melalui untaian kalimat-kalimat beliau yang dikemas dalam bentuk hadis-hadis ataupun yang menjadi ketetapan dan perbuatan beliau. Semua ajaran yang dikenal dengan ilmu yang beliau sampaikan membawa rahmat bagi siapa yang mau mengikutinya. Metode pengajaran beliau juga merupakan metode yang banyak dicontoh oleh para pakar pendidikan pada masa kini seperti metode diskusi dan ceramah. ”Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat” merupakan sebuah perintah yang menjadi sumber inspirasi bagi pakar pendidikan bahwa sesungguhnya hadis ini menjelaskan bahwa apabila otak kita disibukkan dengan aktivitas berpikir maka kita akan terhindar dari penyakit alzheimer (pikun). Bahkan menurut Dr Diamond mantan kepala Lawrence Hall of Science di Universitas California Berkley Amerika Serikat bahwa sesungguhnya yang membuat seseorang itu lebih tua dari usianya adalah karena berhenti berpikir. Diamond selanjutnya menelusuri kaitan hadis ini dengan otak para ilmuwan yang hidup dalam usia lanjut namun otaknya tetap memproduksi berbagai penemuan yang sangat briliant.
Sebagai hamba Allah, Nabi Muhammad Saw merupakan ahli ibadah yang sangat taat. Meskipun memperoleh jaminan akan masa depannya di akhirat beliau malah menjadikan jaminan tersebut sarana bagi dirinya untuk selalu bersyukur dan tidak melupakan yang Maha Pemberi Jaminan yaitu Allah Swt. Hari-hari beliau tidak pernah luput dari mengingat Allah. Ibadah beliau merupakan ibadah yang sangat sempurna. Seluruh perbuatan Rasulullah ini merupakan bahan pelajaran bagi umatnya bahwa beliau yang sudah dijamin masuk surga tetap menjalankan ibdah dengan tekun lalu bagaimana dengan kita yang sama sekali tidak memiliki jaminan apa-apa?
Sebagai seorang dokter dan pakar kesehatan, Rasulullah Saw merupakan dokter yang paling handal. Seluruh aspek amaliyah yang beliau lakukan mengandung nilai-nilai kesehatan. Mulai dari yang kecil sampai yang besar seluruhnya mengandung unsur kesehatan. ketika makan atau minum beliau menganjurkan agar makan atau minumlah dengan tangan kanan dan mengucapkan Bismillah karena makanan atau minuman yang didoakan akan memberikan kebaikan bagi orang tersebut dan mengukur takaran makanan karena sesungguhnya perut manusia ini merupakan sumber penyakit yang akan bereaksi apabila masuk makanan yang terlalu banyak. Bahkan perintah puasa merupakan sarana kesehatan yang sangat ampuh untuk menyembuhkan berbagai penyakit dalam maupun penyakit jasmani. Sabda Rasulullah Saw : ” Puasalah kamu niscaya kamu akan sehat”. Dalam gerakan sholat yang dilakukan dengan benar sesuai dengan yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw peredaran darah akan lancar dan pergerakan tulang-tulang manusia akan semakin kuat bahkan posisi kepala ketika sujud dapat menyuplai darah dan oksigen ke otak yang ketika diteliti oleh pakar immunilogi dapat mencegah penyakit yang paling ditakuti yaitu stroke bahkan sujud yang dilakukan dengan thuma’ninah dapat membuat cerdas dan kuat hapalan.
Masih banyak lagi aspek-aspek yang belum digali dari kepribadian Rasulullah Saw dan menjadi tugas bagi umat Islam untuk melakukannya. Sosok Rasulullah Saw yang dalam hidupnya langsung menjadi contoh buat umatnya dalam setiap perkataan dan perbuatan seharusnya benar-benar menjadi sosok yang mampu membangun pribadi-pribadi manusia yang unggul masa kini. Mengedepankan akhlak yang mulia dan tetap memiliki integritas yang tinggi kepada kebenaran.
Peringatan lahirnya Rasulullah Saw ini seharusnya tidak hanya dilakukan dalam bentuk seremonial belaka yang terkadang menghabiskan dana yang begitu banyak namun tidak memperoleh hasil yang signifikan untuk perubahan pada diri pribadi maupun masyarakat. Barangkali juga perlu kita memikirkan adanya metode dakwah yang tepat untuk memperingati lahirnya Rasulullah Saw ini walaupun dengan seremonial namun hasilnya bermanfaat.
Selain itu semangat yang harus dimiliki dalam peringatan maulidurrasul (hari lahirnya Rasulullah ini) adalah semangat pengkajian dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman dan mengeksplor (menggali) hadis-hadis Nabi sebagai kontribusi pengembangan ilmu-ilmu sosial, pengetahuan alam dan teknologi sehingga bangsa ini tidak menjadi bangsa yang gemar buat pesta belaka namun mampu melesatkan pengetahuan yang canggih sehingga menjadi bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran surat al-Mujadalah ayat 11 : ” Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang memiliki kapasitas keilmuan”. Peringatan maulidurrasul juga menjadi sarana untuk menelusuri kembali jejak-jejak napaktilas Rasulullah Saw dalam menyebarkan perdamaian dunia. Untuk itu marilah kita memperbanyak membacakan shalawat sebagai kado ulang tahun bagi baginda Rasulullullah Saw yang insyaAllah menjadi syafaat di hari kemudian. ” Allahummashalli wa sallim ’ala sayyidina Muhammadin wa ’ala alihi wa ashabihi wa man tabi’a hudahu ajma’in”

Wallahu ’alam wamuwafiq ila aqwamitthariq

sosok Umar

Merindukan sosok Umar ibn Khattab
Fatma Yulia

حَكَمْتَ فَعَدْلْتَ فَأَمِنْتَ فَنِمْتَ يَا عُمَرُ
“ Engkau memutuskan hukum maka engkau berlaku adil, lalu keamanan negerilah yang membuat engkau tidur wahai Umar”

Petikan kalimat di atas merupakan ungkapan seorang utusan raja Kisra dari Persia ketika ia ingin bertemu dengan Umar ibn Khattab khalifah yang kedua dari khulafaurrasyidin. Kunjungan utusan raja kisra ini ingin melihat bagaimana kepribadian Umar yang digambarkan oleh masyarakat bahwa ia merupakan pribadi yang tawadhu’ namun tegas dan adil. Sepanjang perjalanannya ia mendiskripsikan dalam bayangannya bahwa Umar ibn Khattab Amirul Mukminin ini tinggal di sebuah istana yang sangat megah seperti istana yang dimiliki oleh raja mereka Kisra dan memakai pakaian yang penuh dengan pernak-pernik dari emas dan seluruh kemegahan serta atribut yang selalu menjadi kebanggaan seorang raja. Namun bayangannya tersebut sungguh berlawanan seratus persen, manakala dia melihat sosok Umar khalifah kaum muslimin ini tinggal di rumah seperti rumah masyarakat pada umumnya yang tidak ada tanda-tanda kemewahannya, bahkan tempat tidurnya adalah tanah di bawah pohon dan pakaiannya adalah pakaian layaknya manusia biasa bahkan lebih murah dan lebih sederhana lagi. Tidak dilengkapi dengan emas maupun perhiasan layaknya seorang raja, dan beliau juga tidak melihat para pengawal yang menjaga dirinya sebagai bodyguard (paspampres).
Kenyataan inilah yang membuat utusan tersebut mengucapkan kalimat di atas. Cuplikan kisah ini hanyalah sebahagian kecil saja dari kisah Umar ibn Khattab ra yang sesungguhnya apabila kita banyak membaca dalam buku-buku sejarah Islam tentang kepribadian Umar ibn Khattab ini kita akan merasa kagum bahkan terkadang mungkin kita merasa kecil dan tidak berharga karena antara amanah yang dibebankan sebagai pelayan umat tidak sebanding dengan besarnya tuntutan kemewahan yang diperebutkan.
Umar ibn Khattab ra, selain sahabat Nabi Muhammad saw beliau juga adalah mertua bagi Rasulullah Saw karena menikah dengan anak perempuan Umar ibn Khattab yaitu Hafshah. Umar ibn Khatab memperoleh hidayah masuk Islam di tangan saudara perempuannya yang bernama Fatimah ketika ia mengetahui bahwa adiknya ini telah lebih dahulu beriman kepada Rasulullah Muhammad Saw. Namun hidayah yang Allah berikan kepadanya ini menjadi salah satu sumber kekuatan bagi kaum muslimin. Setelah masuk Islam Umar termasuk sahabat yang sangat istiqomah dalam menjalankan Islam. Abu Dzar al-Ghifari mendengar Rasulullah Saw pernah bersabda “ Sesungguhnya Allah telah meletakkan kebenaran pada lidah Umar dan dia berbicara dengan kebenaran tersebut.” (HR. Ibn Majah dan dishahihkan oleh Albaniyy).
Imam Mujahid mengatakan bahwa “Adalah ‘Umar berpendapat tentang sesuatu, kemudian al-Qur’an turun sesuai dengan pendapatnya tersebut.” Diantara pendapatnya tersebut dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa suatu kali Umar ra berkata, “Aku sesuai dengan Rabb-ku dalam tiga hal apabila aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita jadikan maqam Ibrahim (tempat berdiri Nabi Ibrahim waktu membangun Ka’bah) sebagai tempat shalat?’, maka turunlah ayat, “Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat” [QS. al-Baqarah (2): 125], kemudian perkataannya yang kedua kepada Nabi Muhammad Saw adalah, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ikut masuk kepada istri-istrimu orang-orang yang baik dan yang fasik, maka perintahkanlah istri-istrimu untuk berhijab”, maka turunlah ayat hijab, “ wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. [QS. al-Ahzāb (33): 59]. Pernah istri-istri Nabi bersepakat dalam ghīrah (kecemburuan) maka aku berkata, “Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabb-nya akan memberi ganti untuknya dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian”, maka kemudian turunlah ayat [QS. at-Tahrīm (66): 5] (HR. Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim ada tambahan, “Dan dalam masalah tawanan perang Badar).
Ketika beliau menjabat sebagai khalifah banyak prestasi yang beliau torehkan buat sejarah Islam diantaranya yang termasyhur sampai sekarang adalah penanggalan kalender hijriah yang dihitung sejak Rasulullah Saw hijrah ke Madinah.
Dalam bidang pemerintahan baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri juga banyak dilakukannya antara lain pembentukan propinsi yang dikepalai oleh seorang wali atau kita kenal sekarang dengan istilah gubernur, pembentukan berbagai departemen untuk membantu kerja gubernur, penertiban keuangan negara dari praktek-praktek korupsi dengan membentuk badan pengawas keuangan dan perpajakan (muhasabah diwanulmaliyywalkharaj). Kebijakan luar negeri yang dilakukannya antara lain Memiliki rekor terbesar dalam sejarah penaklukkan dengan damai(futuhat) ke berbagai negara di luar Arab pada masa khulafaurrasyidin diantaranya Palestina bahkan sampai ke India pada waktu itu.
Sosok Umar ibn Khattab dari personalitinya dikenal sebagai orang yang sangat adil dan gelar yang disandanganya juga adalah “ al-faruq” yang artinya pembeda bahkan gelar yang sangat populer melekat pada dirinya adalah al’adil. Sehingga kaum muslimin pada saat itu ada yang menyebutnya sebagai khalifah ‘umar al’adil. Keadilannya tersebut bersifat mutlak artinya bukan karena ingin menzhalimi atau bahkan karena rasa cinta kepada sesuatu. Sebuah peristiwa tentang sifat keadilannya ini adalah ketika seorang gubernurnya di Mesir bernama ‘Iyadh bin Ghunam mengkhianatinya dan berlaku tidak amanah maka ia mengirimkan sebuah tongkat dan jubah dari wol serta seekor kambing sebagai sindiran bagi gubernur tersebut untuk kembali menjadi pengembala kambing sebagaimana profesi yang dijalaninya sebelum menjadi khalifah. Atau dalam hal penggunaaan harta negara (baitumal) saja dia meminta izin kepada kaum muslimin untuk menggunakannya, peristiwa ini terjadi ketika beliau sakit dan dokter menyarakannya agar meminum madu sedangkan madu itu hanya ada di baytulmal, maka ia mengatakan : ” jikalau kaum muslimin mengizinkanny akan aku ambil namun jika tidak maka haram bagiku ”. Beliau selalu menegur para gubernur yang dengan semena-mena menggusur rumah penduduk meskipun bukan seorang muslim. Sehingga apabila dia mendengar ada laporan dari masyarakat tentang penggusuran yang semena-mena ini beliau langsung menegurnya dengan keras.
Kisah lainnya yang menceritakan keadilan Umar adalah seorang Mesir dari suku Qibthi yang mengadakan perlombaan pacuan kuda dengan Muhammad ibn ‘Amru ibn ‘Ash seorang anak dari gubernur Mesir, dimana perlombaan tersebut dimenangkan oleh orang Mesir tersebut. Kemenangan ini membuat Muhammad anak gubernur Mesir marah dan memukulnya sambil mengucapkan bahwa dia berani mengalahkan anak seorang pembesar. Ketika Umar ibn Khattab melakukan kunjungan kerja ke Mesir, orang Mesir ini mengadukan perihal masalah yang diadukannya kepada Umar dan dengan segera Umar memanggil gubernur dan anaknya tersebut. Ketika keduanya berada di hadapan Umar, Umar memberikan tongkat kepada orang Mesir tersebut dan menyuruhnya untuk memukul anak gubernur tersebut. Dan umar memperingatkan gubernur Mesir ‘Amru bin’Ash dengan perkataannya yang masyhur “ Kapan engkau menjadikan seorang manusia itu menjadi budak sedangkan dia dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan merdeka?” mendengar hal ini gubernur Mesir dan anaknya ketakutan.
Sifat tawadhu’ Umar ibn Khattab dilihat dari kebebasannya berbaur dengan berbagai kalangan masyarakat mendengar keluhan dan curahan hati mereka dan mencarikan solusi agar hati masyarakatnya menjadi tenang. Beliau juga bekerja sebagai pedagang padahal dia adalah seorang khalifah. Diantara kisah yang sangat masyhur dari ketawadhu’an Umar ibn Khattab adalah ketika ia melakukan inpeksi mendadak (sidak ;kalau bahasa pejabat kita) ke rumah-rumah kaum muslimin pada malam hari pada waktu itu dia mendengar suara tangisan anak-anak dari keluarga miskin yang belum tidur karena kelaparan, melihat hal ini dia menangis dan merasakan dosa yang amat besar atas kelalaiannya ini. Dengan segera ia mengambil sekarung gandum dan memikul sendiri di atas pundaknya untuk selanjutnya memasakkan gandum tersebut sampai keluarga tersebut kenyang dan dapat tertidur dengan tenang yang ini semua dia lakukan sendiri. Keutamaan ibadah ‘Umar tidak diragukan lagi beliau adalah ahli ibadah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:“Wahai Ibnu al-Khaththab (‘Umar), demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan menemuimu berjalan di satu jalan melainkan ia mengambil jalan lain yang bukan jalanmu” (HR. Bukhari dan Muslim). ‘Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: “ Sesunggguhnya aku melihat setan, jin dan manusia lari dari Umar” (HR. at-Tirmidzi).
Keteladanan yang ditunjukkan oleh ’Umar ibn Khattab ini semata-mata karena beliau mengikuti pribadi orang yang dicintainya yaitu Rasulullah Muhammad Saw sehingga kita juga harus dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh para sahabat-sahabat Rasul apalagi kalau kita mendapat amanah menjadi seorang pemimpin. Sekarang tinggal bagaimana para pemimpin kita dapat bersikap dan berlaku sebagaimana ‘Umar ibn Khattab sehingga terwujud keadilan, keamananan dan kesejahteraan. Tentu keadaan inilah yang sangat kita rindukan. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada ulil amri kita agar mereka seandainya saja mereka seperti ’Umar. Ya seandainya mereka seperti Umar...........

Wahu’alam bisshawwab wamuwafiq ilaa aqwaamithariq.

pathologi society

Menjauhi Enam Penyakit Sosial

Fatma Yulia

” Wahai orang-orang yang beriman janganlah segolongan kamu merendahkan(mengolok-olok) golongan yang lain, boleh jadi golongan yang direndahkan itu lebih baik dari golongan yang merendahkan. Begitu juga dengan para wanitanya maka janganlah satu kaum wanita merendahkan kaum wanita yang lain boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari yang merendahkan. Juga janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu memanggil seseorang dengan gelar yang buruk karena sesungguhnya gelar yang buruk itu adalah seburuk-buruk nama setelah beriman. Barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka termasuk orang-orang yang zhalim. Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan janganlah kamu menceritakan aib (ghibah)satu sama lain apakah kamu senang memakan bangkai saudaramu sendiri? Tentu kamu akan jijik dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS: Al-Hujuraat : 11-12).

Petikan dua ayat di atas ditujukan kepada orang-orang yang beriman untuk menjaga kehidupan mereka di masyarakat sebagai seorang saudara. Ayat sebelumnya menerangkan bahwa ”Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara maka sesama saudara harus saling mendamaikan”. (QS. al-Hujurat ayat 10). Kemudian Allah menjelaskan bahwa untuk menjamin kedamaian antara seorang mukmin yang satu dengan yang lainnya dan mengambil wadah dalam bentuk masyarakat harus menjauhi enam penyakit yang dapat merongrong perdamaian tersebut. Apabila enam penyakit ini terjadi di masyarakat maka dapat meruntuhkan sendi-sendi ukhuwah islamiyyah, prinsip-prinsip keadilan dan demokrasi.. Enam penyakit yang sering terjadi di masyarakat itu adalah :
1. as-Sukhriyyah ( suka menggolok-olok)
Masyarakat unggul yang hendak ditegakkan Islam dengan petunjuk Alquran ialah masyarakat yang memiliki etika luhur. Pada masyarakat itu setiap individu memiliki kehormatan yang tidak boleh disentuh karena ia merupakan kehormatan kolektif. Mengolok-olok individu manapun berarti menolok-olok pribadi umat. Sebab seluruh jamaah itu satu yang berarti satu kehormatan. Melalui ayat ini Allah memberitahukan etika itu tersebut melalui panggilan sayang ” Hai orang-orang yang beriman”. Allah melarang satu kaum mengolok-olok kaum yang lain, sebab boleh jadi laki-laki yang diolok-olok itu lebih baik atau wanita yang diolok-olok itu lebih baik dari wanita yang mengolok-oloknya dalam pertimbangan Allah. Ungkapan ayat ini secara halus mengisyaratkan bahwa nilai-nilai lahiriah yang dilihat laki-laki dan wanita pada dirinya bukanlah nilai hakiki yang dijadikan pertimbangan oleh manusia. Di sana terdapat sejumlah nilai lain yang tidak mereka ketahui dan hanya diketahui Allah serta dijadikan pertimbangan oleh seorang hamba. Terkadang orang kaya menghina orang miskin, orang kuat menghina orang lemah, orang yang sempurna menghina orang cacat, orang pintar menghina orang bodoh, orang yang bisa menghasilkan keturunan menghina orang yang mandul, dan sebagainya. Hal-hal ini merupakan urusan yang berhubungan dengan nilai duniawi yang tidak dapat dijadikan ukuran. Timbangan Allah dapat naik dan turun bukan oleh timbangan duniawi itu.
al-Lumzu ( mencela)
Al-lumzu mengandung makna mencela aib. Alquran menceritakan bahwa orang-orang yang beriman itu seperti satu tubuh, yang berarti barang siapa mencela orang lain maka sesungguhnya ia mencela dirinya sendiri yang dalam ayat ini disebutkan ” anfusakum” yang mengandung makna diri sendiri. Sama halnya dalam ayat tentang larangan membunuh : ” janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri” (QS. An-Nisa’(9) : 24 ) yang berati dilarang membunuh satu sama lain. Dalam hadis juga disebutkan bahwa ”Orang mukmin itu seperti seorang manusia yang apabila kepalanya merasa sakit maka seluruh fisiknya juga akan merasakan sakit, dan apabila matanya sakit maka sakitlah seluruh anggota badannya juga ” (HR. Ahmad).
Menurut Dr Wahbah az-Zuhali al-lumzu ini dapat dilakukan dalam bentuk mencemarkan nama baik ataupun membuka aib orang lain melalui bentuk perkataan , perbuatan maupun sekedar dalam bentuk simbol-simbol semata (bisa dalam bentuk gambar-gambar: karikatur, dll). Sifat mencela ini juga dapat merusak sendi-sendi persaudaraan karena terjadi sejalan dengan sifat tercela lainnya yaitu fitnah.

Tanabazul alqab (memberi gelar yang buruk)

Termasuk ke dalam unsur mengolok-olok dan mencela adalah memanggil dengan panggilan yang tidak disukai pemilikinya sehingga ia merasa terhina dan ternoda dengan panggilan itu. Seperti memanggil dengan nama binatang, atau kekurangan yang ada pada fisik seseorang dll. Di antara hak seorang mukmin yang wajib diberikan mukmin lainnya adalah dia tidak memanggilnya dengan sebutan yang tidak disukainya. Di antara kesantunan seorang mukmin ialah tidak menyakiti saudaranya dengan hal semacam itu. Setelah ayat di atas mengisyaratkan nilai-nilai hakiki menurut pertimbangan Allah dan setelah menyentuh rasa persaudaraan bahkan perasaan bersatu dengan diri yang satu konsep selanjutnya adalah menjaga seorang mukmin agar tidak kehilangan sifat yang mulia. Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa seburuk-buruk panggilan adalah panggilan sesudah beriman. Sebagaimana panggilan/gelar-gelar yang buruk dilakukan orang-orang kafir pada masa jahiliyyah ketika melihat banyak orang yang memeluk agama Islam.
Su’uzhann (buruk sangka/ negative thinking)

Berburuk sangka (su’u zhann/ negative thinking) dilarang karena banyaknya buruk sangka dapat menyebabkan dosa sebab manusia tidak akan tahu sangkaannya yang mana yang baik atau malah menimbulkan dosa. Dr Wahbah az-zuhaili menjelaskan bahwa yang tergolong dalam prasangka ini adalah menyangka ahlulkhair (orang yang nyata-nyata berbuat kebaikan, kedamaian dan amanah) disangkakan adalah orang yang tidak baik/pura-pura. Rasulullah Saw mencela perbuatan orang-orang yang berprasangka, : ” Allah melarang orang-orang mukmin berprasangka kecuali dengan prasangka yang baik-baik.(HR. Ibn ’Abbas ra). Hadis lainnya yang diriwayatkan oleh Thabrani menyatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda : ” jika kamu berprasangka, ia tidak akan terwujud”. Hadis ini membebaskan manusia agar senantiasa terpelihara hak-haknya, kebebasannya dan segala ekspresinya sebelum nyata benar perbuatan yang dilakukannya tersebut berisiko hukum. Sangkaan yang terjadi di masyarakat misalnya belum cukup dijadikan landasan penetapan sanksi.
Tinjauan aspek psikologis buruk sangka juga dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sebagaimana penelitian yang dilakukan dalam studi yang dipublikasikan di psychology and aging, sebuah jurnal dari American psychologycal Association (APA) menunjukkan berpikir positif ikut berperan penting dalam proses memperlambat penuaan. Termasuk faktor keturunan dan kesehatan. artinya berpikir yang baik (husnuzhann) berhubungan erat dengan emosi positif dan kekuatan fisik. Tidak saja dapat membuat lebih tenang tetapi juga efektif memperlambat penuaan.
Studi yang dilakukan ini melibatkan 1558 orang tua keturunan Amerika- Meksiko yang tinggal di bagian barat daya Amerika. Sebelum diadakan penelitian para partisipan(orang yang diteliti) tidak mengalami kerapuhan fisik, kemudian dilakukan penelitian dengan melihat hubungan tingkat pikiran positif dengan kerapuhan fisik. Hasilnya menunjukkan bahwa pikiran yang kurang positif mengalami peningkatan angka kerapuhan fisik hingga 8 persen. Sedangkan pikiran positif tinggi secara signifikan kemungkinan kecil mengalami kerapuhan fisik karena pikiran positif langsung mempengaruhi kesehatan melalui respon kimia dan saraf. Alquran membersihkan hati manusia untuk tetap bersih dan terbebas dari kegelisahan dan kegundahan karena kehidupan akan nyaman dalam masyarakat yang bebas dari prasangka negatif
Tajassus (mencari-cari kesalahan)

Tajassus mengandung arti mencari-cari ’aib orang lain yang merupakan auratnya dan mengekspos aurat yang disembunyikan tersebut kepada khalayak yang sumbernya diperoleh dari data yang didengar dari orang-orang yang benci kepadanya atau langsung mencari tahu ke tempat tinggalnya. Tajassus kadang-kadang merupakan kegiatan yang mengiringi dugaan dan kadang-kadang sebagai kegiatan awal untuk menyingkap aurat dan mengetahui keburukan seseorang. Alquran memberantas praktik yang hina ini dari segi akhlak guna membersikan hati dari kecenderngan yang buruk dengan mengungkapkan aib dan keburukan orang lain. Manusia memiliki kebebasan kehormatan dan kehormatan yang tidak boleh dilanggar dengan cara apapun dan tidak boleh disentuh dalam kondisi apapun. Rasulullah Saw bersabda : ”jika kamu menyelidiki aib manusia berarti kamu mencelakakan mereka atau hampir mencelakakan mereka.” (HR Abu Darda’).
Ghibah (menceritakan aib/ bergosip)

Ghibah yaitu menceritakan keburukan orang lain yang tidak disukainya. Ketika ditanya sahabat kepada Rasulullah Saw tentang ghibah, beliau menjawab : ” menceritakan tentang saudaramu yang tidak kamu sukai, lalu sahabat bertanya bagaimana jika itu benar ada padanya? Rasulullah saw menjawab: ” Jika kamu katakan itu ada pada dirinya maka kamu telh berghibah. Tetapi jika tidak ada padanya berarti kamu telah berdusta tentang dia” (HR. Tirmidzi). Allah mengumpamakan orang yang suka berghibah adalah orang yang suka makan bangkai saudaranya sendiri. Simbolisasi ini mengindikasikan bahwa perbuatan ghibah itu adalah perbuatan haram dan menjijikkan. Ghibah juga dapat merusak tatanan kemuliaan dan kehormatan bagi orang yang melakukannya karena ucapan yang keluar dari lidahnya itu akan kembali juga pada dirinya sendiri.

Keenam penyakit masyarakat ini disampaikan empat belas abad yang lalu yang berarti Alquran memprediksi bahwa penyakit-penyakit ini akan terus mewabah dalam kehidupan manusia kecuali manusia bisa menghindari dan mengobati hatinya agar tidak terjangkit. Apabila masyarakat yang bebas dari penyakit-penyakit ini maka demokrasi yang di agung-agungkan setiap negara pasti terwujud dengan damai dan penuh rahmat sebagaimana yang pernah terjadi empat belas abad silam. Semoga masyarakat kita cepat menyadarinya. Wallahu ‘alam bisshawwab

sindrom facebook

Sindrom Facebook
Fatma Yulia

Dunia media Indonesia akhir-akhir ini sedang disibukkan dengan berita-berita hangat yang berkaitan dengan facebook (baca: fesbuk). Beberapa orang tua kelimpungan anak gadisnya hilang setelah berhubungan melalui media jejaring sosial ini. Peristiwa ini terus terjadi dan hampir setiap hari dalam dua minggu belakangan orang tua antri melaporkan kehilangan anaknya gara-gara fesbuk. Fesbuk menjadi terkenal dan orang-orang tua pun ikut-ikutan menjadi terkenal karena sering muncul dan diwawancari stasiun TV. Fesbuk menjadi sindrom bagi masyarakat Indonesia. Sindrom yang berarti gejala yang terjadi secara serentak yang menandai ketidaknormalan tertentu dan biasanya bersama-sama membentuk pola yang dapat diidentifikasi. Sindrom fesbuk secara revolusi membentuk perilaku masyarakat yang mengenal internet ataupun handphone yang menyediakan fasilitas tersebut untuk tahu benda apa yang disebut fesbuk ini dan menjadi ramai dibicarakan.
Mungkin bagi sebagian orang menganggap tidak terlalu peduli dengan fesbuk sehingga mau ngetrend atau tidak bukanlah menjadi soal. Tetapi bagi sebagian orang yang terkena wabahnya akan menjadi tergila-gila kalau bisa dikatakan terhadap barang baru ini. Fesbuk merupakan sebuah situs jejaring sosial yang mengetengahkan profil atau jati diri seseorang untuk dapat dilihat oleh seluruh dunia untuk mengaksesnya. Melalui media ini seseorang dapat memperkenalkan dirinya atau mencari tau tentang seseorang yang dikagumi atau yang tidak pernah dikenalnya sama sekali. Media ini juga menyediakan ruang untuk menampilkan foto-foto wajah kita agar dilihat oleh manusia di seantero jagat ini. Sehingga secara tidak langsung kita menjadi terkenal dan mensugesti seseorang untuk mengenal kita.
Kita cenderung risih bila dikatakan gak gaul sehingga langsung memuja trend dan mencintai kecenderungan orang banyak. Wabah fesbuk cepat sekali menyebar di tengah masyarakat. Orang seperti kehausan info-info terbaru dan trend-trend sosial. Sekarang ini, internet dianggap simbol kemajuan yang artinya kalau kita gemar berinternet namun tidak memiliki akun jejaring sosial (fesbuk), akan terasa aneh. Tidak heran kalau anak-anak SD pun berbondong-bondong bikin akun (mendaftar menjadi peserta) di fesbuk. Sebagian siswa bahkan tidak sungkan menanyakan akun fesbuk gurunya. Sebab mereka pun sudah risih kalau disebut ketinggalan zaman. Bahkan ibu-ibu baik yang bekerja di kantor meskipun tidak semua atau yang menjadi ibu rumah tangga juga ketularan wabah ini. Bahkan seorang ibu rumah tangga sangking asyik berfesbuk ria lupa mengurus anaknya yang mau sekolah ataupun keperluan lainnya. Bahkan terkadang mampu berlama-lama di depan komputer ataupun berjam-jam memegang handphone sambil tertawa sendiri merupakan salah satu keanehan lainnya dari fesbuk ini. Terkadangpun sholat dikerjakan di ujung-ujung waktu seolah-olah sholatnya dijamak karena tanggung.
Kehadiran fesbuk sebagai jejaring sosial ini tentu saja menuai beragam dampak, baik dampak positif atau negatif, tetapi juga dapat menciptakan satu gerakan sosial untuk menciptakan atau menjatuhkan imej sekelompok orang atau pejabat sekalipun. Contoh dukungan terhadap bibit-chandra (KPK) ataupun terhadap Prita (kasus RS Omni) menjadi sebuah aksi sosial yang fenomenal karena mampu membuat pemerintah jadi turun tangan untuk ikut mengurusnya. Juga yang baru-baru ini terjadi dipampangnya foto bupati dan wakilnya dengan vulgarnya di fesbuk milik sang bupati. Selain fesbuk jejaring sosial lainnya yang membuat masyarakat mampu berevolusi adalah twitter yang punya ambisi yang sama dengan fesbuk yaitu memperkenalkan diri ke khalayak ramai, yang juga banyak menuai dampak seperti kasus luna Maya atau Mario teguh (yang akhirnya menutup situs ini). Sebenarnya sebelum fesbuk, twitter sudah ada situs yang juga mirip-mirip yaitu frenster yang belakangan kurang dikenal karena digusur dengan anak baru yang bernama fesbuk dan twitter.
Tidak dapat dipungkiri memang manfaat fesbuk ini juga dapat dirasakan selain sensasi-sensasi yang dimunculkannya. Bahwa sesungguhnya melalui fesbuk dapat menipiskan jarak psikologis satu sama lain. Istilah lainnya adalah menjalin silaturahmi dengan orang-orang yang sudah lama tidak bertemu untuk selanjutnya merekatkan kenangan masa lalu dengan bercanda berdasarkan cerita masa kini. Tadinya hubungan yang sangat jauh karena terbentang dinding yang tinggi, maka melalui fesbuk bisa saling bertemu dengan menuliskan apa yang menjadi ungkapan hati melalui wall (dinding) yang terdapat pada fitur yang disediakan oleh fesbuk. Bahkan tadinya dibatasi oleh jurang yang lebar sekarang hanya dibatasi oleh pulsa.
Manfaat lainnya juga dirasakan oleh para ustadz, kiyai, tokoh ilmuwan, pejabat negara maupun organisasi massa lainnya. Para ustadz (tentunya yang favorit atau gaul misalnya) memanfaatkan fesbuk sebagai media dakwah dengan menyampaikan pesan-pesan agama atau jadwal pengajian serta seluruh kegiatan-kegiatan keagamaan kepada seluruh jama’aahnya, atau sebagai media tanya jawab seputar persoalan agama. Bahkan Syeikh Ramadhan al-Bouthi ulama karismatik dari Syiria memiliki akun fesbuk yang siap menjawab berbagai pertanyaan seputar masalah agama secara langsung kepada sepenanya pada waktu itu juga seperti seolah-olah kita sedang berada dihadapannya. Pengaruh fesbuk ini juga menambahkan keberanian kita untuk berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh agama dunia bahkan berkomunikasi langsung.
Selain itu adapula kelemahannya. Karena tidak selamanya jarak psikologis yang sirna itu dikehendaki, dan tak selamanya kenangan-kenangan yang ada perlu digali-gali lagi. Dan dinding dan jurang psikologis itu, terkadang melayani suatu fungsi, yang kita sadari maupun tidak kita sadari. Sehingga jejaring sosial adalah semacam laboratorium besar, dimana anggotanya adalah kelinci percobaan untuk suatu iklim sosial yang sama sekali baru. Seseorang dengan leluasa menuangkan curahan hatinya bahkan cacian dan makian bagi orang-orang yang tidak disenanginya. Sebenarnya sungguh sangat riskan dan memprihatinkan kalau hal ini terjadi. Sehingga tidak berlebihan orang menyebut fesbuk adalah revolusi. Revolusi, memang sering minta banyak biaya. Biaya yang pertama adalah terkaget-kaget.Termasuk fesbuker (penganut/pemakai fesbuk), kalau tidak hati-hati mengelola keheranan dan keinginannya, bisa dengan mudah kecanduan. Syukur-syukur kalau kecanduannya bisa dikelola, sehingga satu saat sadar untuk kembali memperlakukan modernitas tersebut secara proporsional. Dari koran-koran, media televisi kelihatannya sudah banyak korban yang melibatkan fesbuk mulai dari penculikan, perdagangan manusia,jual beli barang-barang terlarang seperti narkoba sebagaimana modus-modus yang sering ditemukan pihak kepolisian. Para apologis (pembela) fesbuk memang bisa berkilah. Bahwa penculikan, prostitusi, perselingkuhan bisa dengan dan tanpa fesbuk, namun apakah bisa ditampik, bahwa fesbuk dan jejaring sosial, membuka peluang baru yang lebar untuk terjadinya kejahatan-kejahatan tersebut.
Remaja memang labil. Dalam kelabilannya, sangat mungkin fesbuk membuatnya lost in forest, (orang yang sesat di dalam hutan) lalu diculik atau menculik. Seperti kasus-kasus yang sedang terjadi bahkan ketika ditemukan remaja wanita tersebut sudah kehilangan kegadisannya , bahkan sampai melakukan nikah siri. Sehingga pemerintah pun akan mengangkat fenomena nikah siri menjadi sebuah RUU (Rancangan Undang-Undang) yang akan mempidanakan pelakunya, karena imbas dari fesbuk ini. Demikian pula rumah tangga, memiliki saat-saat labil. Berapakah yang lari ke fesbuk dan menemukan pelampiasan atau curhatan yang lebih melegakan ketimbang pasangannya. Untuk selanjutnya menciptakan dosa baru yaitu berselingkuh. Na’udzubillahi min dzalik.
Akhirnya, kita tahu, ada orang yang dianggap atau merasa gila karena tidak ikut fesbuk. Ada pula yang tergila-gila dengan fesbuk, dan ada juga yang melakukan perbuatan gila dengan memanfaatkan fesbuk. Mereka itu semua, gila gara-gara fesbuk. Maka bagi orang tua diharapkan mampu mengontrol aktivitas anak-anak remaja tanpa mengekang kreativitasnya dan kita semua mampu menjadi kontrol sosial agar tidak tergerus dengan trend-trend baru yang menyesatkan.
Wallahu’alam bishshawwab.