Jumat, 11 Desember 2009

afiksasi ism dalam bahasa Arab

AFIKSASI (HARF ZIYĀDAH) PADA NOMINA DALAM BAHASA ARAB
bint_elrasyid@yahoo.com

ABSTRACT
Affixation in Arabic can be formed from the verb stem fi’l by adding prefix (as-sābiq), infix (az-ziyādah) and confix (as-sābiq wa al-lāhiq). Prefix and infix which are used ti form noun ism from the verb stem fi’l consist of prefix mim and infix alif, and confix mim and ta’, confix mim and waw and confix mim and alif.
Adding affix from the adjective stem which consist of prefix hamzah and infix alif while adding affix ahruf-l- ziyādah from the noun stem ism consist of sufix ya syaddah, confix alif and nun, waw and nun, ya and nun, and alif and ta’. Noun in Arabic can be formed from the verb and adjective stem by adding affix. Affix ahruf ziyādah can be added from the verb and adjective stem or noun stem itself. The grammatical meaning of the process of affixation from the verb stem fi’l has 5 (five) points, they are (1). Noun of person (ism fā’il), (2). Noun of object (ism maf’ūl), (3. noun of place (ism makān), (4).noun of time (ism zamān), and (5) noun of thing (ism alat).
The grammatical meaning of infix alif has 2 (two) points, they are (1). Reciprocal, and (2).noun of person. The grammatical of confix mim and ta’ marbūţah states the tool. The grammatical meaning of confix mim and alif states the tool. The grammatical meaning of adding an affix of stem of adjective, that is prefix hamzah has three points, they are ; (1). Transitive, (2). Intensive, (3). Comparative. While the grammatical meaning of infix alif states the person, an adding affixes which based on ism, nouns themselves, those are alif and nun state the dual muśannā, confix waw and nun state the meaning many for masculine (jamak muźakkar)and confix alif and ta state the meaning many for feminine (jamak muannaś).

Keywords: affixation, prefix (as-sābiq), infix (az-ziyādah), confix (as-sābiq wa al-lāhiq), grammatical meaning (ġardun ma’nawī).


Pendahuluan
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, fikiran, dan perasaan. Selain itu, bahasa juga merupakan alat integrasi dan adaptasi sosial sehingga individu dapat saling mengadakan pendekatan baik antar warga yang satu dengan warga yang lainnya maupun terhadap lingkungan sosialnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa berperan untuk mengadakan kontrol sosial sehingga setiap individu dapat mempengaruhi individu lainnya melalui keahlian berbicara, menulis dan lain sebagainya. Oleh karena itu, peranan bahasa tersebut begitu besar dalam kehidupan manusia.(Alwi, 1988 : 3).
Bahasa manusia jauh berbeda dengan bahasa makhluk lainnya, karena manusia memiliki bentuk bahasa yang unik. Keunikan bahasa manusia dapat dilihat dari keragamannya. Antara satu kelompok dengan dengan kelompok lainnya memiliki bahasa yang berbeda. Perbedaaan tersebut kemudian menjadi problem dalam berinteraksi satu sama lainnya. Seiring dengan itu, muncul pemikiran untuk mencari persamaan-persamaan universal yang terdapat pada semua bahasa.
Bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan secara luas di planet ini. Bahasa Arab merupakan bahasa utama dari 22 negara seperti Kuwait, Saudi Arabia, Irak, Yordania, Mesir, Sudan dan lain – lain.. Bahasa ini juga merupakan bahasa kedua pada negara-negara Islam karena dianggap sebagai bahasa spiritual Islam. Bahasa Arab tergolong ke dalam rumpun bahasa Semit( Semitic Language) dan memiliki jumlah penutur yang terbanyak di antara bahasa – bahasa Semit lainnya. Pada mulanya Bahasa Arab hanyalah alat komunikasi di antara Bangsa Arab dan kemudian menjadi bahasa agama di dunia Islam setelah turunnya Alquran. Bahasa ini terus mengalami perkembangan dan sejak tahun 1973 di pergunakan sebagai bahasa resmi ke enam di Perserikatan Bangsa-Bangsa di samping bahasa Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, dan Cina (Sumardi, dkk 1974 : 86). Akhir – akhir ini bahasa Arab merupakan bahasa yang peminatnya cukup besar di Negara Barat. Di Amerika misalnya, hampir tidak ada satu perguruan tinggi pun yang tidak menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu mata kuliah bahkan terdapat universitas yang membuka khusus lembaga pendidikan bahasa Arab seperti School of Oriental and African Studies di London (Arsyad, 20 : 1).
Bahasa Arab terkenal dengan kekayaan kosakatanya. Kekayaan kosakatanya ini antara lain disebabkan adanya bentuk tunggal, dual, jamak serta didapati jenis maskulin dan feminim. Diantara kajian yang dilakukan para ahli dalam menyatukan persepsi tentang bahasa ini adalah menyatukan kesamaan pembentukan kata dalam kalimat yang ditinjau dari aspek morfologis. Salah satu aspeknya adalah afiksasi atau pengimbuhan yang dilekatkan pada kata dasar. Pengimbuhan pada kata dasar ini mampu memberikan makna yang beragam sehingga dapat memperkaya kosa-kata dalam suatu bahasa.
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar (Chaer, 1994 : 29). Afiksasi adalah Imbuhan atau bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau bentuk dasar dapat merubah makna gramatikal (KBBI, 1995 : 10). Penambahan morfem asi, afiksasi adalah proses atau hasil penambahan afiks pada akar atau kata dasar,seperti morfem ber pada kata bertiga, morfem er pada kata gerigi , dan morfen an pada kata ancaman. Pembahasan mengenai afiks dapat di temukan dalam setiap buku linguistik umum dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda.
Dalam bahasa Arab afiks dapat diistilahkan dengan حرف الزيادة / harf-l-ziyādah/, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam sebuah kalimat bahasa Arab sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai makna yang berbeda. حرف الزيادة /harf –l-ziyādah/ dalam bahasa Arab ada sepuluh yang dirangkai dalam kalimat (سألتمونيها/ saaltamūnīhā). (Nāşif, 1994 : 8). Dari kesepuluh huruf ziyādah tersebut ada beberapa yang dapat disisipkan dalam kalimat nomina ( اسم/ism/). Perubahan makna ini secara implisit juga memberikan makna tambahan kepada kalimat yang disisipi dengan imbuhan tersebut. Penambahan ini sesungguhnya memperkaya bahasa Arab, sebelumnya mendapat penambahan, bahasa Arab pun sudah kaya.
Makalah ini memfokuskan pembahasannya mengenai peranan afiks (حرف الزيادة / harf-l- ziyādah/) dalam bahasa Arab untuk membentuk makna yang beragam mulai dari makna leksikal maupun makna gramatikal. Bentuk-bentuk afiks yang ada dalam bahasa Arab dan manfaat praktis yang dihasilkan dari adanya proses afiksasi ini dalam membantu kegiatan penerjemahan (alih bahasa).

B. Afiks (harf ziyādah) pada Nomina
1. Afiks (harf –l-ziyādah) pada Nomina / اسم / ‘ism’
Afiks (harf-l-ziyādah) yang berlaku pada nomina (ism) merupakan proses yang terjadi dari verba (fi’l) proses ini adakalanya berlaku pada prefiks/awalan (السابق /as-sābiq/). Infiks/ sisipan (الزيادة /az-ziyādah/) maupun konfiks (السابق و اللاحق /as-sābiq wa al-lāhiq/). Sama halnya dengan verba, afiksasi ini memberikan pengaruh pada makna yang dibentuknya. (Ma’lūf , 1992 : 14)



2. Proses Afiksasi Nomina (ism) dari Bentuk Dasar Verba (fi’l)
2.1 Prefiks (as-sābiq) mim (م)
Prefiks ini dibubuhkan padaاسم فاعل / ism fā’il (nomina pelaku) dan/ اسم مفعول ism maf’ūl (nomina penderita) maupun ism makān (nomina yang menyatakan tempat atau penunjuk tempat) yang dibentuk dari verba empat huruf, lima huruf, dan enam huruf (śulāśǐ mazīd wa rubā’īyy).
a. Prefiks mim pada /اسم فاعل ism fā’il / (Nomina Pelaku).
Pembentukan nomina dari verba empat, lima maupun enam huruf pada ism fā’il (nomina pelaku) dibentuk dengan cara menambahkan prefiks mim (م) yang berharakah dammah diawal kalimat verba tersebut sebagai ganti dari huruf yang ada di depan verba tersebut dan huruf sebelum akhirnya berbaris kasrah. (Yulia, 2008 : 108)
Contoh :
أفعل + م = مـفعل /af’ala/+ prefiks mim (م) = /muf’ilun/
b. Prefiks mim pada / اسم مفعول ism maf’ūl / (Nomina Penderita).
Proses pembentukan ism maf’ūl (nomina penderita) dari verba empat, lima maupun enam huruf adalah dengan menambahkan mim yang berharakah dammah di awal kalimat dan huruf terakhirnya berbaris fathah. (Yulia, 2008 : 114)
Contoh :
أفعل + م = مـفعل /af’ala/ prefiks mim = /muf’alun/

c. Prefiks mim pada / اسم مكانism makān/ (Nomina Penunjuk Tempat)
Pembentukan nomina penunjuk tempat dari fi’l (verba) tiga huruf, empat huruf dan enam huruf dapat dibentuk dengan cara sebagai berikut : (Ni’mah, 1997 : 118).
* Apabila fi’l bentuk dasarnya terdiri dari tiga huruf dan ‘ain fi’lnya (huruf kedua) pada fi’l mudāri’ (verba kala kini) berharakah dammah (pola يفعُل / yaf’ulu/ ), maka huruf ya’ di awal fi’l mudāri’ diganti dengan prefiks mim yang berharakah fathah dan huruf sebelum akhirnya berbaris fathah sehingga menjadi مَفعَل / maf’alun/. Contoh :
كتب- يكتب + م = مكتب
/kataba/’ menulis’ /yaktubu/‘dammah ‘ain mudāri’ + prefiks mim = /maktabun/’tempat menulis’
Penambahan morfem mim di awal kalimat يكتب /yaktubu/’ menulis’ dalam bentuk fi’l mudāri’ menjadi مكتب /maktabun/yang mengandung makna tempat menulis.
- Apabila fi’l bentuk dasarnya terdiri dari tiga huruf dan ‘ain fi’lnya (huruf kedua) pada fi’l mudāri’ (verba kala kini) berharakah fathah (pola يفعَُل / yaf’alu/ ), maka pembentukannya adalah dengan mengganti huruf ya’ di awal fi’l mudāri’ (verba kala kini) dengan prefiks mim yang berharakah fathah sehingga menjadi مَفعَل / /maf’alun/. Contoh :
لعب – يلعَب + م = ملعب
/la’iba/’bermain’ - /yal’abu/ ‘fathah ‘ain mudāri’/+ prefiks mim = /mal’abun/’tempat bermain.’ Penambahan morfem mim di awal kalimat يلعَب/yal’abu/’bermain’ dalam bentuk fi’l mudāri’ menjadi ملعب /mal’abun/ yang mengandung makna tempat bermain.

2.1. Infiks (az-ziyādah) alif (ا)
Infiks (az-ziyādah) yang ditambahkan pada bentuk dasar kata kerja dalam proses afiksasi ism dalam bahasa Arab dibubuhkan pada nomina pelaku (/ اسم فاعلism fā’il) yang dibentuk dari kata kerja /fi’l tiga huruf. Penambahan infiks ini terletak antara huruf pertama dan kedua dari bentuk dasar fi’l /kata kerja tersebut. Adapun huruf sebelum akhirnya berharakah kasrah, sehingga menjadi فـاعل / fā’ilun/. (Al-Hamalāwī, 1953 : 76).
Contoh :
قرأ + ا = قـارء
/qara’a/ ‘ membaca’+infiks alif = /qāri’un/’pembaca’
Penambahan morfem alif pada kalimat قرأ /qara’a/ ‘ membaca’ menjadi قـارء /qāri’un/ yang mengandung makna pembaca.
1.3. Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq) mim dan ta’ marbūtah (م- ة)
Konfiks yang ditambahkan pada bentuk dasar dalam nomina /ism bahasa Arab adalah konfiks (mim dan ta’ marbūtah / م- ة). Konfiks mim dan ta’ marbūtah ini dibubuhkan pada ism yang menunjukkan alat. Pembentukan ism yang menunjukkan alat dengan konfiks ini dibentuk dengan cara mengganti prefiks ya’ pada fi’l mudāri’ dengan prefiks mim yang berharakah kasrah serta huruf kedua dan huruf ketiga. Bentuk dasarnya diberi harakah fathah dan sesudah huruf ketiga bentuk dasarnya tersebut ditambahkan ta’ marbūtah sehingga menjadi فعلة /mif’alatun/. Sebagaimana halnya ism yang menunjukkan alat dengan pola مفعل /mif’alun/ , maka pola مفعلة /mif’alatun/ ini juga tidak ditentukan adanya ketentuan tentang fi’l yang dibentuk dengan pola ini. Penambahan konfiks mim dan’ ta’ marbūtah / م- ة mengubah identitas leksikal disertai perubahan status kategorial nomina deverbal. (Ġulāyainī, 1987 : 190).
Contoh:
كنس + م-ة = مـكنسـة
/kanasa/’ menyapu’ +konfiks mim dan ta’ marbutah = /miknasatun/’sapu’
Penambahan morfem mim dan ta’ marbutah pada kalimat كنس /kanasa/ ‘menyapu’ menjadi مـكنسـة/miknasatun/ yang mengandung makna sapu.

1.4. Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq ) mim dan waw (م-و)
Adapun yang dimaksud dengan gabungan afiks mim dan waw adalah penambahan huruf mim di awal dan huruf waw di tengah kalimat. Gabungan afiks ini dibubuhkan pada ism maf’ūl (nomina penderita) yang dibentuk dari fi’l tiga huruf. Pembentukan ism maf’ūl (nomina penderita) dari fi’l tiga huruf dibentuk cara menambahkan prefiks mim yang berharakah fathah serta huruf kedua bentuk dasar (‘ain fi’l) diberi harakah dammah serta di antara huruf kedua dan huruf akhir diberi sisipan huruf waw berharakah sukūn sehingga menjadi : مـفعـول /maf’ūlun/. (Ġulāyainī, 1987 : 191)
1.5 Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq) mim dan alif (م- ا)
Konfiks mim dan alif merupakan penambahan mim di awal dan alif di tengah kata. Konfiks mim dan alif ini dibubuhkan pada ism yang menunjukkan alat. Pembentukan ism yang menunjukkan alat dengan konfiks mim dan alif dengan cara menambahkan prefiks mim yang berharakah kasrah dan diantara huruf kedua dan huruf ketiga diberi tambahan alif serta huruf kedua bentuk dasarnya diberi harakah fathah sehingga menjadi مـفعـال/mif’ālun/. Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, bahwa dalam penambahan afiks pada ism tidak ditemukan adanya perubahan status kategorial dan berfungsi untuk membentuk nomina deverbal. (Ni’mah, 1997 : 123 ).
Contoh :
فتح + م-ا = مـفتـاح
/fataha/’ membuka’+ konfiks mim dan alif = /miftāhun/’kunci’
Penambahan morfem mim dan alif pada kalimat فتح /fataha/’ membuka’ menjadi مـفتـاح /miftāhun/yang mengandung makna kunci.

3. Proses Afiksasi ism (Nomina) dari Bentuk Dasar Adjektiva
3.1. Prefiks (as-sābiq) hamzah (أ) :
Prefiks hamzah ini berlaku pada / اسم تفضيلism tafdhīl/ yang menunjukkan perbandingan dua benda dimana salah satu dari yang dibandingkan itu memiliki kelebihan. (Al-Hamalāwī, 1953 : 81).
Contoh:
Hamzah + (Adj) = N
أ + كبير= أكبر
Prefiks hamzah + /kabīrun/’ besar’ = /akbaru/’ yang lebih besar’
Penambahan morfem hamzah di awal kalimat كبير /kabīrun/’ besar’ menjadi أكبر /akbaru/’ yang memiliki makna sangat besar’.
3.2 Infiksasi ( az-ziyādah) alif (ا) :
Infiks hamzah berlaku pada ism yang termasuk dalam kategori صفة المشابهة /şifah musyabbahah/ yang terdiri dari beberapa wazan. Salah satu dari wazan dari şifah musyabbahah ini ada yang mendapat tambahan huruf ziyādah alif. (ibid)
Contoh :
(Adj)+Alif + = N
جبن + ا = جبـان
/jabana/ ‘takut’ + infiks alif = /jabānun/ ‘penakut’
Penambahan morfem alif di tengah kalimat جبن /jabana/’ takut’ menjadi جبـان /jabānun/ yang memiliki makna penakut.
3.3. Konfiksasi ( as-sābiq wa al-lāhiq) alif dan nun (ا- ن):
Konfiks ini ditambahkan pada bentuk dasar nomina (ism) tunggal, maka tambahan alif dan nun tersebut akan menjadi dual (مثنى / muśannā), yaitu ism (nomina)yang menunjukkan dua. Proses afiksasinya dilakukan di akhir ism tunggal tersebut. (Yāsīn, 1996 : 47)
Contoh :
كتاب + ا- ن = كتابان
/kitābun /’ sebuah buku’ + konfiks alif dan nun = /kitābāni/’ dua buah buku’
Penambahan morfem alif dan nun pada akhir kalimat كتاب /kitābun/’buku’ menjadi كتابان /kitābāni/’ yang mengandung makna dua buah buku.’
3.4. Konfiksasi (as-sābiq wa al- lāhiq) waw dan nun (و- ن):
Dalam bahasa Arab pembentukan jamak ada tiga, pertama جمع مذكرالسالم /jama’mużakkar-l- sālim/’ jamak laki-laki’, kedua, / جمع مؤنث السالم jama’ muannaś –l-sālim/’ jamak perempuan’, ketiga, / جمع تكسيرjama’ taksīr. Adapun jamak mużakkar-l-sālim adalah jamak yang menunjukkan jamak untuk laki-laki dengan menambahkan waw dan nun pada akhir ism (nomina) tunggalnya. (Yāsīn, 1996 : 47-48)
Contoh:
صائـم + و- ن = صائمـون
/şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ + konfiks waw dan nun = /şāimūna/ ‘beberapa laki-laki yang berpuasa’
Penambahan morfem waw dan nun pada kalimat صائـم /şāimun/’seorang laki-laki yang berpuasa’ menjadi صائمـون /şāimūna/ beberapa orang laki-laki yang berpuasa.

3.5. Konfiksasi (as-sābiq wa al-lāhiq) ya’dan nun (ي- ن):
Proses afiksasi ya’ dan nun ini belaku juga pada ism (nomina) yang menunjukkan mušannā dalam status nasab dan kasrah (posisi tempat ‘irab yang mewajibkan baris kasrah atau fathah. Selain pada mušannā , konfiks ya dan nun juga berlaku pada جمع مذكر سالم/ jamak mużakkar sālim yang berada dalam status nasab dan kasrah seperti pada mušannā. Namun bedanya kalau pada mušannā sebelum huruf ya’ berbaris fathah sedangkan pada جمع مذكر سالم/ jamak mużakkar sālim sebelum huruf ya’ berbaris kasrah. (Yāsīn, 1996 : 50).
Contoh :
كاتب +ي– ن = كاتبَيـن
/kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ + konfiks ya’dan nun = / katibaini/’dua orang penulis laki-laki’
Penambahan morfem ya’dan nun pada kalimat كاتب /kātibun/’ seorang penulis laki-laki’ menjadi كاتبَيـن / katibaini/ yang mengandung makna dua orang penulis laki-laki.
3.6. Konfiksasi (as-sābiq wa al- lāhiq) alif dan ta’ (ا- ت):
Konfiks alif dan ta’ berlaku pada jamak muannaš-l- sālim yaitu dengan menambahkan afiks di akhir dari ism (nomina) tunggal. Dalam proses pengimbuhannya, apabila huruf terakhir pada ism tersebut terdapat huruf ta’ maka huruf ta’ nya dibuang terlebih dahulu, kemudian langsung dibubuhi afiks alif dan ta’. (Qabsy , 1979 : 45).
Contoh :
طالبة + ا- ت = طالبـات
/Ţālibatun/ ‘ seorang mahasiswi’ + konfiks alif dan ta’ = /Ţālibātun/’beberapa orang mahasiswi’
Penambahan morfem alif dan ta’ pada kalimat طالبة /Ţālibatun/ ‘ seorang mahasiswi’ menjadi طالبـات /Ţālibātun/yang mengandung makna beberapa orang mahasiswi.
C. Makna Gramatikal (غرض معنوي/ġardun ma’nawī/)Afiksasi Nomina (ism) dari Bentuk Dasar Verba (fi’l)
1 . Prefiks (as-sābiq) mim.
Prefiks (as-sābiq) mim apabila bergabung dengan bentuk dasar dan membentuk nomina deverbal (kata benda yang terbentuk dari kata kerja), maka gabungan tersebut menyatakan lima makna: (Al-Hamalāwī, 1953 : 89).
1. Sebagai pelaku ( اسم فاعل/ism fā’il/), yaitu sebuah bentuk nomina yang pengertiannya menunjukkan pelaku dari suatu aksi / fi’l.
Contoh :
د رس + م = مـدرس
/darasa/’ belajar’ + prefiks mim = /mudarrisun/’ guru (orang yang mengajar)’, penambahan morfem mim di awal kalimat /darrasa/’mengajar’ menjadi /mudarrisun/’ yang mengandung makna seorang guru. Maka dalam susunan kalimat :
هو مـدرس ناشط فله راتب كثير
/huwa mudarrisun nāsyitun falahu rātibun kaširun/ ‘dia adalah seorang guru yang rajin dan berhak mendapat gaji yang tinggi’ .
Ism (nomina) dari kata مـدرس /mudarrisun/ merupakan nomina yang berasal dari bentuk dasar verba/ fi’l empat huruf dan setelah melalui proses afiksasi terbentuklah kata مـدرس /mudarrisun/ yang menunjukkan pelaku dari suatu perbuatan.
2. Penderita (اسم مفعول / ism maf’ul/), yaitu sebuah ism /nomina yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan.
Contoh :
أقطع + م = مقطع
/aqaţa’a/’ memotong’ + prefiks mim = /muqţa’un/’ yang dipotong’
Apabila disusun dalam kalimat menjadi :
هذا الحبل مـقطع على أربعة أقسام
/hażā -l-hablu muqţa’un ‘ala arba’ati aqsāmin/ ‘ tali ini dipotong atas empat bagian.’
Nomina مقطع /muqţa’un/’ merupakan nomina / ism yang berasal dari bentuk dasar verba/ fi’l empat huruf dan kemudian verba tersebut mendapat tambahan prefiks/sābiq mim sehingga menjadi nomina yang menyatakan sesuatu yang dikenai pekerjaan.
3. Menyatakan tempat اسم مكان /ism makān/
Contoh :
لعب + م = ملعب
/la’iba/’ bermain’ + prefiks mim = /mal’abun/ ‘ tempat bermain’
Dalam kalimat dapat disusun menjadi :
الأولاد يلعب في ملعب
/al-aulādu yal’abu fī mal’abin/ ‘anak-anak sedang bermain di tempat bermain’.
Ism/ nominaملعب /mal’abun/ merupakan nomina yang berasal dari bentuk dasar tiga huruf. Kemudian verba/fi’l bentuk dasar tersebut mendapat prefiks /sābiq mim sehingga maknanya menyatakan sesuatu yang menunjukkan tempat.
4. Menyatakan waktu اسم زمان) / ism zamān/(
Contoh:
غرب + م = مغرب
/ġaraba/’ terbenam’ + prefiks mim = /maġrib/’ waktu terbenam’
Dalam kalimat dapat disusun seperti :
حضر الضيف في مـغرب
/hadara –l- daifu fi maġribin/ ‘tamu itu datang pada waktu maghrib.’
Nomina مغرب /maġrib/ pada kalimat di atas merupakan nomina yang berasal dari verba / fi’l tiga huruf. Dengan adanya penambahan prefiks /sābiq mim pada bentuk dasar tersebut, maka maknanya menyatakan masa/ waktu.

5. Menyatakan alat اسم الة)/ ism alat/(
Contoh:
فتح + م = مفتاح
/fataha/’ membuka’ + prefiks mim = /miftāhun/ ‘ kunci’
Dalam kalimat dapat disusun sebagai berikut:
الولد يفتح دولابا بالـمـفتاح
/al-waladu yaftahu dulāban bi -l-miftāhi/ ‘ anak laki-laki itu membuka lemari dengan kunci.’
Nomina miftāhun berasal dari bentuk dasar verba tiga huruf/ fi’l śūlāšī. Bentuk dasar ini kemudian digabungkan dengan prefiks (as-sābiq) mim sehingga maknanya menyatakan alat yang digunakan.
2. Infiks (az-ziyādah) alif
Infiks ( az-ziyādah) alif memiliki 2 makna yaitu : (Ibid).
1. Resiprokal (مشاركة / musyārakah)
Contoh :
ضرب + ا = ضـارب
/daraba/’ memukul’ + infiks alif = /dāraba/’saling memukul’
Dalam kalimat dapat disusun sebagai berikut:
ضـارب علي أحمد
/dāraba ‘aliyyun Ahmada/’ Ali dan Ahmad saling memukul’

Verba/ fi’l ضـارب /dāraba/ merupakan bentuk fi’l/ verba yang berasal dari bentuk dasar tiga huruf/ fi’l śūlāšī . Bentuk dasar tersebut kemudian mendapat tambahan infiks/ziyādah alif. Gabungan infiks tersebut dengan bentuk dasarnya menyatakan makna resiprokal.
2. Nomina Pelaku ( / اسم فاعلism fā’i/l)
Contoh :
رجع + ا = راجع
/raja’a/’ pulang’ + infiks alif = /rāji’un/’ orang yang pulang’

Jika disusun dalam kalimat maka dapat disusun sebagai berikut :
هو راجع الى بيته
/huwa rāji’un ilā baytihi/’ dia orang yang pulang ke rumahnya.’
Nomina/ism راجع /rāji’un/ berasal dari verba dasar tiga huruf/ fi’l śūlāšī . bentuk dasar ini kemudian bergabung dengan infiks alif dan membentuk nomina untuk menyatakan makna pelaku.

3. Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq) mim dan ta’ marbūţah (م- ة)
Konfiks mim dan ta’ marbūţah mempunyai makna alat, contoh:
سطر + م- ة = مسطرة
/şaţara/ ‘ menggaris’ + konfiks mim dan ta’ marbūţah = /misţaratun/’ penggaris’
Jika disusun dalam kalimat maka menjadi :
إشترى التلميذ مسطرة
/isytara -l-tilmiżi misţaratan/’ murid itu membeli penggaris’.
Ism/nomina مسطرة /misţaratun/ merupakan nomina yang berasal dari bentuk dasar verba tiga huruf. Bentuk dasar ini kemudian mendapat tambahan konfiks (م-ة/ mim dan ta’ marbūţah) dan menyatakan alat yang digunakan.

4. Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq) mim dan waw (م-و)
Konfiks mim dan waw mempunyai makna sesuatu yang dikenai perbuatan (مفعول به / maf’ūl bihi/).
Contoh :
سمع + م- و= مسمـوع
/sami’a/’ mendengar’ + konfiks mim dan waw = /masmū’un/’ yang didengar’
Penambahan morfem mim dan waw di awal kalimat سمع/sami’a/’ mendengar’ menjadi مسمـوع /masmū’un/’ yang mengandung makna sesuatu yang didengar.
Jika disusun dalam kalimat menjadi :
صوته غير مـسمـوع
/şautahu ġairi masmū’in/ ‘suaranya tidak dapat didengar’
Nomina مـسمـوع /masmū’un/’ merupakan nomina yang berasal dari tiga verba tiga konsonan. Kemudian verba tiga konsonan itu mendapat tambahan berupa gabungan afiks mim dan waw sehingga maknanya menyatakan sesuatu yang dikenai pekerjaan.

5. Konfiks ( as-sābiq wa-al- lāhiq) mim dan alif (م- ا)
Konfiks mim dan alif apabila bergabung dengan bentuk dasar, maka gabungan tersebut menyatakan makna alat yang digunakan, contoh:
فتح + م – ا = مفتـاح
/fataha/’membuka’ + konfiks mim dan alif = /miftāhun/’ kunci’
Jika disusun dalam kalimat menjadi:
هي تحمل المفتـاح
/hiya tahmilu -l-miftāha/ ‘ dia (perempuan) membawa kunci’
حرث + م- ا = مـحراث
Nomina مفتـاح /miftāhun/ merupakan nomina yang berasal dari bentuk dasar verba tiga huruf. Kemudian bentuk dasar ini mendapat tambahan afiks berupa gabungan afiks mim dan alif. Gabungan tersebut menyatakan alat yang digunakan.

D. Makna Gramatikal (غرض معنوي/ġardun ma’nawī/)Afiksasi Nomina (ism) Berbasis Adjektiva
1. Prefiks (as-sābiq) hamzah : (أ--)
Apabila prefiks/sābiq hamzah bergabung dengan bentuk dasar adjektiva maka gabungan tersebut menghasilkan makna : (ibid).
a. Transitif ( متعدي/ muta’addi/ ).
Contoh:
اكرم علي أبـاه
/akrama ‘aliyyun abāhu/ ‘Ali memuliakan ayahnya’
Adjektiv akrama apabila bergabung dengan prefiks hamzah maka gabungan tersebut menyatakan makna transitif.
b. Menyatakan bersangatan ( المبالغة/ al-mubalaġah/)
Contoh :
أبرد الهواء
/abradu -l-hawā’u/ ‘ udara sangat dingin’
Contoh lain :
إسود شعر علي
/ iswadda sya’ru ‘aliyyin/ ‘ rambut si ‘Ali sangat hitam’
Lazimnya prefiks /sābiq ini apabila bergabung dengan adjektiva digunakan untuk menunjukkan warna. Adjektiva abrada dan iswadda bergabung dengan prefiks hamzah menyatakan makna yang bersangatan.
c. Menyatakan lebih dari (أفضل من /afdalu min).
Contoh:
هو أكبر من أخيه
/ huwa akbaru min akhīhi/’ dia lebi besar dari saudara laki-lakinya’
Contoh lain;
الجزيرة جاوى أصغر من الجزيرة سومطرى
/al-jazīratu Jawā aśġaru min-l- jazīrati sumaţrā/’ pulau Jawa lebih kecil dari pulau Sumatera’
Adjektiva akbara bergabung dengan prefiks/ sābiq hamzah , maka gabungan tersebut menyatakan makna lebih.

2. Infiks (az-ziyādah) alif (-- ا--) :
Apabila infiks alif bergabung dengan bentuk dasar adjektiva maka gabungan tersebut menghasilkan makna : (Syāhin, 1980 : 23).
Pelaku ( اسم فاعل/ ism fā’il)
Contoh:
هو تـاجر امين
/huwa tājirun amīnun/ ‘dia seorang pengusaha yang jujur’

Contoh lain:
هي طـالبة مجتهدة
/hiya ţālibatun mujtahidatun/ ‘ dia seorang mahasiswi yang rajin’

E. Makna Gramatikal (غرض معنوي/ġardun ma’nawī /) Afiksasi Nomina (ism) Berbasis Nomina (ism)
1. Konfiks (as-sābiq wa al- lāhiq) alif dan nun (-- ان) :
Apabila konfiks alif dan nun bergabung dengan bentuk dasar ism/ nomina itu sendiri maka gabungan tersebut menyatakan makna: (Ġulāyainī, 1987 : 195 ).
* dual مـثنـى /muśannā/
Contoh :
الطالبـان يذاكران دروسهما
/aţ-ţalibāni yużākirāni durusahumā/ ‘dua orang mahasiswa itu mengulangi pelajarannya’
Contoh lain:
البنتـان تلعبـان في الحديقة
/al-bintāni tal’abāni ‘fi-l- hadīqati/ ‘ dua orang anak perempuan itu bermain di kebun’
السارقان مقبوضان
/as-sāriqāni maqbūdāni/’dua orang pencuri laki-laki itu ditangkap’

2. Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq) waw dan nun (-- ون) :
المؤمـنون يطيعـون الله ورسوله
/al-mukminūna yuţī’ūna –l-laha wa rasūlahu/ ‘orang-orang yang beriman ta’at kepada Allah dan RasulNya,


حضر المحاضرون قمة المؤتمرالتربوية
/hadara-l- muhādirūna qimmata-l- mu’tamar-l- tarbiyyati/’ para dosen itu menghadiri konferensi puncak pendidikan’
3. Konfiks (as-sābiq wa al-lāhiq) alif dan ta’ (--ات) :
الطالبـات يتعلمن اللغة العربية
/aţ-ţālibātu yata’allamna -l-luġat-l-’arabīyyata/ ‘ para mahasiswi itu belajar bahasa Arab ‘
العاملات يعملن عملا ناشطا
/al’āmilātu ya’malna ‘amalan nāsyitān/ ‘ para pekerja itu bekerja secara sungguh-sungguh’

F. Kesimpulan
Untuk membentuk nomina dalam bahasa Arab dapat dibentuk dari bentuk dasar verba dan adjektiva dengan penambahan afiks. Afiks /harf-l- ziyādah tersebut dapat ditambahkan dari bentuk dasar verba, adjektiva maupun bentuk dasar nomina itu sendiri.
Proses afiksasi dalam bahasa Arab dapat dibentuk dari bentuk dasar verba/fi’l dengan penambahan prefiks/awalan(as-sābiq), infiks/sisipan (az-ziyādah), dan konfiks/awalan dan akhiran (as-sābiq wa al-lāhiq). Prefiks dan infiks yang digunakan untuk membentuk nomina/ism dari bentuk dasar verba/ fi’l terdiri dari prefiks mim dan infiks alif, serta konfiks mim dan ta’, konfiks mim dan waw dan konfiks mim dan alif. Penambahan afiks dari bentuk dasar adjektiva terdiri dari prefiks hamzah dan infiks alif sedangkan penambahan afiks/ ahruf-l- ziyādah dari bentuk dasar nomina/ism terdiri dari sufiks ya syaddah, konfiks alif dan nun, waw dan nun, ya’ dan nun serta alif dan ta’.
Makna gramatikal (غرض معنوي/ġardun ma’nawī /) dari proses afiksasi dari bentuk dasar verba/fi’l memiliki 5 (lima) makna yaitu : (1). Nomina pelaku (ism fā’il), (2). Nomina penderita (ism maf’ūl), (3). Menyatakan tempat (ism makān), (4). Menyatakan masa (ism zamān), dan (5). Menyatakan alat. Makna gramatikal dari infiks alif memiliki 2 makna yaitu: (1). Resiprokal, (2) nomina pelaku. Makna gramatikal dari konfiks mim dan alif menyatakan alat dan makna gramatikal dari konfiks mim dan ta’ marbūţah menyatakan alat. Makna gramatikal penambahan afiks dari bentuk dasar adjektiva yaitu prefiks hamzah memiliki makna : (1). Transitif, (2) bersangatan, (3) lebih. Sedangkan makna gramatikal dari infiks alif menyatakan makna : pelaku, dan penambahan afiks yang berbasis ism/nomina itu sendiri yaitu alif dan nun menyatakan makna dual/muśannā, konfiks waw dan nun menyatakan makna banyak untuk laki-laki (jamak mużakkar) dan konfiks alif dan ta’ yang menyatakan makna banyak untuk perempuan (jamak muannaś).





DAFTAR BACAAN
Al-Hamalāwī, Ahmad.1953. Kitābu Syażā -l-‘Urfi fī Fanni –l-Şarf. Beirūt: Dār el-Kutub ‘ilmīyyah.
Al- Khauli, Muhammad Ali.1982. A Dictionary of Theorical Linguistic (English-Arabic). Libanon : Librarie du Liban.
Al-Wasilah, A.Chaedar.1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung : Angkasa.
Alwi, Hasan.dkk.1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi ke-3.
Arsyad , Azhari, 2003. Bahasa Arab dan Metode Penggunaannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaer, Abdul.1994. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Pdan K. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Ġulāyainī, Muştafā.1987. Jāmi’u -l-Durūsi al-‘Arabīyyati. Beirut: Al-Maktabah al-‘Aşrīyyah.
Hasan, Tamām.1979. al- Luġatu –l-l’Arabīyyati Ma’nāha wa Mabnāha. Beirūt: Al- Hai’ah al-Mişrīyyah al-‘Ammah li al-Kitāb.
Ma’lūf , Louis.1992. al-Munjidu fi -l-Luġah wa -l-‘Alāmi. Beirūt: Dār al-Masyriq.
Nāşif, Hafnā Bek. 1994, Qawā’id al-luġat al-‘Arabĭyyah. Beirut : Maktabah Nahdah.
Nida, E.A.1962. Morphology. Ann: The University of Michigan Press.
Ni’mah, Fuad. 1997. Mulakhkhasu Qawā’idi -l-Luġati-l-‘Arabīyyati. Beirūt : Dār aś-Śaqāfah al-Islāmīyyah.
Qabsy, Ahmad. 1979.Al-Kāmil fĭ an-Nahwu wa şarf wal’irāb. Beirut : Dār Jail.
Syāhin, Taufīq Muhammad. 1980. ‘Awāmiul -l-Tanmīyati li- l-Luġati al-‘Arabīyyati. Kairo: Maktabah Wahbah.
Wāfī, ‘Alī ‘Abd -l-Wāhid.1962. Fiqhu Luġati. Kairo: Lajnah -al-Bayān -al-‘Arabīyyah
Warson, Munawwir. 1994. Qāmūs Munawwir. Ma’had al-Munawwir Krapyak: Yogyakarta
Yulia, Fatma.2008. Al-Lubāb fi ta’lĭm al-luġat al-‘Arabĭyyah. Ciptapustaka Media Perintis : Bandung.
Yāsīn, Hāfiz .1996. Ittihāfu-l-Ţarf fī ‘ilm -l-Şarfi. Suria: Dar al-‘AŞoma’i.

ß Dosen Fakultas Dakwah IAIN SU DPK Panca Budi.

makalah linguistik

مُقَابَلَةُ الْجَمْعِ فِي اللُّغَتَيْ الْعَرَبِيَّةِ وَاْلإِنْكِلِيزِيَّةِ

bint_elrasyid@yahoo.com

Sebagaimana lazimnya bahasa-bahasa di dunia, di dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris pun dijumpai bentuk jamak. Bentuk jamak dalam bahasa Arab ada dua macam, yakni jamak salim (jamak qiyasi) dan jamak taksir (jamak ghair qiyasi). Sedangkan dalam bahasa Inggris diistilahkan dengan regular plural dan irregular plural. Jamak salim dalam bahasa Arab dibagi kepada dua yaitu jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim sedangkan jamak regular plural tidak ada pembagiannya. Jamak Salim dan regular plural adalah jamak yang memiliki kaidah baku dan mudah ditandai sedangkan jamak taksir dan irregular plural adalah jamak yang tidak beraturan sehingga pembentukkannya hanya berdasarkan sima’I (pendengaran ) dari masing-masing pemilik bahasa tersebut. Pembentukan jamak salim dalam bahasa Arab adalah dengan menambahkan waw dan nun atau ya dan nun pada akhir kata benda yang dijamakkan, sedangkan pembentukan jamak muannas salim dengan menambahkan alif dan ta’ di akhir kata benda yang dijamakkan. Sedangkan regular plural dengan menambahkan “s” atau “es”. Sedangkan irregular plural dan jamak taksir berbeda-beda cara penambahan jamaknya. Perbandingan kedua jamak dalam dua bahasa ini memberikan inspirasi untuk melihat keistimewaan dari salah satu keduanya.

Keyword: jamak qiyasi, jamak ghair qiyasi, regular plural, irregular plural, perbandingan



المقـدّمــة

فمن المعروف أنّ اللغة العربية هي اللغة الإسلام وجزء منه منذ بزوغ فجر الإسلام بها نزّل القران الكريم دستور المسلمين وبها تحدّث خاتم النبيّبن والمرسلين ثم أنها أقدم لغة حية في العالم لم يعترها التغيير والتبديل فكان طوال أربعة عشر قرنا من الزمان وعاء للحضارة الإسلامية العالمية في مشارق الأرض ومغاربها كما أنه فوق هذا كله اكتسبت اللغة العربية مكانة دولية بين اللغات المعروفة حيث انها احدى اللغات المعترفة بها رسميا في المنظّمات الدّوليّة.
فكذلك ايضا اللغة الإنكليزية فإنها قررت كلغة الدولية بأن يكون سائر البلاد في العالم لازم يستخدم هذه اللغة كوسيلة الإتصال بين البلد الواحد الى البلد الأخر وكانت ايضا لغة العالم على اعتبارها مستخدم في مجال التربية و التكنولوجيات الحديثة والمعاصرة ومستخدم كلغة الثانية الواجبة في المدارس والمعاهد من المرحلة الإبتدائية حتى المرحلة الجامعية فاستفاد الطلبة المعاهد في إندونسيا الة المواصلة بينهم عند مخاطبة اليومية.
ولهذا أخذت الكاتبة الموضوع في هذا البحث حول صيغ الجمع في اللغة العربية و الإنكليزية لتحليل المقابلة بينهما.و تركز الباحثة الإهتمام الى صيغ الجمع في العربية بجمع المؤنث و المذكر السالمين وجمع التكيسر و يركز البحث في الإنكليزية حول الجمع القياسي (regular plural) ومختلف الأصول (irregular plural) وجمع المركب (compound plural).

أ- صِيَغُ الْجَمْعِ عِنْدَ الْعَرَبِيَّةِ
¨ تعريف الجمع :
الجمع لغة: اسم لجماعة الإنسان والجمع مصدر من قولك جمعت الشيئ ويجمع على الجموع وقد استعملوا ذلك في في غير الناس فقالوا : جماعة النبات.[1] وأمّا في اصطلاح النحو هو الإسم الذي يدلُّ على اثنين فأكثر من اثنين إمّا بزيادة معيّنة على صورة مفردة في أخره مثل : مُعلِّمٌ + وْن = مُعَلِّمُونَ او مُعَلِّمٌ + يْن = مُعَلِّمِيْنَ او مُعَلِّمَةٌ + ا+ت = مُعَلِّمَاتٌ, او بتغيير في الحركات مثل : أَسَدٌ= أُسُدٌ أو بنقص أحد حروف المفرد مثل نفس = أنفس.[2] ويتفرَّقُ تعريف الجمع عند اللغويين بأن يقولوا الجمع مادلّ على اثنين فأكثر بأن يشمل المثنى ويؤيد مذهبهم شواهد كثيرة فصيحة و منها ((وَدَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ)) فقد قال تعالى ((لِحُكْمِهِمْ)) مريدا اثنين اي داود و سليمان.[3]

¨ أَقْسَامُ الْجَمْعِ فِي الْعَرَبِيَّةِ:
ينقسم الجمع في العربية الى قسمين: الجمع القياسي ويسمي أيضا جمع السلامة او جمع التصحيح والجمع غير القياسي. جمع القياسي او جمع السلامة ينقسم الى جمع المذكر السالم وجمع المؤنث السالم والمراد بهما نحو مُسْلِمُوْنَ ومُسْلِمِيْنَ مما يلحق آخره واو مضموم ما قبلها أو ياء مكسور ما قبلها ونون مفتوحة علامة للجمع وايضا مُسْلِمَاتٌ مما يلحق آخره ألف وتاء للجمع ، فالأول مقيس في صفات العقلاء الذكور نحو مسلمون وضاربون، وفي أسمائهم الأعلام مما لا تاء فيه نحو زيدون ومحمدون فيما سوى ذلك كثبون وأوزان سماعيّ.والثاني للمؤنث كثمرات وهندات ومسلمات وطلحات وللمذكر الذي لا تكسير له نحو سجلات وقَلَّما يجامع فيه المكسر نحو بوانات وبون. وحق كل واحد منهما أن يصح معه نظم المفرد فلا يتغير عن هيئته إلا في عدة مواضع. ذلك التغيير قياس نحو أعلون وأعلين، فإن الألف تحذف لملاقاتها الساكن في غير الحد خارج الوقف ونحو قاضون وقاضين فإن الياء تحذف لمثل ذلك لأن الأصل قاضيون وقاضيين في التضاعف الثقل وهو تحرك المعتل مع اجتماع الكسر والضم في الأول وهو مع توالي الكسرات حكماً في الثاني وهي كسرة الضاد وكسرة الياء ونفس الياء لأنها أخت الكسرة يسكن المعتل بالنقل فيلاقي الساكن على الوجه المذكور فتحذف، ومنها نحو مسلمات في مسلمة فإن التاء تحذف احترازا عن الجمع بين علامتي التأنيث ومنها الهمزة من ألف التأنيث الممدودة فإنها تبدل واواً لذلك ومنها الألف المقصورة كيف كانت فإنها تبدل ياء للصورة ومنها العين من فعلة وفعلة وفعلة فإنها تفتح أو تحرك بحركة الفاء إذا كانت اسما والعين صحيحة كتمرات وسدرات وغرفات ويجوز التسكين في غير المفتوحة الفاء وأما نحو أخو بيضات رائح منأوب فإنما يقع في لغة هذيل.[4] ويسمى بجمع السلامة ليسلمه عن التغيير عند ما أضيف بعلامة الجمع. وأمّا جمع غير القياسي فهو جمع التكسير وهو لا يسلم عند تغييره من المفرد الى الجمع.
1 - جَمْعُ اْلمُؤَنَّثِ السَّاِلمِ :هو ما دلّ على أكثر من اثنين بسب زيادة معينة في أخره أغنت عن عطف المفردات المتشابهات في المعنى والحروف والحركات بعضها على بعض وتلك الزيادة هي الألف والتاء في أخره ومفرد هذا الجمع قد يكون مؤنثا لفظيا فقط نحو: معاوية = معاويات او مؤنثا معنويا فقط نحو: زينب = زينبات او مؤنثا لفظيا ومعنويا معا نحو : مُدَرِّسَةٌ = مُدَرِّسَاتٌ
¯ فيجمع الأسماء بجمع المؤنث السالم على تسعة الأشياء كما يلي:
أوّلا, أعلام المؤنث مثل: مريم, زينب وغيرهما.
ثانيا, ما ختم بالتاء مثل: خديجة, طالبة ويستثنى من ذلك إمرأة وأمَّةٌ فلا تجمع بالألف والتاء بل جمعه على نِسَاءٍ وأمم.[5]
ثالثا, ما ختم بألف التأنيث المقصورة مثل : سَلْمَى, هُدَى.
رابعا, ما ختم بألف التأنيث الممدودة, مثل: صَحْرَاء و حَسْنَاء.
خامسا, صفة المذكر غير العاقل مثل : جِبَالٌ شَاهِقٌ جمعه جِبَالٌ شَاهِقَاتٌ
سادسا, مُصَغِّر مذكر مالا يعقل مثل : دريهم = دريهمات
سابعا, صفة المؤنث مثل : مُرْضِعٌ = مُرْضِعَاتُ
ثامنا, كل اسم أعجمي لم يعرف له جمع أخر مثل : تكْنُولُوجِيّ = تكْنُولُوجِيَّات
تاسعا, المصدر المجاوز ثلاثة أحرف مثل : إجتهادة = إجتهادات
¯ القواعد الثابتة لجمع المؤنث السالم: فطريقة للجمع المؤنث السالم هي:
- إذا كان الإسم بلا تاء زيدت عليه ألف وتاء مثل : زينب + ا-ت = زينبات.
- إذا كان الإسم مختوما بالتاء حذفت هذه التاء ثم زيدت عليه الألف و التاء مثل: طالبة = طالب + ا- ت ß طالبات
- إذا كان الإسم مقصورا عومل كما يعامل المقصور في التثنية فتقلب ألفه يائيا فيما زاد فيه على ثلاثة, مثل : حُبْلَيَات وكبريات. وإذا كان الإسم ممدودا فيعامل معاملةَ الممدود في التثنية فنقول حسناوات تقلب الهمزة بالواو جمع من حسناء وإمّا المنقوص فتردّ ياؤه فنقول في قاض عَلَمًا للمؤنث قاضيات.[6]
وأمّا علامته الإعرابية ان يرفع بالضمّة الظاهرة في أخره وينصب بالكسرة نيابة عن الفتحة ويجيز الكوفيون نصب الجمع المؤنث السالم بالفتحة ولكن رأيهم ضعيف. لذلك من الأفضل عدم اتباعه,[7] ويجر بالكسرة مع التنوين في كل صورة ان لم يكن هناك مانع من التنوين كالإضافة و " ال" التعريف.
و جُمِعَ الإسمُ المركب تركيبا إضافيا بجمع صدره دون عجزه مثل : سيّدة الحسن = سيّدات الحسن و أمّا المركب تركيبا اسناديا او تقييدا فيبقان على حالهما و يجمعان باستعمال كلمة " ذوات"مثل: زاد الجمل ß ذوات زاد الجمل.[8]

2- جَمْعُ اْلمُذَكَّرِ السَّاِلمِ هو اسم ناب عن ثلاثة فأكثر بزيادة واو ونون في حالة الرفع او ياء ونون في حالتي النصب و الجر وبقي مفرده على حاله بعد الجمع ولم يدخل على حروفه تغيير.[9] وجد النحاة لهذا الجمع صيغتين أيضا موزعتين بين القبائل منهم من كانوا يؤثرون الصيغة التى بالواو نحو " مُسْلِمُوْنَ " في كل الحالات وهؤلاء هم القبائل البدوية الذي رمز لهم في الرواية القديمة باسم قبيلة تميم والأخرون كانوا يؤثرون الصيغة التى بالياء " مسلمين " وهؤلاء سكان الحجاز وهم قريش ثم خص النحاة الصيغة الأولى بالرفع و الصيغة الأخرى بحالتى النصب و الجر.

الأسماء الذي تجمع جمع المذكر السالم
¯ فيجمع الأسماء بجمع المذكر السالم ويسمى أيضا شروط الإسم لجمعه ويطرد على شيئين :
أولا, الأعلام لمذكر عاقل بشرط خلوه من التاء مثل : طلحة, حمزة ومن التركيب مثل : سيبويه.
ثانيا, الصفة لمذكر عاقل بشرط ان يكون خالية من التاء مثل : عالم ودلالة على التفضيل مثل : أكرم و أفضل.[10]
¯ القاعدة الثابتة لجمع المذكر السالم
أما طريقة الجمع لجمع المذكر السالم فهي بريادة الواو والنون على مفرده في حالة الرفع والياء والنون في حالتي النصب والجر, ويكسر ما قبل الياء او يضمّ, وتكون النون مفتوحة في جميع حالات الإعراب.
مثل: حضر الفنَّانُوْنَ – إنّ الله يحبّ المُحْسِنِيْنَ
ويستثنى ذلك جمع المقصور والمنقوص والممدود. وكذلك العلم المنتهى بالواو والنون مثل: حمدون وسعدين و العلم المركب تركيبا اسناديا او تركيبا تقييدا فقد يجمع بطريقة مباشرة ان كان المركب تركيبا مزجيا او باستعمال " ذوو" او "ذوي", مثل:
سيبويهß سيبويهون
معد يكربß معد يكربون
حمدون ßذوي حمدون
وان كان المركب تركيبا اضافيا فيجمع صدره دون عجزه, [11] مثل:
عبد الرحمن ßعبدون الرحمن ß عبدو الرحمن
عبد اللطيف ß عبدون اللطيف ß عبدو اللطيف
تحذف نون جمع المذكر السالم للإضافة.

جَمْعُ التَّكْسِيْرِ: تعريفه هو ما دلّ على ثلاثة فأكثر وله مفرد يشاركه في معناه وأصوله مع تغيير يطرأ على صيغتة عند جمع مثل : كتب وأنفس جمع من كتاب و نفس.[12] وقال ابو المنعم سيد عبد العال في النحو الشامل عن جمع التكسير هو ما تغير صيغة الواحد عند جمعه إما بزيادة فيه مثل: صِنْوٌß صِنْوَانٌ وإما بنقص في عدد حروفه مثل: تُخْمَةٌ ß تُخَمٌ وإما بتعديل في شكل المفرد مع زيادة فيه مثل : رَجُلٌß رِجَالٌ او بنقص وتبديل مثل : رَسُوْلٌ ß رُسُلٌ او بنقص الأحروف وزيادة مع تبديل في شكل المفرد مثل : غُلاَمٌ ß غِلْمَانٌ وكل جمع يصيب مفرده تغيير عند جمعه بنقص اوتبديل شكل اي ضبط الحركات.[13]
وأما جمع التكسير بالنسبة لفظه ينقسم الى أربعة أضرب احدها: ما لفظ واحده اكثر من لفظ جمعه مثل : كتاب ß كتب. وثانيه : ما لفظ جمعه أكثر من لفظ واحده مثل : مَسْجِدٌ ß مَسَاجِدُ. وثالثه : ماواحده وجمعه سواء في عدد الحروف لا في الحركات مثل : أَسَدٌ ß أُسُدٌ. ورابعه : ما واحده وجمعه سواء في عدد الحروف و الحركات مثل : الفُلْكُ للواحد و الجمع.

ب- صِيَغُ الْجَمْعِ عِنْدَ الْإِنْكِلِيزِيَّةِ
تسعى الكاتبة في هذا البحث الى وضع تحليل صيغ الجمع في اللغة الإنكليزية و تشمل هذه صيغ الجمع على ثلاثة أقسام جمع القياسي(regular plural) وغير قياسي او ما يسمى بمختلف الأصول (irregular plural) وجمع المركب (compound plural)
وتعريف الجمع في الإنكليزية هي: اسم او صيغة الكلمة التى تستعمل فيما اكثر من واحد. والجمع من كلمة " child" اي " children" .[14] وقال ماريو باي عن طريقة او قاعدة في تشكيل الجمع بقوله : إن أسماء الإنكليزية تشكل جموعها عادة على طريقتين: 1- طريقة بإضافة "s" او "es" او "ies" او "ves" بعد إحلال من "f" وهذه طريقة تسمى جمع القياسي. 2- طريقة التى أحيانا قليلة عن إضافة "en" او "nen" وهذه طريقة تسمى جمع غير القياسي او مختلف الأصول.[15]

ب-1- صيغة جمع القياسى(regular plural) :
أمَّا الجمع القياسي هو جمع الذي يشكل في جمعه بإضافة "s" "es" او "ies" او "ves" مباشرة في اخره.
وتجمع بإضافة "s" في مواضع التالية:
- الأسماء التى تنتهى بحرف "y " وتسبق بالحركات (vowel) ,مثل:
Bay à bays
Boy à boys
Key à keys
- الأسماء التى تنتهى بحرف "y"فالجمع مباشرة عدم التغيير بحرف "i" كما يعامل الأسماء على العادة, مثل:
Germany à two Germanys
- الأسماء التى تنتهى بحرف "o" وتسبق بحرف الحركات(vokal) المتتابعة, مثل:
Studioàstudios
Zooà zoos
- الكلمة النَّحْتُ (pemendekan)وهي: إنتزاع الأصوات الكلمة من كلمتين فأكثر,وهي مثل:
VIP àVIPs (very important persons)
MP à MPs (member of Parliaments)
- الأسماء التى تنتهى بحركات الصامتة "e", مثل:
Collapse à collapses
Size àsizes
College à colleges
- الأسماء التى تنتهى بحرف "o" وتستبق بحرف الصامتة(konsonan), مثل:
Mosquito à mosquitos
Piano à pianos
وتجمع بإضافة"es" في المواضع التالية :
- الأسماء التى تنتهى بأحروفch, sh,ss,x, s, zz, : مثل:
Fox àfoxes
Gas àgases
Buzz àbuzzes
Church à churches
Class àclasses
Slash àslashes
- الأسماء التى تنتهى بحروف "f" او "fe", تقلب هذان الحرفان (v) وإضافة "es" مباشرة, مثل:
Thief àthiev àthieves
Wife àwiv àwives
Knife à kniv àknives
- الأسماء التى تنتهى بحروف "y" وتسبق بحرف الصامتة و يقلب حرف "y" بحرف "i" وإضافة "es" مباشرة, مثل:
Army àarmi àarmies
Lady àladi àladies
Sky àski àskies
- الأسماء التى تنتهى بحروف"o" وتسبق بحرف الصامتة مثل:
Hero à heroes
Mango à mangoes
Potato à potatoes
ب-2- صيغة جمع غير القياسي او مختلف الأصول (irregular plural): باطل قانون بحكم خروجه عن قاعدة او اوضاع مقررة . [16] فإنّما قاعدة مقررة لجمع الإسم في الإنكليزية بإضافة "s" كما في السابق. وتجمع بجمع غير القياسي فيما يلى:
- تغيير الحركات من المفرد, مثل:
Man à men
Woman à women
Footh à feeth
Goose àgeese
Mouse à mice
- إضافة "en" او "nen" في صيغة الجمع فهذه صيغة عدده قليلة, مثل:
Ox à oxen
Child à children
Brother à brethren
Cow à kine
- الأسماء التى تكون صيغته في المفرد و الجمع نفس الصيغة ويميزهما من سياق الكلام, مثل:
المفرد
الجمع
Deer
Deer
Sheep
Sheep
Cattle
Cattle
Dozen
dozen

ب-3- جمع الإسم المركب (compound plural): ماتتركب من كلمتين او اكثر من صدر الكلمة.[17] وينقسم جمع اسم المركب الى ثلاثة أنواع كما يلى:[18]
1- االأسماء المركبة كانها كلمة واحدة وتعرف بإستعمال الشَّرْطَةِ(-)اولا أما الطريقة في جمعها اما أن يكون بإضافة "s" في اخر الكلمة او كلاهما, مثل:
الجمع
المفرد
Boy- friends
Boy- friend
Maid-servants
Maid- servant
Gentlemen- ushers
Gentleman-usher
2- الأسماء المركبة تتركب من (اسم + حرف الجر+اسم) وتستعمل الشرطة في تركيبها, وأما الطريقة في جمعها ان يكون إضافة "s" او "es" في صدر الكلمة مثل :

المفرد
الجمع
Lady-in-waiting
Ladies- in-waiting
Father- in-law
Fathers-in-law
Coat-of-mail
Coats-of-mail
3- الأسماء المركبة تتركب من ( فعل + "er" يصبح الفعل اسما+ ظرف) باستعمال الشرطة, وأما الطريقة في جمعها كما يعامل جمع السابق على طريقة جمعها بإضافة "s" في صدر الكلمة مثل :

الجمع
المفرد
Runners-up
Run + er+ up = runner-up
Lookers-on
Look + er + on = looker-on
Passers- by
Pass + er + by = passer-by
Hangers-on
Hang + er + on = hanger-on
ج- دِرَاسَةُ مُقَابَلَةِ صِيَغِ اْلجَمْعِ فِي اللُّغَتَيْ الْعَرَبِيَّةِ وَ الْإِنْكِلِيْزِيَّةِ
تمّ البحث حول صيغتي الجمع في العربية والإنكليزية في الشرح السابق فتقدم في هذا الباب معرفة مقابلة الجمع التى تشمل فيها المعادلة و المختلفة لديهما بوجه موجز.
ج-1 المقابلة في الجمع القياسي بين اللغتين :
تبدأ هذه المقابلة لعامة شكل الجمع في أوله بهذه الطريقة حتى تقرر طريقة الجمع اللغتين وهي بإضافة الواو و النون رفعا او الياء والنون نصبا وجرا او بإضافة الألف و التاء مزيدتين في العربية. وإما بإضافة "s" او "es" او "ies" او "ves" في الإنكليزية. إنّ الجمع القياسي في العربية يسمى ايضا جمع السلامة. يشمل جمع السلامة الى نوعين جمع المذكر و المؤنث السالمين اللذين يبقيان حاله عند الجمع وسلامتهما من التغيير ويدخل جمع القياسي في العربية جنسان اي تذكير و تأنيث ولهما الشروط المخصوصة في شكلها. وقسم اللغويون والإنكليزيون في الجنس الأسماء وهي ثلاث طوائف من الأسماء لكل منها سلوكه اللغوي الخاص اسماء للمذكر والأسماء لما هو محايد (netral) والماد المحايد لا هو من التأنيث ولا التذكير.[19]

1-1- المعادلة حول الجمع القياسي بين اللغتين فهي:
¤ تضاف علامة الجمع في أخرمن صيغة المفرد مباشرة وسلامتهما من التغيير في صيغة المفرد الى الجمع, مثل :
العربية
الإنكليزية
مسلم +و+ن= مسلمون
مسلم+ ي+ن= مسلمين
مسلمة+ا+ت= مسلمات
Tomato + es = tomatoes
Girl + s = girls
Boy + s = boys

¤ يعادل جمع المؤنث السالم المقصور و المنقوص والممدود والسالم من المعتل بجمع الإنكليزية بإضافة "es" في الأسماء التى تنتهى بحرف "y" احلال "i" او الأسماء التى تنتهى بحرف "f" او "fe" بإحلال حرف "v" مثل:
العربية
الإنكليزية
المقصور:صلاة = صلوة(ا+ت) = صلوات
الممدود: حسناء= حسناو(ا+ت) = حسنوات
Sky—y—I + es--- skies
Lady—y—i+ es---ladies
Knive---fe---v+ es—knives
Thief---f---v+ es---thieves

¤ توجد عليهما الجنس من التذكير و التأنيث , مثل:
العربية
الإنكليزية
محمّد (علم للمذكر)+ (و+ن) =محمّدون
طالبة (الدالة على الإناث)+ (ا+ت) = طالبات
Fathers (nouns of masculine) + s = fathers
Girl (nouns of feminim) + s = girls

1-2- الفوارق بينهما كما يلي:
¤ إنّ جمع القياسي في العربية تشكل جمعه مما يتعلق بعلامة الإعراب كجر ورفع ونصب مثل : المسلمون الصالحون ( مرفوع بالواو) ولا يوجد في الإنكليزية.
¤ يوجد الجنس المحايد (netral) في قواعد اللغة الإنكليزية على أسماء غير العاقل في القسم الخاص مثل: door-à doors (لايدري جنسه مذكر ومؤنّث).
و تدخل الكائنات او الأشياء في العربية الى جمع المؤنث السالم او التكسير أكان الدال على اللفظ المؤنث المجازي مثل : عين ß أعين, و الحقيقي , مثل: حجرة او مذكر الحقيقي مثل: رجل ß أرجل وأيضا المجازي, مثل: باب ß أبواب.
¤ لاتوجد علامة التأنيث في قواعد الإنكليزية كما في الجمع المؤنث السالم بإضافة التاء التأنيث او الألف الممدودة مثل: طالبة وتلميذة, و حسناء. وتعرف التأنيث و التذكير في الإنكليزية من ناحية المعنى و التحقيق.وكان الجمع في قواعد اللغة العربية ما أكثر من اثنين ولكن في الإنكليزية ما أكثر من واحد.
¤
ج-2 مقابلة جمع التكسير وجمع غير القياسي (irregular plural) بين اللغتين

وأما مقابلة في هذا البحث باعتبار معادلتهما كما يلي:
¤ خروجهما من القواعد المقررة في شكل الجمع على القواعد العامة, إما بزيادة الحروف عند الجمع , او بنقص عدد حروفه, او بتغير الحركات عند اللغة العربية. وكان خروج شكل الجمع في الإنكليزية بإضافة "en " او " nen"و تغيير الحركات(vowel/vocal letter) مع نقص الحروف في الجمع , وتغيير الصفري (zero change) بأن يكون مفردا و جمعا نفس الصيغة, و تغيير الحركات(vowel/vocal letter) فقط, مثل:
العربية
الإنكليزية
زيادة الحروف: صنو = صنوان
نقص الحروف: رسول = رسل
تغيير الحركات: أَسَدٌ = أُسُدٌ
إضافة "en " = Child = children
إضافة " nen" = Cow = kinen
تغيير الحركات مع نقص الحروف في الجمع = Mouse = mice
تغيير الصفري = Deer = deer
تغيير الحركات = man= men

وأما الفرق بينهما كما يلي :
¤ الفرق في استعمال العدد اي كانت العلاقة بين العدد و المعدود في اللغة العربية من اوضح الدلائل على خروج الظواهر اللغوية في المنطق العقلي لأن إذ نعد الأقل من العشرة نميز العدد بالجمع فنقول: ثلاثةُ رجالٍ ولكن مع الأعداد التى فوق العشرة نكتفى بالمفرد فنقول : مائةُ رجلٍ او واحدةُ وعشرونَ بنتًا. واختلاف فيه جمع غير القياسي لدي الإنكليزية فقد تجمع معدوده مع كل الأعداد فيما عدا الواحد فنقول:

Three children
Thousand children
فلا تتغير معدوده او اسم الذي بعده.
¤ يشكل جمع التكسير في العربية بأوزان كثيرة مقيسة وامّا في الإنكليزية (irregular plural) عدده قليل ولا بدّ ان تحفظ لأنه لا يملك أوزان مخصوصة كما في جمع التكسير لدي العربية.

ج-3- مقابلة جمع المركب عند اللغتين
ويصطلح المركب عند الإنكلزية بكلمة "compound" و في العربية هي ما تتكون من كلمتين ولهما مقابلة كما يلي:
¤ ان يكونا من كلمتين بمعنى واحد
¤ ان يكون جمع في صدر او عجز مباشرة
¤ يوجد في الإسم المركب عند العربية فرق بين الإسم العاقل وغيره ويبيِّن المذكر و المؤنث ويجمع الإسم المركب بإضافة "s" في الإنكليزية سواء كان للعاقل او غيره
¤ تزاد كلمة " ذوو" او " ذات" في الإسمي المركبي المجزي و الإضافي عند العربية وتضاف علامة الجمع في الإنكليزية إما قياسيا اوغيره في صدر او عجز او كلاهما.

العربية
الإنكليزية
ابن عباس = بنو عباس
سيبويه = سيبويهون
سيدة الحسن = سيدات الحسن
ابن = بنو = للعاقل وبنات = للعاقلة
ذو = ذوو = لمذكر عاقل, ذات =ذوات = للمؤنث العاقلة وجمع غير العاقلة
برق نحره = ذوو برق نحره
شاب قرناها = ذوات شاب قرناها

Father-in-law = fathers- in- law
Runner- up = runners- up
Boy-friend = boy- friends
Lady –in- waiting = ladies- in- waiting
Man- driver – men- driver


ومن هذه المقابلة نعرف أنّ اللغة العربية والإنكليزية لهما معادلات والمختلفات وكذلك نحث لإستقراء العلوم التى تتعلق بالقواعد الأخرى حتى نتدققَ في تنمية وتنشير اللغة الأجنبية.









الخـلاصــة

ومما ألقت الباحثة في الشرح السابق من هذا البحث يمكن لها أن تخلِّص الأمور الأتية لكي يستطيع ان يقرأها كل قارئ الذي يريد معرفة مقابلة الجمع بين اللغتي العربية والإنكليزية كما يلي:
¤ ينقسم الجمع في العربية الى ثلاثة أقسام فهي جمع المذكر والمؤنث السالمين وجمع التكسير ويسمى جمع المذكر والمؤنث السالمين بجمع السلامة او جمع القياسي وجمع التكسير بجمع غير القياسي.
¤ ينقسم الجمع في الإنكليزية الى ثلاثة أقسام فهي (regular plural) وجمع غير القياسي (irregular plural), وجمع المركب (compound plural)
¤ كانت المقابلة حول الجمع بين اللغتين أنّ في العربية جمع ما أكثر من اثنين او اثنتين وأما في الإنكليزية ما أكثر من واحد. وكان للجمع القياسي قواعد مخصوصة في شكل الجمع واما جمع غير القياسي فإنه خروجا من القواعد المقررة.



















المقتبسات


õ Dosen Fakultas IAIN
[1] عزيزة فوال بابتي, المعجم المفصل في النحو العربيّ, (دار الكتب العلمية , بيروت, 1992, ص: 415).
[2] إميل بديع يعقوب و ميشال عاصى , المعجم المفصل في اللغة والأدب , (دار العلم للملايين, بيروت, 1982: ص. 51).
[3] نفس المرجع ,القران الكريم سورة الأنبياء اية 79.
[4] السكاكي, مفتاح العلوم, دت, ص:27
[5] مصطفى غلاييني , جامع الدروس العربية , المكتبة العصرية: بيروت, لبنان, 1987, ص: 67)
[6] عبد الله درويش , دراسات في علم الصرف , مكتبة الطالب الجامعي, مكة المكرمة, 1987, ص: 137)
[7] عبد المنعم سيد عبد العال , النحو الشامل, مكتبة النهضة المصرية , دت, ص: 64)
[8] إ ميل بديع يعقوب و ميشال عاصى , ص : 54.
[9] إبراهيم أنيس , من أسرار اللغة , المكتبة الأنجلو المصرية, لبنان , 1985, ص: 272
[10] مصطفى غلاييني , جامع الدروس... ص: 17.
[11] حضرات حفني بك ناصف , كتاب قواعد اللغة العربية , ص: 42.
[12] محمد ابن أحمد عبد البارى الهدل, كواكب الدرية , اوسها كلوارك, سمارنج, دون السنة, ص: 33.
[13] عبد المنعم سيد عبد العال , النحو الشامل , المكتبة النهضة المصرية , دت, ص:71).
[14] As Hornby with AP Cowie,et.al, Oxford Advanced Leaner’s Dictionary Of Current English, oxford university, 1987,:h. 643.
[15] ماريو باي , أسس علم اللغة, عالم الكتب , القاهرة, 1987, ص: 107.
[16] حارث سليمان فاروق , معجم القانون , مكتبة لبنان ساحة رياضة الصلح : بيروت, 1991 ص: 387.
[17] A. Merriam Websters, Webster’s third New International Dictionary of English Language, Unabridged, G&C Merriam Company Publishers: Springfield Massachusets, 1966, h.27.
[18] AJ. Thomson and AV Martinet, A Practical English Grammar, Oxford University Press: London, 1986, h. 27-29.
[19] محمد حسن عبد العزيز, الوضع اللغوي في الفصحى المعاصرة , دار الفكر العربي, القاهرة, 1992و ص: 216.

Rabu, 02 September 2009

LAYLAT ALFU SYAHRIN

MERAIH KEAGUNGAN LAYLATUL QADR
Di antara keistimewaan bulan Ramadhan adalah adanya satu malam yang Allah sebut ''lebih baik daripada seribu bulan''(khairun min alfi syahrin). Malam itu adalah laylatul qadar. Secara kebahasaan, kata qadar di dalam Alquran setidaknya dimaksudkan untuk tiga arti: penetapan dan pengaturan, kemuliaan, dan sempit. Berdasarkan arti pertama, laylatul qadar berarti suatu malam di mana segala hal yang menyangkut alam dunia ini ditetapkan dan diatur. Qadr berarti penetapan dan pengaturan sehingga laylatul qadr dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat yang berpegang atas pengertian ini dengan firman Allah pada surah Ad-Dukhan ayat 3 ” Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”. Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun. Alquran yang turun pada malam laylatul qadr diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad Saw, guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Laylatul Qadar dalam pengertian ini juga mengandung makna awal penetapan kembali takdir Allah, maka umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa dianjurkan bertadarus Alquran sebanyak mungkin, beriktikaf dan ibadah-ibadah lain seperti dicontohkan Rasulullah Saw. Tadarus Alquran berarti memahami segala kandungan Alquran secara menyeluruh, tidak sepotong-sepotong. Sehingga, Alquran benar-benar menjadi bagian dalam hidup kita yang hakiki. Selain itu, Nabi juga menganjurkan memperbanyak i’tikaf di dalam masjid. Ini yang selalu beliau praktekkan terutama pada 10 hari terakhir Ramadhan. Dalam i’tikaf, seseorang dianjurkan memperbanyak evaluasi dan introspeksi diri (muhasabah), menyadari segala kesalahan yang lalu, dan merenungi kebesaran Allah. Selanjutnya memandang masa depan secara positif, bertekad memperbaiki diri sendiri untuk tidak melakukan berbagai dosa dan kesalahan. Pada saat yang sama, bertekad meningkatkan amaliah sehari-hari yang diridhai Allah.
Laylatul Qadar menurut makna kedua yaitu kemuliaan. Surat Al-Qadar menjelaskan kemuliaan ini adalah disebabkan adanya berbagai peristiwa istimewa. Di antaranya peristiwa turunnya Alquran. Karena laylatul qadar merupakan diturunkannya Alquran di samping malam ditetapkannya segala sesuatu, maka hakikatnya ia lebih baik dari apa pun juga. Alquran menggambarkannya dengan hitungan seribu bulan. Artinya, bahwa ketika seseorang dalam perenungannya memahami kebesaran Allah dengan membaca ayat demi ayat Alquran beserta memahami maknanya, maka saat itulah momen laylatul qadar akan menemuinya. Makna seribu bulan menurut Abu al-’Aliyah berarti sepanjang tahun karena orang Arab dahulu menganggap bahwa seribu itu adalah bilangan yang tertinggi. Beliau juga menambahkan bahwa disebutkan seribu bulan karena ahli ibadah umat sebelum Rasulullah Muhammad Saw tidak akan disebut sebagai ahli ibadah kecuali ia beribadah selama seribu bulan, maka Allah menjadikan untuk umat Muhammad yang beribadah pada malam laylatul qadar mendapat ganjaran yang sama dengan ibadah umat terdahulu yaitu hitungan seribu bulan. Malam itu tidak akan menemui orang-orang yang belum siap, dalam artian bahwa jiwanya belum mampu untuk menerimanya. Ia hanya menghampiri orang-orang yang sejak awal Ramadhan benar-benar telah siap, yaitu orang-orang yang selalu menghidupi malam-malamnya dengan ibadah kepada Allah.
Makna ketiga dari kata qadar adalah sempit. Ia dikatakan sempit karena banyaknya malaikat Allah yang turun memberikan ketenangan dan kedamaian pada jiwa manusia hingga waktu pagi datang. Mengenai malaikat yang turun ini, ulama Muhammad Abduh mengilustrasikan mereka sebagai bisikan yang baik. Turunnya malaikat pada laylatul qadar menemui orang yang mempersiapkan diri menyambutnya berarti bahwa ia selalu disertai oleh malaikat, sehingga jiwanya selalu terdorong untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Jiwanya akan selalu merasakan kedamaian yang tidak terbatas sampai waktu fajar bahkan menurut sebahagian pendapat ulama sampai akhir hayat menuju fajar kehidupan baru di hari kemudian kelak. Syaikh Muhammad 'Abduh pernah menjelaskan pandangan Imam Al-Ghazali tentang kehadiran malaikat dalam diri manusia. Abduh memberikan ilustrasi berikut:"Setiap orang dapat merasakan bahwa dalam jiwanya ada dua macam bisikan, yaitu bisikan baik dan buruk. Manusia seringkali merasakan pertarungan antara keduanya, seakan apa yang terlintas dalam pikirannya ketika itu sedang diajukan ke satu sidang pengadilan. Yang ini menerima dan yang itu menolak, atau yang ini berkata lakukan dan yang itu mencegah, demikian halnya sampai pada akhirnya sidang memutuskan sesuatu. Yang membisikkan kebaikan adalah malaikat, sedangkan yang membisikkan keburukan adalah syaithon atau paling tidak penyebab adanya bisikan tersebut adalah malaikat atau syaithon.
Di atas telah dikemukakan bahwa Nabi Saw, menganjurkan sambil mengamalkan aktivitas amaliyah melakukan i'tikaf di masjid dalam rangka perenungan dan penyucian jiwa. Masjid adalah tempat suci, tempat segala aktivitas kebajikan bermula. Di masjid, seseorang diharapkan merenung tentang diri dan masyarakatnya. Juga, di masjid, seseorang dapat menghindar dari hiruk-pikuk yang menyesakkan jiwa dan pikiran guna memperoleh tambahan pengetahuan dan pengayaan iman. Itulah sebabnya ketika melakukan i'tikaf, seseorang dianjurkan untuk memperbanyak doa dan bacaan Alquran, atau bahkan bacaan-bacaan lain yang dapat memperkaya iman dan ketakwaan.
Malam al-qadr, yang ditemui atau yang menemui Nabi pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang diri beliau dan masyarakat. Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing beliau sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia. Dalam rangka menyambut kehadiran laylat al-qadr itu yang beliau ajarkan kepada umatnya, antara lain, adalah melakukan i'tikaf. Bagi kaum wanita yang sedang dalam keadaan berhalangan untuk sholat sekalipun, maka tidak ada halangan untuk menanti kedatangan laylat al-qadr, mereka bisa melakukan kegiatan ibadah seperti berzikir, dan memanjatkan doa-doa untuk kebaikan di dunia dan di akhirat, ataupun menanamkan suatu niat di dalam hati untuk selalu berbuat kebajikan.
Walaupun i'tikaf dapat dilakukan kapan saja dan dalam waktu berapa lama saja. Nabi Saw selalu melakukannya pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa. Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah: Rabbana atina fial-dunya hasanah, wa fi al-akhirah hasanah wa qina 'adzab al-nar (Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka). Doa ini bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan dunia dan kebajikan akhirat, tetapi lebih-lebih lagi bertujuan untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan yang dimaksud, karena doa mengandung arti permohonan yang disertai usaha. Permohonan itu juga berarti upaya untuk menjadikan kebajikan dan kebahagiaan yang diperoleh dalam kehidupan dunia ini, tidak hanya terbatas dampaknya di dunia, tetapi berlanjut hingga hari kemudian kelak. Kalau yang demikian itu diraih oleh manusia, maka jelaslah ia telah memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat.
Mengenai kepastian tentang waktu datangnya laylat al-qadr tidak ada yang dapat memastikan, hal ini memberikan hikmah agar orang yang beriman banyak-banyak mengerjakan amal kebaikan dalam rangka meraih malam ini. Namun demikian terdapat sebuah penjelasan tentang waktu kedatangannya diantaranya hadis Nabi berikut ini: "Carilah Laylatul Qadr di sepuluh malam akhir pada bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih). Pada waktu ini perbanyaklah melakukan shalat, dzikir, do'a dan lain-lain sehingga terus bertambah kedekatan kepada Allah dan bertambah pula pahala mereka. Allah juga merahasiakan itu sebagai ujian agar diketahui siapakah yang bersungguh- sungguh meraih malam ini dan siapa yang bermalas-malasan dan meremehkannya. Karena orang yang berkeinginan mendapatkan sesuatu maka dia pasti akan bersungguh- sungguh untuk memperolehnya, tanpa mempedulikan rasa letih dalam rangka menempuh jalan untuk mencapainya. Pada malam itu hamba yang beribadah akan mendapat ganjaran pahala sebanyak orang yang beribadah selama seribu bulan. Pada malam ini juga para malaikat turun ke bumi termasuk Jibril dengan izin Allah untuk memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada orang-orang yang beribadah dan melakukan kebajikan ketika itu. Untuk itu selama kita masih diberi kesempatan menikmati jamuan Allah dalam bulan yang penuh berkah ini maka berlomba-lombalah meraih malam yang penuh berkah ini dan marilah kita berdoa agar Allah memperkenankan dan menganugerahkan kita memperoleh malam laylatul qadar (Allahumma hab lanaa laylatal qadar... Amiin Ya Mujiibassaailiin).
Wallahu’alam bisshawwab

NUZUL QURAN

Semangat Nuzul Alquran
“ Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran” (QS: 2: 185)

A. Arti Nuzul Alquran
Salah satu keistimewaan diantara banyaknya keistimewaan pada bulan Ramadhan adalah Peristiwa nuzul Alquran yang menjadi satu rekaman sejarah dalam kehidupan Nabi SAW yang terjadi pada malam Jumat, 17 Ramadan, tahun ke-41 dari usia Nabi Muhamad SAW. Perkataan ‘Nuzul’ berarti turun atau berpindah dari atas ke bawah. Bila disebut bahwa Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi SAW maka hal ini memberi makna yang besar kepada umat Islam terutamanya yang serius memikirkan rahasia Alquran. Alquran berarti bacaan atau himpunan. Di dalamnya terhimpun ayat yang menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan mulai dari tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, sains, teknologi dan sebagainya. Kita sering mendengar ungkapan Alquran yang sering dicantumkan dengan rangkaian kata yang lain seperti “Alquran mukjizat sampai akhir zaman” atau “Alquran adalah mukjizat’ yang menunjukkan bahwa Alquran benar-benar memiliki keagungan dan ketinggian.
Alquran adalah hidayah, rahmat, syifa, nur, furqan dan pemberi penjelasan bagi manusia.. Segala isi kandungan Alquran itu benar. Alquran juga dikenali sebagai An-Nur berarti cahaya yang menerangi, al-Furqan berarti yang dapat membedakan di antara yang hak dan batil dan al-Zikr yang berarti memberi peringatan. Dalam sejarah kehidupan Nabi SAW ayat Alquran yang mula-mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril ialah lima ayat pertama daripada surah Al-‘Alaq. “ Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhan mu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari segumpal darah beku; Bacalah, dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah, -Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.96:1-5). Surat Al-‘Alaq ini merupakan ayat pertama turun sekaligus sebagai pengangkatan Nabi Muhammad sebagai Rasul.
Sejarah proses turunnya Alquran menurut Ibnu ‘Abbas sebagaimana diungkapkan dalam tafsir Ibnu Kasir bahwa Alquran diturunkan dengan lengkap dari lauh al-mahfuz menuju bait al-izzah di langit dunia. Selanjutnya Alquran diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berlangsung selama dua puluh tiga tahun.

Hikmah dan pelajaran dari nuzul Alquran
Tentu saja peristiwa nuzul Alquran ini tidak hanya diperingati hanya sebagai tanda mengenang peristiwa empat belas abad yang lalu saja. Tetapi lebih dari itu makna dan hikmah yang sangat penting adalah apakah kita telah benar-benar mengamalkan dan berpegang teguh kepada kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Peristiwa nuzul Alquran mengingatkan kita tentang ayat pertama turun yaitu ‘iqra yang berarti bacalah. Perkataan Iqra’ ini terulang sebanyak dua kali dalam surat Al-‘Alaq tersebut. Yang pertama bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu (bismi rabbika), dilanjutkan dengan ayat ketiga iqra’ warabbuka al-akram (bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah). Perintah membaca pertama menurut Quraish Shihab mengandung arti membaca secara umum, ayat-ayat Alquran maupun ayat-ayat kauniyyah dan kegiatan membaca ini juga meliputi kegiatan meneliti, menelaah, menghimpun dan sebagainya yang dikaitkan menyebut nama TuhanMu. Pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan saja hanya melakukan kegiatan membaca semata tetapi juga harus memilih bahan-bahan bacaan yang mengantarkannya kepada hal-hal yang membuatnya selalu ingat kepada Allah. Sedangkan perkataan iqra’ yang kedua dirangkaikan dengan warabbuka al-akram yang mengandung makna bahwa Allah menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi seluruh hambanya yang membaca. Pada ayat ketiga ini Allah menjanjikan bahwa apabila seseorang membaca karena Allah, maka Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman-pemahaman dan wawasan keilmuan. Perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia, karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna. Membaca merupakan syarat utama untuk membangun peradaban. Abdullah Darraz dalam ­An- Naba’ al ‘Azhim menulis tentang Alquran sebagai berikut :
“ Apabila Anda membaca Alquran, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi bila Anda membacanya sekali lagi, akan Anda temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai-sampai Anda (dapat) menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam, semuanya benar atau mungkin benar. Ayat-ayat Alquran bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika Anda mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.” Makna dari ungkapan ini adalah bahwa redaksi ayat-demi ayat Alquran sungguh sangat indah dan mempesona dan sarat (penuh) dengan berbagai makna. Selain itu Alquran selaras dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan para pembacanya. Oleh sebab itu penafsiran atas Alquran tidak pernah kering. Dari masa ke masa akan terdengar atau terbaca sesuatu yng baru sesuai dengan perkembangan zaman dan pengetahuan. Layaknya seperti alam raya, dengan penelitian dan pengamatan terhadap Alquran seperti membuka tabir-tabir rahasianya yang belum tersentuh generasi-generasi terdahulu. Alquran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa Alquran selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk mengajak manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap problema tersebut di manapun mereka berada.
Luas dan keberagaman tema Alquran merupakan hal yang sangat unik. la menembus sudut pandang paling kabur dalam pikiran manusia, menembus dengan kekuatan nyata jiwa orang beriman bahkan orang yang tanpa iman sekalipun untuk merasakan sesuatu dalam gerak-gerik jiwanya. Alquran juga mampu menembus batas dimensi waktu kepada masa lalu yang jauh dalam sejarah perjalanan ummat manusia sekaligus mengarah ke masa depannya dengan tujuan mengajarkan tugas-tugas masa kini. la melukiskan gambaran dan tanda-tanda yang mengundang manusia untuk segera menarik pelajaran darinya. Setelah pelajaran dapat ditarik kesimpulannya, ternyata jiwa manusia tanpa disadari terseret serta terpesona oleh kedalaman dan keluasan makna Alquran. Hal ini menunjukkan bahwa Alquran sebagai mukjizat terbukti menjadi modal kehidupan dunia dan akhirat.
Masihkah Alquran bersama kita?
Masihkah Alquran bersama kita merupakan pernyataan tegas terhadap sikap, prilaku dan kondisi internal keberagamaan ummat Islam di tengah arus modernisasi sebagai suatu proses perkembangan dalam peradaban manusia. Apalagi sekarang ini, ummat Islam Indonesia sedang menanti pemimpin baru yang dengan tulus ikhlas membawa perubahan struktural kondisi kebangsaan dan menjadi tiang penyanggah yang kuat dari rapuhnya keyakinan (tauhid) dan robohnya nilai-nilai sosial kemanusiaan bahkan mampu membuka bendungan ekonomi yang mensejahterakan setelah sekian lama tersendat oleh kepentingan ideologis maupun golongan tertentu.
Dengan semangat baru, Nuzulul Quran menjadi momentum efektif jika Alquran dijadikan sebagai solusi problem kehidupan yang memberitahukan tuntutan yang harus dilaksanakannya dalam membangkitkan berbagai niiai yang diinginkan dalam penyucian jiwa. Membaca Alquran sebagai jalan mencari solusi juga menyempurnakan ibadah lainnya. la dapat berfungsi dengan baik jika dalam membacanya disertai dengan adab-adab batin dalam perenungan, khusyu’ dan mentadabburinya yang akhirnya banyak mendatangkan manfaat berupa petunjuk dari Allah, inspirasi dan sumber imajinasi.
Membaca dan mentadaburinya dapat menambah kecintaan kepada Alquran. Bertadabbur berarti memperhatikan dan merenungi makna-maknanya. Bahkan Ibnu Mas’ud berkata, “Barang siapa yang menghendaki ilmu orang-orang yang terdahulu dan ilmu orang-orang yang akan datang, hendaklah ia mendalami Alquran“. Kitab Ummat Islam ini memberikan pedoman serta jalan yang lurus yang mampu menghindari buruknya kesesatan. Etika kehidupan dan akhlak karimah terangkum dalam Alquran. Bahkan, Rasulullah sendiri dibina akhlaknya langsung oleh Alquran. Akhirnya Nuzulul Quran di masa lalu membawa pesan yang sama di masa kini dan akan selalu menjadi landasan struktural yang abadi di masa mendatang. Allahumma ’adzhim raghbati filquran (Ya Allah besarkanlah keinginanku terhadap Alquran, Amin Ya Rabb Al’Alamin).
wallahu’alam

Allah ar-Razzaq (Allah Maha Pemberi Rezeki)

Allah ar-Razzaq (Allah Maha Pemberi Rezeki)
“ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh al-Mahfuzh).” (QS. Huud (11): 6).
Kita diciptakan oleh Allah dilengkapi dengan rezeki. Rezeki ditentukan setelah empat bulan di perut ibu. Rezeki ada yang baik atau yang buruk tergantung cara mengambilnya. Rezeki yang buruk karena cara mengambilnya yang buruk. Setiap makhluk sudah ada rezekinya. Apabila kita memperhatikan alam ciptaan Allah misalnya tumbuhan yang diciptakan dengan gerakan yang terbatas dan tidak memiliki gerakan yang lincah maka rezekinya yaitu makanannya didekatkan lewat akar. Melalui akar inilah tumbuhan memproses makanannya sampai memasak sendiri makanannya melalui fotosintesis yang terjadi di daun dengan bantuan sinar matahari. Allah sesungguhnya telah menjamin rezeki bagi tumbuhan ini. Begitupun hewan, rezekinya juga telah dijamin oleh Allah. Misalnya: singa, pada waktu bayi dia tidak bisa mengejar kijang. Untuk itu Allah menyediakan air susu di tubuh induknya. Ketika air susu berhenti, Allah menggantinya dengan makanan yang diburu induknya. Setelah besar ia berburu sendiri, makin kuat fisiknya makin tinggi kualitas ikhtiarnya.
Sama halnya dengan manusia, dalam perut ibu rezekinya masuk melalui tali ari-ari karena belum dapat berbuat apa-apa. Setelah lahir walau ari-ari digunting, tetap saja bertemu dengan rezekinya lewat air susu. Saat air susu berhenti, Allah menyediakan berbagai makanan yang kalau lapar tinggal menangis, maka rezekinya akan datang. Makin dewasa manusia harus makin gigih ikhtiarnya dalam menjemput rezeki karena Allah menyiapkan kekuatan fisik, akal dan indera perasa. Manusia tidak boleh malas bekerja mencari nafkah, karena hewan pun selalu berikhtiar untuk mendapatkan rezekinya. Rasulullah Saw terkesan kepada burung yang pergi pada pagi hari dengan perut kosong, tetapi setelah pulang pada sore harinya dengan perut kenyang. Maknanya adalah terbang atau bergerak tidak bisa didapatkan dengan sayap yang malas. Hewan yang tidak berakal saja mampu berikhtiar sampai bertemu dengan rezekinya maka mustahil manusia yang berakal tidak bertemu dengan rezekinya.
Menurut sebuah riwayat, suatu hari Nabi Sulaiman alaihissalam ingin mengetahui bagaimana Allah SWT memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia ini. Sehingga untuk membuktikannya ia bertanya kepada seekor semut, seberapa banyak Allah SWT memberikan rezeki kepada semut dalam satu tahun. Semut menjawab bahwa ia memperoleh rezeki sebesar sekepalan tangan sang Nabi. Mengetahui hanya sebesar itu tezeki yang diperoleh semut tersebut, rasanya sangat mudah bagi Nabi Sulaiman ‘alaihissalam untuk memberikannya. Sehingga kemudian Nabi Sulaiman membuat kesepakatan dengan semut untuk mau masuk ke dalam botol yang telah diisi dengan makanan sekepalan tangan Nabi Sulaiman dan semut setuju. Maka botol pun ditutup rapat. Setahun kemudian Nabi Sulaiman AS datang kembali kepada semut, ketika ia membuka botol tersebut ternyata didapatmya semut hanya memakan sebagian saja dari makanan tersebut Nabi Sulaiman heran dan kemudian bertanya kenapa makanan tersebut tidak dihabiskan. Bukankah semut telah mengatakan, kalau rezekinya dalam satu tahun dapat diperoleh sebesar kepalan tangannya. Mendengar pertanyaan itu semut menjawab dengan tenang: “Wahai Nabi yang mulia, memanglah benar apa yang hamba katakan bahwa hamba mampu memperoleh rezeki dalam satu tahun sebesar kepalan tangan yang mulia, namun itu terjadi pada saat hamba tidak berada di dalam botol ini. Dan pada saat itu hamba sangat yakin Allah akan memberikan hamba rezeki dan Allah tidak akan melupakanku walau sadetik pun, sehingga aku yakin Allah akan menjamin rezekiku. Tetapi kini, hamba yang lemah ini terkurung dalam botolmu, apakah kau bisa menjamin bahwa kau tidak akan lupa memberiku makanan kembali setelah satu tahun? Apakah kau berani menjamin hidup dan rezekiku di tanganmu Mendengar jawaban tersebut, Nabi Sulaiman ’alaihissalam pun tertegun, kemudian bersujud mohon ampun kepada Allah SWT dan melepaskan semut dari kurungan botol tersebut.
Sesungguhnya tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang sanggup menjamin kelangsungan rezeki makhluk lainnya, hanya Allah SWT-lah yang mampu melakukan hal tersebut. Allah Maha Mengetahui betul apa yang dibutuhkan para makhluk-Nya dan Allah tidak pernah menciptakan satu makhluk pun untuk hidup di dunia ini tanpa memperoleh rezeki. Satu hal lagi Allah tidak akan menukar rezeki yang telah Allah tetapkan. Namun sangatlah disayangkan, ternyata masih ada sebagian dari kita yang tidak yakin akan rezeki dari Allah SWT. Tidak sabar dengan rezeki yang telah digariskan oleh-Nya kepadanya, sehingga tak jarang di antara manusia itu sengaja melakukan jalan pintas dan salah, sehingga terjerembab dalam jurang masalah dan kesesatan yang sangat dalam. Ada yang mencarinya dengan mendatangi dukun, ada yang memperolehnya dengan jalan yang tidak halal seperti korupsi, manipulasi, dan sebagainya.
Padahal, Allah SWT sama sekali tidak pemah lupa akan janji-Nya. Adalah hal yang sangat perlu kita ketahui, bahwa Allah SWT memberikan rezeki kepada setiap makhuk-Nya sesuai ukuran yang tepat, tidak kurang dan tidak lebih. Artinya, Allah telah menentukan kadar rezeki setiap hamba-Nya, sehingga tidaklah perlu bagi kita untuk saling iri dan dengki pada rezeki yang telah diperokeh saudara atau pun tetangga kita. Rezeki merupakan misteri ilahi, artinya jangan pernah mengukur-ukur seberapa besar Allah SWT memberikan rezeki kepada kita atau pun orang lain, baik itu kapan, di mana dan bagaimana. Adakalanya Allah membatasi rezeki seorang makhluk untuk menghindari manusia itu berbuat sombong dan kerusakan ” Dan kalaulah Allah melapangkan rezeki bagi hambanya niscaya mereka akan berbuat kerusakan di bumi ini namun Allah menurunkan rezeki itu berdasarkan ukuran yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah terhadap hambanya Maha Mengawasi dan Maha Melihat.”(QS.Al-Isra’: 30). Selain hal tersebut membuat kita congkak, juga akan menimbulkan ketidak ikhlasan dalam hati kita atas apa yang kita peroleh dari Allah SWT selama ini ” Dan adapun manusia itu apabila diuji dengan dipersempit rezekinya maka dia mengatakan Tuhanku telah menghinakan aku.”(QS.Al-Fajr: 16).
Rezeki itu dijemput bukan dicari
Rezeki harus dijemput, bukan dicari. Artinya, sebenarnya Allah SWT telah menempatkan rezeki hamba-Nya pada suatu tempat yang sebenarnya pun telah diketahui oleh hamba-Nya. Tidak perlu bingung untuk mencari kemana dan di mana Allah SWT meletakkannya, tetapi cukup hanya membuat berbagai persiapan untuk menjemput rezeki tersebut. Kita tidak perlu khawatir, cemas, gundah gulana karena takut tidak memperoleh rezeki. Atau sebaliknya, tak perlu kita memaksakan diri untuk memperoleh rezeki sebanyak-banyaknya hingga melupakan hal-hal yang penting dalam hidup kita. Karena semua itu telah diatur oleh Allah SWT. Yang terpenting yang harus dilakukan adalah upaya maksimal untuk memberikan yang terbaik dari seluruh yang kita miliki dan ketahui demi memperoleh rezeki tersebut (profesional). Tidak cukup hanya itu, konsistensi terhadap keyakinan yang mantap kepada Allah SWT (tawakkal), bahwa Allah pasti memberikan rezeki bagi kita adalah sangat penting demi menjaga kita dari keputusasaan, sehingga melakukan jalan pintas yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sesungguhnya Allah SWT menjamin seluruh rezeki makhluk-Nya. Mulai dari yang melata hingga manusia yang sempurna. Masihkah kita tidak yakin pada jaminan rezeki dari Allah? Apakah kita tidak lebih baik dari seekor semut di atas dalam hal ketaqwaan dan profesionalisme? Semua tergantung dari kemampuan dan kemauan kita dalam membaca sinyal-sinyal keberadaan rezeki yang dibebankan Allah SWT. Selain gigih berikhtiar mencari rezeki kita juga harus melakukan amalan yang disukai Allah. Allah menetapkan wadah yang sangat tepat untuk itu yaitu sholat dhuha. Sholat Dhuha merupakan sholat pembuka pintu rezeki. Membaguskan sholat dan memperbanyak amalan sholat sunat , memperbanyak istighfar , silaturahmi dan sedekah juga membantu membuka pintu rezeki. Allahummarzuqnaa rizqaan halaalaan thoyyibaan mubaarakan wa akfinaa bihalaalika ’an haraamika. Amin Ya Rabbal ’Alamin.(Ya Allah berikanlah kami rezeki yang halal lagi baik dan memperoleh keberkahan dan cukupkanlah kami dengan yang halal dan lindungilah kami dari yang haram).
Wallahu’alam bishshawwab.

Ramadhan bersama Alquran

Menghidupkan Ramadhan Bersama Alquran
"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharap perniagaan yang tidak akan merugi." (Faathir : 29).
Alquran adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Saw pada 17 Ramadhan. Alquran adalah sumber hukum yang pertama bagi kaum muslimin. Dari Utsman bin Affan radhiyallah 'anhu , beliau berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya." (HR. Al-Bukhari). Para ahli Alquran adalah orang yang paling berhak untuk menjadi imam shalat. Rasulullah Saw bersabda: "(Yang) mengimami suatu kaum adalah yang paling qari bagi kitab Allah, maka jika mereka sama dalam bacaan maka yang paling 'alim bagi sunnah (hadits), maka jika mereka dalam As-Sunnah juga sama maka yang paling dulu hijrah, maka jika mereka juga sama dalam hijrah maka yang lebih tua usianya." (HR. Muslim). Diriwayatkan juga oleh Imam Al-Bukhari, bahwa yang duduk di majlis Khalifah Umar di mana beliau bermusyawarah dalam memutuskan berbagai persoalan adalah para ahli Quran baik dari kalangan tua maupun muda. Sehubungan dengan masuknya bulan Ramadhan, ditekankan bagi setiap muslim yang mengharap rahmat Allah dan takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Alquran bagitu juga pada bulan-bulan lainnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan pahala-Nya. Alquran diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan. Sehingga ia akan menjadi hujjah orang yang membacanya dihadapan Allah dan pemberi syafa'at baginya pada hari Kiamat.
Allah SWT telah menjamin bagi siapa yang membaca Alquran dan mengamalkan isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, sebagaimana firman-Nya, artinya, "...Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka," (QS. Thaha: 123) . Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah, merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah Ta'ala telah mengancam orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya, artinya, " Barangsiapa berpaling dari Alquran maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari Kiamat." (QS. Thaha: 100) .
Salah satu amalan yang penting dipopulerkan pada bulan Ramadhan adalah membaca Alquran. Membaca Alquran pada bulan Ramadhan kita kenal dengan istilah tadarusan. Sebenarnya kata tadarus berasal dari bahasa Arab yaitu asal kata daraasa menjadi tadaarus yang bermakna saling belajar. Makna yang terkandung dalam kata tadaarus adalah orang yang membaca dan yang mendengar saling belajar. Saling belajar disini maksudnya adalah saling menyimak dan saling memperbaiki jika terdapat kesalahan baik dari makhraj (tempat keluar huruf) maupun sifat huruf yang dibacakan. Sifat huruf dalam ilmu tajwid adalah bagaimana mengucapkan huruf yang dikeluarkan dari makhrajnya. Tadarus yang dilakukan pada bulan Ramadhan berguna untuk melatih kelancaran kita dalam membaca Alquran, memahami makna Alquran, dan menyambung tali silaturahmi jika dilakukan di mesjid-mesjid. Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Alquran al-Karim, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca Kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para malaikat, dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di dadapan-Nya." (HR. Muslim). Dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk membacakan kepadanya Alquran al-Karim. Hal ini menunjukkan dianjurkannya mempelajari Alquran pada bulan Ramadhan dan membacakan Alquran kepada orang yang lebih hafal. Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah (mendengar dan membacakan) antara Nabi dan Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyak-banyak membaca Alquran di bulan Ramadhan pada malam hari, karena malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali berkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, artinya "Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu'), dan bacaan di waktu itu lebih berkesan." (QS. al-Muzzammil: 6)
Etika Membaca Alquran
Di saat membaca Alquran seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Alquran:
a. membaca dalam keadaan suci dari najis dan duduk dengan sopan dan tenang
b. membaca Alquran dengan pelan (tartil) dan tidak cepat agar dapat menghayati ayat yang dibaca
c. membaca Alquran dengan khusyu’. Di dalam sebuah ayat Alquran, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari sifat-sifat hambaNya yang shalih: " Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'" (QS. Al-Isra': 109).
d. Membaca Alquran dimulai dengan isti’adzah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Dan bila kamu akan membaca Alquran, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98). Apabila ayat yang dibaca dimulai dari awal surat, setelah isti'adzah terus membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak perlu membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.
e. Membaca Alquran dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di dalamnya. Firman Allah Ta'ala: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran, ataukah hati mereka terkunci?" (QS. Muhammad: 24.
f. Membaca Alquran dengan tidak menganggu orang yang sedang sholat dan tidak perlu membacanya dengan suara yang keras atau di tempat yang banyak orang. Dalam hadits dijelaskan: "Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (Al-Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim)
g. Dengarkan bacaan Alquran. Jika ada yang membaca Alquran, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan tenang, Allah Ta'ala berfirman: "Dan tatkala dibacakan Alquran, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga kamu diberi rahmat" (QS. Al-A'raaf: 204).
h. Melakukan sujud tilawah (sujud Sajdah) ketika membaca ayat Sajadah.
i. Berdo'a setelah membaca Alquran. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Alquran, mereka berkumpul untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas selesainya membaca Alquran. Setiap orang Islam wajib mengatur hidupnya sesuai dengan tuntunan Alquran dan harus dipelihara kesucian dan kemuliaannya, serta dipelajari ayat-ayatnya, dipahami dan dilaksanakan sebagai konsekuensi kita beriman ke-pada Alquran.
Ramadhan kali ini haruslah menjadi Ramadhan yang paling istimewa bagi diri kita dimana pada bulan ini kita mampu meningkatkan kemampuan membaca Alquran dengan baik sesuai dengan yang diperintahkan Allah terlebih lagi apabila kita mampu menghapal ayat demi ayat sekaligus mentadaburinya (memahami makna dan isinya) dengan baik pula. Buatlah target dalam bulan ini bahwa kita dapat mengkhatamkan Alquran minimal satu kali atau lebih. Marilah kita hidupkan bulan Ramadhan yang penuh barakah ini dengan mengisi hari-harinya dengan Alquran. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk selalu ta’at dan istiqamah. Allahumma anta rabbuna farzuqna tha’aatan wa istiqamatan Amin ya Rabbal ’Alamin.
Wallahu’alam bishshawwab

Senin, 17 Agustus 2009

Marhaban Ya Ramadhan Mubarak.. ana asyuuf 'ala hudhurik

MENGGAPAI INDAHNYA RAMADHAN
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS.2: 183).

Alhamdulillah , sungguh sangatlah beruntung orang-orang yang kembali dapat menjumpai bulan yang sangat istimewa di antara bulan-bulan Islam lainnya yaitu bulan Ramadhan. Allah menciptakan waktu sungguh sangat istimewa, mulai dari hari yang sangat istimewa di sepertiga malamnya dimana manusia yang melakukan tahajjud akan Allah istimewakan dirinya di tempat yang tertinggi dan istimewa di hadapan orang-orang yang beriman. Begitu juga dengan minggu yang Allah istimewakan dengan hari Jum’at. Dalam bilangan tahun, Allah mengistimewakan umat manusia dengan bulan Ramadhan. Barangsiapa menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.
Sungguh sangat mulia agama Islam menyambut bulan Ramadhan saja , dosa kita sudah diampunkan, apalagi jika kita mengistimewakan bulan Ramadhan dengan segala amalan dan aktivitas yang istimewa. Maka selayaknya kita bersyukur manakala bulan Ramadhan yang merupakan bulan suci ini dapat kita nikmati dan kita masih diberi kesempatan untuk mengisinya dengan amalan yang sholeh. Pada bulan yang penuh dengan keistimewaan yaitu bulan yang merupakan jamuan Allah kepada orang-orang yang beriman siapapun yang mengisi detik demi detik di bulan Ramadhan dengan perilaku yang istimewa maka niscaya dalam pandangan Allah ia akan menjadi orang yang sangat istimewa. Allah akan menghapuskan dosa-dosanya, menaikkan derajatnya, setiap doa diijabah dan Allah menyediakan surga baginya. Rasulullah Saw bersabda : “ Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah maka diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari). Manusia yang istimewa di sisi Allah adalah manusia yang paling taqwa dan ia merupakan orang yang juga paling mulia. Ramadhan merupakan sarana untuk menciptakan pribadi yang paling mulia yaitu pribadi yang muttaqin. Ramadhan akan menjadi lebih berkualitas apabila kita mampu mengisinya dengan segala aktivitas yang istimewa. Dan yang perlu menjadi catatan penting buat kita adalah puasa Ramadhan kali ini haruslah menjadi puasa yang terbaik dari puasa kita sebelumnya, karena jikalau usia kita disampaikan Allah sampai bulan Ramadhan tahun ini maka seharusnya kita mengisinya dengan sebaik-baik amalan. Jangan sampai Ramadhan kali ini lebih menurun kualitas ibadah kita dibandingkan dengan ibadah pada Ramadhan sebelumnya na’uzubillah. Agar Ramadhan kali ini lebih berkualitas maka seharusnya kita menyusun rancangan kegiatan amal-amal ibadah kita hari demi hari agar tidak ada yang luput dari kebaikan.
Selama bulan Ramadhan, Allah mengganti pahala setiap amalan sunat dengan pahala amalan wajib sedangkan amalan wajib Allah melipat gandakan beratus kali lipat. Membaca satu ayat Alquran pada bulan ini pahalanya seakan-akan mengkhatamkan Alquran. Bulan Ramadhan kita jadikan bulan training dan bulan bercocok tanam. Pada zaman Rasulullah SAW bulan ini menjadi bulan prestasi karena pada bulan ini Allah menurunkan Alquran dan berbagai pertempuran umat Islam juga memperoleh kemenangan pada bulan ini. Kita harus menentukan apa yang akan diprioritaskan untuk dilatih pada bulan Ramadhan ini. Diantara rancangan kegiatan yang harus kita perhatikan adalah pengelolaan waktu harus terkendali dengan baik kemudian amal ibadah kita harus semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya. Waktu pada bulan Ramadhan adalah waktu yang berharga sehingga tidak ada amal perbuatan yang dilakukan kecuali menghasilkan sesuatu yang terbaik. Apabila kita menyadari bahwa sesungguhnya pada bulan ini kita benar-benar menjadi manusia yang sangat disiplin seperti layaknya tinggal di asrama untuk di training seperti berhenti makan ketika mendengar suara azan dan begitu juga dengan dibolehkannnya makan juga setelah mendengar azan dan kita tidak dibiarkan untuk membuang waktu dengan percuma untuk selanjutnya mempersiapkan diri kita menjalankan sholat tarawih dan tadarusan Alquran. Seluruh aktivitas ini secara otomatis mengatur pola kerja dan waktu kita. Sesungguhnya Allah mendidik kita agar setiap perpindahan waktu dapat dikelola dengan hal yang penuh manfaat karena setiap hari demi hari dari Ramadhan yang kemarin tidak akan pernah kembali lagi dan kita juga tidak akan pernah tahu bahwa kita dapat mendapatkan Ramadhan pada hari esoknya. Mungkin kita dapat menggati ungkapan time is money menjadi time is taqarrub yang berarti waktu merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam segala aktivitas yang Alah takdirkan menjadi bagian dari hidup kita. Prioritas kedua yang harus kita siapkan dalam bulan ramadhan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita. Bulan Ramadhan menjadi bulan peningkatan mutu sholat kita dengan membulatkan tekad agar sholat pada waktunya dan melatih untuk khusyu’, memperbanyak membaca Alquran baik melalui kegiatan tadarus atau mulai melatih menghapal ayat demi ayat dan mentadabburinya atau memahami makna-maknanya. Selain sholat fardhu marilah melatih diri untuk memperbanyak sholat sunnat baik sholat rawatib , sholat tarawih, sholat Dhuha maupun sholat tahajjud di akhir sepertiga malam, dan mungkin kita dapat mencari ilmu tentang bagaimana cara meningkatkan mutu sholat kita. Prioritas lainnya yang harus kita tingkatkan pada bulan Ramadhan adalah kegemaran bersedekah. Pada bulan ini Allah melipat gandakan pahala orang yang bersedekah termasuk orang yang memberi makanan untuk orang yang berbuka puasa.
Pada bulan ini Allah mencatatkan peristiwa penting selain peristiwa nuzul Alquran yaitu lailat al- Qadar yang dikenal sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dan bulan ini dibagi ke dalam tiga keutamaan yaitu permulaannya adalah rahmah (awwaluha rahmah) yaitu mulai dari hari pertama sampai hari kesepuluh , pertengahannya adalah keampunan (aushatuha maghfirah) yaitu mulai dari hari kesebelas sampai hari kedua puluh serta akhirnya adalah terbebas dari api neraka (‘itqun minnaar) yaitu mulai dari hari kedua puluh satu sampai hari yang terakhir. Dan pada sepuluh malam terakhir Nabi menganjurkan agar memperbanyak ‘iktikaf di mesjid.
Namun demikian agar seluruh prioritas yang telah kita canangkan untuk kita laksanakan pada bulan Ramadhan seharusnya kita persiapkan bekal yang sesuai agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami kendala. Diantara persiapan yang mungkin dapat kita lakukan adalah menjaga kesehatan dan keistiqomahan hati dalam berbuat. Ramadhan adalah bulan tawadhu’ dan bulan peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah, maka siapapun yang berusaha menjadikan waktu Ramadhan ini istimewa maka ia kan berusaha akrab dengan Alquran, majelis ilmu, menjadi orang yang gemar bersedekah dengan ikhlas dan mampu mengendalikan diri. Hal yang penting juga adalah meningkatkan kualitas akhlak. Akhlak merupakan respon spontan terhadap sesuatu. Hindari hal-hal yang dapat mengurangi nilai puasa. Berhentilah memperdebatkan jumlah rakaat yang bukan merupakan hal yang prinsipil. Namun yang lebih penting adalah mengisi qiyaamulail dengan penuh keikhlasan dan keistiqomahan. Puasa yang berhasil mampu membentuk akhlak kita menjadi akhlak yang baik dengan merespon setiap kejadian apapun dengan sikap yang terbaik kita juga.
Semoga kita bisa mengisi Ramadhan dengan sebaik-baiknya, sehingga Allah berkenan menuntun kita menjadi orang yang berakhlakul karimah dan lulus mendapat ijazah sebagai muttaqin. Amiin ya rabb al-‘alamiin
Wallahu ‘alam bisshawwab