Senin, 02 Februari 2009

Mengembangkan EQ Pada Anak Dan Remaja

Upaya Mengembangkan EQ Pada Anak Dan Remaja
EQ atau sering kita kenal dengan Emotional Quotient merupakan besaran untuk mengukur emosi yang telah dikembangkan para pakar psikologi. Emosi merupakan salah satu sisi lain dari kepribadian, sebagaimana halnya dengan kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ (Intelligent Quotient). Dalam terma psikologi, emosi diartikan sebagai kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas/ spesifik bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungan. Semua emosi berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan energi yang tersedia untuk berbagai tindakan seperti berpikir, berkonsentrasi, memilih dan bertindak. Umpamanya seorang anak yang memiliki IQ musik maka emosinya ia akan cenderung memilih yang berhubungan dengan musik sehingga apabila diminta untuk memperdalam ilmu pasti maka emosi anak tersebut akan kurang bereaksi dengan tepat.
Seorang anak yang ber IQ jauh di atas rata-rata bisa tampil sebagai manusia yang tidak berdaya, tidak efektif bahkan bisa menjadi destruktif karena sisi lain dari kepribadiannya (kemampuan emosional dan sosialnya) tidak dikembangkan. Sebagai contoh anak-anak pada usia bermain (biasanya TK dan SD) memiliki prilaku yang jauh dari tertib apalagi disiplin dan kita sebagai orang dewasa menganggap prilaku mereka sebagai hal yang menyenangkan karena demikian meunjukkkan kepolosan dan membangun kepercayaan diri mereka, sebaliknya setelah masuk SD atau mungkin dari TK terkadang kebebasan mereka dibatasi dengan dipaksa belajar, les, tidak boleh makan di depan TV harus di meja makan, tidak boleh main dan hal-hal lain yang mengekang kebebasan mereka untuk berekspresi dan menuangkan emosional dan sosialnya. Bahkan ada anak yang dipaksa untuk masuk jurusan IPA padahal minatnya pada ilmu sosial dengan alasan IPA bisa dijamin suksesnya untuk masuk jurusan favorit di perguruan tinggi. Akibat nya seorang anak akan dapat dilihat prilakunya tersebut dalam dua bentuk, pertama, anak akan menjadi individu yang tertekan, tidak berinisiatif penurut, dan penakut untuk mengemukan pendapatnya walaupun mereka pandai, kedua mereka bisa menjadi manusia-manusia yang pemberontak, pembangkang dan terkadang menjadi agresif –destruktif.
Belenggu yang selama ini menjadi masalah adanya pemikiran dan sistem pendidikan yang menekankan pada satu sisi yaitu IQ, yaitu IQ ilmu pasti (eksakta) dan bahasa Inggris, sehingga segala daya dan usaha di orientasikan dan difokuskan ke dua bidang ini. Hal-hal lain yang dipandang bisa menghambat anak dari kemahiran dua bidang kajian ini harus dihindari atau dilarang. Anak yang tadinya memiliki IQ gerak tinggi yang berbakat menjadi penari atau olahragawan yang unggul tidak dapat mengembangkan bakatnya, sama halnya dengan yang ber IQ seni rupa dan musik dilarang karena tidak dapat bersaing di perguruan tinggi. Padahal untuk menjadi pemusik dan olahragawan profesional penghasilannya bahakan bisa lebih tinggi dibandingkan sarjana lulusan perguruan tinggi top sekalipun (fenomena masih banyak sarjana yang pengangguran).
Fungsi EQ dalam pengembangan kematangan pribadi individu sebagai pengendali perasaannya terhadap lingkungan dan mampu mengenali emosi orang lain untuk bereaksi dengan tepat. Kematangan pribadi ini berdampak positif dalam mengembangkan hubungan baik dengan orang lain. Seseorang tidak akan cepat tersinggung atau marah bahkan bisa bersikap sportif jika mengalami kekalahan alam pertandingan. Penelitian telah membuktikan bahwa orang-orang dengan EQ yang tinggi lebih mempunyai peluang keberhasilan daripada ber -EQ rendah. Peluang ini akan lebih tinggi lagi jika diikuti dengan IQ yang yang tinggi pula. Kontribusi EQ terhadap prestasi individu biasanya lebih besar daripada kontribusi IQ. Orang tua yang baik tidak akan memaksakan anaknya yang berbakat menjadi guru untuk menjadi ahli ekonomi yang bekerja di lembaga pemerintah misalnya, jika IQ di bidang ekonominya rendah.
Hal yang terpenting sekarang adalah menyiapkan anak-anak dan remaja untuk berkembang secara optimal mengikuti bakat masing-masing. Kuncinya adalah dengan mengembangkan EQ secara optimal pula sehingga mereka menjadi percaya diri, percaya pada orang lain, tidak takut-takut, tidak ragu-ragu atau malu-malu dan tidak mudah tersinggung. Tampilan yang spontan dan penuh kepercayaan diri yang nampak pada anak-anak ketika masih balita harus dipertahankan terus hingga dewasa. Tentu saja seorang makin dewasa maka makin banyak tata tertib yang harus dipatuhi. Cara mendidik yang sehat, kemampuan disiplin dan tertib itu akan tumbuh dengan sendirinya tanpa harus dipaksa atau dikekang. Intinya adalah dengan menumbuhkan akal sehat (reasoning).
Akal sehat tidak sama dengan akal (ratio) yang bisa diukur dengan skala IQ. Akal sehat adalah akal yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan sehat, misalnya apakah baik kita makan dulu sementara orang tua belum makan atau manakah yang lebih baik menyeberang di jembatan penyeberangan yang agak jauh atau langsung saja menyeberang sembarangan agar dekat. Pertanyaan yang mungkin terlintas di pikiran kita bagaimana cara menumbuhkan akal sehat? Caranya bukan dengan serba melarang atau serba mengharuskan (cara otoriter). Juga bukan dengan cara serba membolehkan dan serba mengalah pada kemauan anak. Cara yang tepat adalah cara akal sehat juga.
Cara akal sehat yang yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kebiasaan argumentasi atau dialog. Dalam cara argumentasi ini, setiap larangan atau suruhan harus ada alasannya. Setiap alasan itu harus masuk di akal anak. Karena jika alasan belum masuk akal, harus dijelaskan berulang-ulang sampai anak jelas betul. Orang tua tidak boleh mengekang si anak bahkan sebaliknya mengembangkan kemampuan anak untuk berargumentasi dan berdialo dengan benar.
Bahkan dalam metode pendidikan Islam sendiri teknik argumentasi (jidal) dan dialog(niqasy/hiwar) untuk membangkitkan motivasi sekaligus mengantar anak kepada EQ yang tinggi yang akhirnya akan menyebabkan anak bisa berkembang bakat dan matang pribadinya secara optimal. Wallahu’alam

0 Responses to “Mengembangkan EQ Pada Anak Dan Remaja”

Posting Komentar