Senin, 02 Februari 2009

Membaca Hikmah dalam Musibah

MEMBACA HIKMAH DARI MUSIBAH
Fatma Yulia
Peringatan yang Tersurat
Bangsa Indonesia akan terus dirundung cobaan mulai dari bencana alam sampai wabah epidemik flu burung disusul demam berdarah yang telah banyak memakan korban mulai dari anak-anak sampai orang tua. Belum lagi gagal panen akibat banjir dan tanah longsor sehingga di beberapa daerah terjadi kekurangan pangan yang mengakibatkan gizi buruk, pertumpahan darah di POSO yang tak kunjung selesai, kecelakan transportasi yang terus terjadi, gempa yang saling susul- menyusul di berbagai daerah dan entah apalagi bencana yang muncul selanjutnya. Peringatan demi peringatan yang Allah berikan kepada manusia menuntut agar manusia segera membaca kandungan peristiwa yang tersirat di dalamnya. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa kemakmuran suatu negeri akan diperoleh bagi suatu kaum yang beriman dan bertakwa (QS.7:96). Jika kita umat Islam mampu mendalami makna janji Allah tersebut mungkin sebagian kita telah membantu meringankan peringatan Allah yang ditimpakan kepada bangsa ini. Dalam Alquran Allah menegaskan “Sesungguhnya Kami (diutuskan) untuk menurunkan Azab dari langit kepada penduduk kampung ini sebabkan mereka mereka melakukan kejahatan disebabkan kufur dan melakukan maksiat” (QS. 29: 34).

Dua Macam Bencana

Bencana apapun yang dipandang buruk oleh manusia sebetulnya tidak terlepas dari dua macam. Pertama, bencana yang memang merupakan sunnatullah. Contohnya adalah gempa bumi, tsunami, meletusnya gunung merapi, kekeringan dalam jangka waktu lama, dan lain-lain. Bencana ini dapat menimpa siapapun, Muslim ataupun kafir. Bencana alam dalam kategori ini semata-mata dimaksudkan untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah. Allah SWT berfirman : "Apakah mereka tidak melihat bahwa sesunguhnya Kami mendatangi bumi, lalu Kami mengurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Allah menetapkan hukum (menurut kehendakNya); tidak ada yang dapat menolak ketetapanNya." (QS. 3 : 41). Sebagian ahli tafsir menerangkan bahwa maksud dari "Kami mengurangi bumi itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya" adalah dengan tenggelamnya sebagian bumi, gempa, dan berbagai macam bencana. Semua ini, sebagaimana terungkap dalam ayat di atas, adalah semata-mata atas kehendakNya. Kedua, bencana yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia. Contohnya adalah banjir yang diakibatkan oleh penebangan hutan secara liar, wabah kemiskinan, dan kelaparan di tengah-tengah kekayaan alam yang melimpah ruah akibat kekayaan tersebut diserahkan kepada pihak–pihak yang tidak amanah, merajalelanya kemaksiatan, dan kriminalitas akibat hukum-hukum Allah tidak dilaksanakan, mewabahnya penyakit kelamin (seperti AIDS) akibat pergaulan bebas, dan lain-lain. Allah SWT berfirman : "Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah manusia." (QS. 30 : 41).

Hikmah Dan Cara Menyikapinya
Musibah bisa saja terjadi pada setiap orang, terlepas dari apakah seseorang itu sholeh atau tidak, muslim atau tidak, tua atau muda. Begitupun agama mengajarkan agar kita mengambil hikmah dari musibah yang terjadi. Ada tujuh kandungan hikmah dan cara menyikapi musibah tersebut antara lain: Pertama, bagi muslim yang sholeh musibah ditujukan untuk menguji keimanan (QS 29: 2-3). Sebab, seorang yang mengaku beriman kepada Allah belum tentu sungguh-sungguh beriman. Karenanya, Allah perlu menguji mereka yang mengaku beriman dengan sesuatu, misalnya, berupa banjir bandang, gempa bumi, penyakit atau kesulitan ekonomi. Jika mereka tetap sabar dan istiqamah di jalan Allah, berarti mereka itulah orang yang sungguh beriman dan Allah akan menaikkan derajatnya sekaligus menghapus sebagian dosa-dosanya melalui musibah ini. Mereka akan mendapat kabar gembira berupa surga dan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya. (QS 41:30). Kedua, bagi setiap muslim musibah bisa pula sebagai peringatan agar mereka mau kembali ke jalan yang benar (QS 30:41). Allah SWT menegaskan, berbagai musibah terjadi di muka bumi adalah karena ulah manusia itu sendiri (QS 30: 41). Dalam hadis riwayat Al-Hakim dijelaskan, apabila umat manusia melakukan berbagai kemungkaran dan kemaksiatan maka akan datang kepada mereka bencana berupa gempa bumi, kekeringan, dan penyakit-penyakit yang berbahaya. Musibah dahsyat semoga menyadarkan manusia kembali ke jalan Allah. Ketiga, musibah juga berarti peringatan dari Allah bahwa sesungguhnya manusia adalah makhluk sangat lemah di hadapan Allah Kesadaran ini perlu terus ditumbuhkan karena manusia berkecenderungan merasa paling hebat sehingga muncul sifat sombong. Kesombongan inilah yang menyebabkan kita sering menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Firman Allah SWT, ''Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.'' (QS 17: 37).Keempat, dengan musibah-musibah tersebut Allah SWT barangkali ingin mengambil sebagian hambanya sebagai syuhada. Sekalipun Allah menimpakan manusia dengan bencana, tetapi orang-orang mukmin yang ikut terkena musibah jika bersabar akan mendapat pahala besar. Sebaliknya, bagi yang meninggal dunia mereka adalah syuhada (QS 3: 40). Kelima, bagi orang-orang yang ingkar dan tidak beriman, suatu musibah tidak lain adalah azab atau siksaan yang ia peroleh di dunia ini. Sesungguhnya musibah tersebut sebagian yang sangat kecil dari siksa akhirat yang didahulukan Allah SWT di muka bumi ini bagi mereka. Azab itu sendiri terjadi ketika manusia yang ada membiarkan berbagai kemaksiatan dan kemungkaran terjadi di sekitarnya tanpa peduli. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda:"Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat zholim dan tidak mencegahnya, maka telah dekatlah azab Allah yang akan menimpa mereka seluruhnya" (HR At-Tirmidzi). Keenam, Allah ingin menguji kesalehan sosial para hamba-Nya yang tidak terkena musibah, apakah mereka terketuk hatinya untuk membantu saudara-saudara mereka yang sedang menderita atau tidak, ''Perumpamaan orang mukmin terhadap orang mukmin yang lain adalah seumpama badan, jika salah satu anggota badan sakit maka seluruh jasad ikut merasakan sakit hingga merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim). Ketujuh, musibah alam misalnya gempa bumi sesungguhnya cara Allah untuk menunjukkan tanda-tanda kiamat sehingga memperkuat keyakinan bahwa hari kiamat pasti akan terjadi (QS. 56:1-7). Ini agar umat manusia sadar akan adanya kehidupan hakiki di hari akhir, lalu mereka mau berjuang membela kebenaran di muka bumi untuk kebahagiaan di hari akhir.

Penutup
Bagi seorang Muslim, musibah apapun seharusnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT seraya memelihara kesabaran dan ketawakalan kepadaNya. Musibah sejatinya membuahkan bertambahnya iman seorang Mukmin, bertambah baiknya hubungan dirinya dengan Allah, serta semakin sempurnanya kedekatan dirinya denganNya. Rasulullah SAW bersabda : "Alangkah mengagumkan keadaan seorang Mukmin, seluruh perkaranya adalah kebaikan. Jika dia mendapatkan nikmat, dia bersyukur; itulah kebaikan baginya. Jika dia tertimpa musibah, dia bersabar; itupun kebaikan baginya." (HR. Muslim).
Wallahu’ alam

0 Responses to “Membaca Hikmah dalam Musibah”

Posting Komentar