Senin, 02 Februari 2009

Memperkenalkan Diri Dengan Buku

Pendahuluan
Membaca dan menulis buku bisa jadi merupakan suatu aktivitas yang sangat menyenangkan. Apalagi mampu menunjukkan bahwa buku mempunyai "rasa" dan "aroma" yang bisa membangkitkan selera. Lebih dari itu membaca dan menulis buku dapat mengantarkan seseorang untuk memiliki ketajaman yang luar biasa dalam mengenali dan memperbaiki diri lewat suatu kemampuan, yang dalam istilah Hernowo sebagai "mata baru".Hanya saja, selama ini membaca dan menulis buku selalu identik dengan rasa menjemukan dan melelahkan. Buku yang menjadi sarana utama kegiatan tersebut sama sekali tidak memiliki daya tarik yang memikat. Secara keilmuan, buku boleh saja berisi segudang ilmu. Namun penampilan buku yang kaku menjadi penghambat utama bagi seseorang untuk membaca dan menyusunnya.Buku tidak lebih dari kumpulan teks, buku juga sebenarnya tidak mampu memberikan apa-apa. Ribuan atau bahkan miliaran kata yang ada di dalamnya tidak ada yang bisa memberikan pencerahan secara mempesona. Buku hanya berputar-putar berpanjang-panjang dan sekadar mempermainkan teks. Buku sama sekali tidak mampu melampaui teks. Sekalipun terkadang mampu melukiskan problem-problem manusia yang kompleks, buku tetap saja beku. Tidak ada yang menarik di dalam buku. Fenomena ini sangatlah ironis. Sebab sebagaimana kata pepatah, buku adalah gudang ilmu. Di era internet sekarang ini buku masih menduduki peringkat terbaik sebagai media tranformasi ilmu dan informasi yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.Bahkan dalam proses belajar belajar kehadiran buku tetap menjadi prioritas utama dibandingkan dengan sumber belajar lain seperti internet. Bagaimana Membangkitkan Minat Membaca ?Kebosanan dan mengantuk merupakan kultur yang terbangun dalam membaca buku. Karenanya tak heran jika banyak orang yang memilih nonton sinetron daripada membaca buku. Sebab menonton sinetron terasa lebih santai dan menyenangkan. Berbeda dengan membaca buku yang membutuhkan banyak energi dan keseriusan yang tidak jarang justru membuat pusing para pembacanya.Untuk memasuki dunia buku, ada baiknya menyamakan buku itu sebagai "makanan" yang dibutuhkan oleh jasmani manusia agar tubuh menjadi sehat, manusia pun membutuhkan energi khusus yang dapat mengasah ketajaman ruhaninya. Dalam konteks inilah buku dapat menjadi santapan ruhani manusia yang penuh gizi bagi kebutuhan akal dan ruhaninya tersebut.Dr. C. Edward Coffey, seorang peneliti dari Henry Ford Health System terkait dengan gizi buku untuk kebutuhan ruhani manusia ini, mengungkapkan sebuah fakta menarik tentang hubungan buku dengan kesehatan mental. Dalam penelitiannya, ia telah mampu membuktikan bahwa hanya dengan membaca buku, seseorang akan terhindar dari penyakit demensia yang menyebabkan kepikunan apabila kita dapat menciptakan satu pandangan bahwa buku dapat diperlakukan sebagai makanan, sama persis sebagaimana kita memakan makanan jasmani. Terdapat tiga cara agar kita dapat mengonsumsi buku sebagai makanan ruhani, di antaranya adalah: Pertama, agar membaca buku tidak menyebabkan kantuk, buku yang dibaca haruslah buku yang sesuai kegemaran dengan tema-tema yang sangat disukai sebagaimana makanan kesukaan. Kedua, sebelum membaca semua halaman buku, ada baiknya kalau buku-buku tersebut "dicicipi" terlebih dahulu. Bisa dengan jalan mengenali siapa pengarang buku itu atau dengan mencari informasi tentang sesuatu yang menarik. Ketiga, untuk menyelesaikannya, membaca buku dapat dilakukan dengan cara ngemil (sedikit demi sedikit seperti orang yang makan kacang goreng). Dengan jalan ini buku setebal 300 halaman pun dapat diselesaikan dengan santai, yaitu dengan jalan mencari halaman-halaman yang menarik dan bermanfaat dalam buku tersebut. Halaman-halaman ini sajalah yang dibaca dan didalami tidak perlu membaca semua halaman yang ada di dalam sebuah buku.Tiga Hal Membuat Kita Cinta MembacaSubyek potensial yang bisa dikembangkan untuk mengenalkan buku adalah anak-anak. Ada tiga hal yang dapat dijadikan agar subjek potensial yaitu anak-anak tersebut menjadi cinta dalam membaca. Pertama, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak agar mereka benar-benar dapat melihat orangtuanya sedang membaca buku. Kedua, orangtua harus membagikan informasi-informasi yang bermanfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca kepada anak. Ketiga, pada saat membaca buku di rumah sesekali orangtua harus membacanya dengan suara keras supaya anak dapat mendengar suara bacaan yang sedang dibaca. Di samping ketiga cara tersebut, bagi orangtua juga harus membangun suasana yang menyenangkan dalam memperkenalkan buku kepada anak. Ini dapat dilakukan dengan mengajak anak jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat yang berkaitan dengan buku. Misalnya, dua minggu sekali anak diajak untuk "mencicipi" dan melihat jajaran buku yang ada di toko buku atau perpustakaan. Bisa juga dengan membiasakan anak untuk memilih buku bacaan secara bebas sesuai dengan keinginannya. Anak juga harus diberi kebebasan untuk membolak-balik dan bermain-main dengan bukunya sendiri. Mengenalkan buku sejak dini kepada anak ini memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun kebutuhan anak terhadap buku. Pada tahapan ini anak tidak perlu dipaksauntuk segera dapat membaca dalam arti memahami isi buku. Perkenalan ini hanya berfungsi untuk membiasakan anak agar sering bertemu dengan wujud huruf. Dengan cara ini akan lebih mudah untuk mengenali kembali dan menyebutkan bunyi huruf. Lebih dari itu, tahap perkenalan ini dapat membangkitkan potensi dalam bentuk stimulus visual (melihat) huruf dan kesan auditif (mengucapkan) huruf tertentu.Institusi sekolah merupakan suatu lembaga yang dipercaya sebagai tempat belajar membaca. Di sekolah anak mulai dikenalkan dengan huruf. Di sekolah pulalah mereka diajar mengeja dan membaca hingga memahami buku. Namun sayang sekolah tidak mengajarkan agar siswanya memiliki kebutuhan terhadap buku. Sebaliknya membaca justru menjadi kegiatan yang memberatkan. Meskipun perangkat membaca seperti buku bacaan, buku tulis dan juga pena senantiasa berada di dalam tas siswa, namun tidak ditemukan kultur baca siswa sekolah yang mengasyikkan.Fenomena ini merupakan persoalan klasik yang dialami oleh sekolah. Sekolah yang semestinya dibangun untuk mengawal proses perkembangan kepribadian anak justru berkembang menjadi lembaga yang memfrustrasikan. Di sekolah anak dipaksa untuk mengikuti sistem yang dikembangkan sekolah. Padahal belum tentu sistem tersebut sesuai dengan kecenderungan dan cara belajar anak yang bersangkutan. Tak heran jika sekolah justru dirasakan sebagai sesuatu yang membelenggu dan memberatkan.Membaca dengan menghadirkan rasa funMembaca juga perlu menghadirkan rasa fun (kegembiraan). Kegembiraan di sini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajarinya), dan nilai yang membahagiakan, kegembiraan dalam melahirkan sesuatu yang baru. Penciptaan ini jauh lebih penting daripada segala teknik, metode atau media belajar yang mungkin dipilih untuk digunakan dalam proses pembelajaran.Dengan menghadirkan rasa fun dalam membaca bagi seorang siswa, akan tercipta suatu kebutuhan mereka terhadap sekolah. Sejalan dengan ini akan terbangun pula suatu kebutuhan terhadap buku sebagai sarana yang tidak bisa dipisahkan dari sekolah. Dengan demikian akan tercapai suatu kultur membaca yang mengasyikkan yang dilahirkan dari sistem sekolah yang menyenangkan. Merujuk peta kecerdasan Howard Gardner (yang dikenal dengan kecerdasan majemuk), aktivitas membaca dapat memacu kategori kecerdasan linguistik. Kecerdasan ini merupakan suatu kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Beberapa tokoh yang mampu memperkenalkan diri mereka berkat kemampuan mengelola kecerdasan linguistik , diantaranya Hilman "Lupus" Hariwijaya, Emha Ainun Najib, Nurcholish Madjid, K.H. Abdullah Gymnastiar, Butet Kertarajasa dan juga Helmi Yahya, Hernowo. Mereka adalah tokoh-tokoh yang mampu menemukan dan kemudian mengembangkan potensi sesuai dengan kecenderungan kecerdasan yang dimilikinya. Mereka mampu menjadi terkenal dengan kerya-karya yang mereka hasilkan , bagaimana dengan diri kita?

0 Responses to “Memperkenalkan Diri Dengan Buku”

Posting Komentar