Senin, 06 Mei 2013

Dinamika Intelektual Pada Masa Dinasti MUwahhidun (524-667/1126-1269)

TRADISI INTELEKTUAL MUSLIM PADA MASA DINASTI MUWAḤḤIDŪN (Telaah Historis Tentang Dinamika Pendidikan Islam Pada Masa Ya’qūb Al-Manṣūr) A. PENDAHULUAN Selama ini sejarawan hanya tertarik membahas jasa-jasa dalam bidang politik dan militer dinasti-dinasti Islam yang mempunyai nama besar seperti ‘Abbāsīyyah, Amawīyyah dan Fāțimīyyah. Jasa-jasa dalam hidupnya suatu peradaban, budaya serta pendidikan dari dinasti-dinasti kecil nampaknya kurang mendapat perhatian mereka. Hal ini tercermin dri sedikitnya literatur yang membicarakan tentang dinasti-dinasti kecil tersebut. Padahal jika ditelusuri lebih mendalam, dinasti-dinasti kecil yang muncul dalm sejarah Islam memiliki peran yang cukup besar dalam memajukan peradaban Islam. Salah satu dinasti kecil tersebut adalah dinasti Muwaḥḥidūn yang muncul di kawasan Afrika Utara tepatnya Maroko. Dinasti Muwaḥḥidūn yang dibahas dalam buku ini merupakan satu diantara dinasti-dinasti kecil Islam (Mulūk aț-Țawāif) yang pernah berkuasa di Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol). Selama lebih dari satu abad (524-667/1126-1269), dinasti ini memainkan peranan yang amat penting dalam sejarah Islamisasi dan perkembangan intelektual umat Islam khususnya di dunia Islam belahan Barat. Bahkan sebagian kemajuan yang berhasil dicapai dunia Barat merupakan hasil transmisi ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui dinamika keintelektualan pada saat dinasti ini berkuasa. Dinasti Muwaḥḥidūn, dlam literatur Barat dikenal dengan Almohad Dynasty pada mulanya merupakan satu gerakan keagamaan yang bertujuan untuk menegakkan tauhid disamping sebagai gerakan tandingan bagi kaum santri (murābițūn) dalam menolak segala bentuk paham antropomorfisme (tajsīm) yang dianut oleh mereka. Gerakan ini didirikan oleh Ibnu Tūmart (w.524/1130), yang berasal dari kabilah Mosamada salah satu kabilah Berber. Dakwah yang didirikan ini selanjutnya berkembang menjadi sebuah gerakan politik yang bertujuan untuk memperkuat eksistensinya sekaligus bersaing di tengah-tengah dinasti lainnya. Penyalahgunaan kekuasaan oleh dinasti Murābițūn memperkuat keinginan kelompok Muwaḥḥidūn untuk menghancurkan kekuasaan Murābițūn dan menggantikannya dengan dinasti mereka yaitu Muwaḥḥidūn. Penamaan dinasti ini dengan Muwaḥḥidūn didasari atas tujuan utama kelompok ini yaitu purifikasi pemahaman tauhid yang telah tercemar ketika itu. dukungan dari pengikutnya merupakan syarat yang cukup menentukan bagi terbentuknya sebuah pemerintahan. Sebagai pencetus dari berdirinya dinasti ini, Ibnu Tūmart memproklamirkan dirinya sebagai pemimpin dengan gelar al-Mahdī. Sebagai pemimpin dinasti, Ibnu Tūmart mulai melakukan ekspansi ke berbagai wilayah Islam keluar dari basis kekuasannya. Keberhasilan dinasti baru ini menaklukkan einasti yang sedang berkuasa ketika itu yaitu Murābițūn merupakan sebuah tahapan penting dalam usaha menyebarkan ajaran Islam yang benar sekaligus untuk membentuk sebuah peradaban bagi masyarakat Berber. Untuk selanjutnya sejarah dinasti ini menjadi catatan sejarah penting diantara dinasti-dinasti Islam lainnya dalam hal perkembangan peradabannya. ‘Abd al-Mu’min penguasa pengganti Ibnu Tūmart mulai melakukan kebijakan politik dengan melakukan perbaikan mulai dari sistem pemerintahan maupun sosial. Kebijakan politik yang dilakuksn antara lain melakukan ekspansi ke wilayah Andalus dan mengganti bentuk pemerintahan selanjutnya dari demokrasi menjadi monarki. Pada masa ‘Abd al-Mu’min kondisi politik dinasti Muwaḥḥidūn semakin kuat dan stabil. Hal ini mempermudah bagi khalifah ketika itu untuk membangun sebuah peradaban Islam, yang antara lain usaha tersebut dilakukan melalui pendidikan. Puncak kemajuan peradaban dari dinasti ini berrlangsung tepatnya pada masa Ya’qūb al-Manṣūr khalifah keempat dari dinasti Muwaḥḥidūn yang mulai berkuasa mulai tahun 590/1184. Puncak peradaban (‘aṣr aẑ-ẑahab) dinasti Muwaḥḥidūn yang berlangsung pada masa Ya’qūb al-Manṣūr didukung beberapa kebijakan yang berupa patronase kepada lembaga-lembaga pendidikan dan para ilmuwannya dalam memperoleh kebebasan dan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Manifestasi dari kebebasan ini, melahirkan para ilmuwan besar dalam berbagai disiplin ilmu. Selanjutnya para ilmuwan ini memiliki produktivitas untuk melahirkan karya-karya baik dalam bidang ilmu keagamaan (al-‘ulūm an-naqlīyyah), maupun ilmu-ilmu filsafat dan alam (al-‘ulūm al-aqlīyyah). Kemampuan para ilmuwan dalam menguasai berbagai ilmu ini dilandasi atas sebuah pandangan yang menegaskan bahwa menekuni satu bidang ilmu pengetahuan dengan mengabaikan yang lain merupakan ketidaksempurnaan intelek manusia. Sebagian ilmuwan ini memilih untuk mempelajari segalanya dan menekuni profesi di bidang hukum, kedokteran, dan filsafat dalam waktu yang bersamaan. Tanpa patronase khusus dalam hal ini khalifah, maka mereka dapat ditugaskan sebagai hakim (qaḥī quḍāt), dokter pribadi khalifah maupun sebagai pengajar bagi anak-anak pembesar. Pada masa itu diskusi (munāẓarah), debat (jadal) dan pandangan-pandangan baru didorong perkembangannya di dalam kerangka kerja (frame work) ajaran Islam yang dapat menambah kesuburan intelektual dan rasionalisme ilmuwannya. Kepemimpinan lembaga pendidikan yang didirikan oleh khalifah juga berada di bawah kontrolnya. Hal ini merupakan sebuah indikasi tindakan politik yang memunyai pengaruh yang besar pada pendidikan tinggi Islam. Lembaga-lembaga pendidikan memiliki syekh (staf pengajar) yang ditunjuk dan diberhentikan khalifah. Lembaga-lembaga pendidikan tersebut di satu sisi berada dalam lingkungan masyarakat yang berorientasi keagamaan. Sedangkan di sisi lain lembaga pendidikan tersebut melambangkan keunikan dengan didirikannya sebuah pendidikan tinggi pribadi (swasta), yang lepas dari kontrol khalifah. Keadaan demikian memberikan pengertian tentang relasi (hubungan) antara kehidupan agama yang diwujudkan dalam bentuk pendirian lembaga pendidikan untuk melestarikan sebuah paham keagamaan, kehdupan politik dan wujud pelestarian ideologi penguasa dalam kehidupan sosial dengan indoktrinasi ideologi penguasa tersebut kepada rakyatnya. Dalam hal ini aspek sosial, politik dan agama (social-politico-religious) saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan ketatanegaraan. Selain bentuk patronase, faktor lain yang mendukung peradaban di masa itu adalah kesadaran masyarakatnya untuk memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk usaha tersebut adalah pemberian beasiswa, pemberian kemudahan akses ke perpustakaan, penyediaan buku-buku serta pencanangan kegiatan wajib belajar (ta’līm al-ijbār) bagi seluruh rakyatnya. Pemberian beasiswa mendorong ilmuwan yang ada ketika itu untuk melakukan penelitian, penulisan dan penerjemahan. Beasiswa ini juga diberikan untuk memberikan kemudahan bagi mereka melakukan seluruh aktivitas keilmuan dengan tenang tanpa terganggu dengam pekerjaan mencari biaya hidup. Bagi para pelajar, beasiswa ini juga mendorong terciptanya atmosfir keilmuan sekaligus memberikan kesan positif bagi terciptanya tradisi intelektual. Pendidikan yang diselenggarakan menjadi dinamis dan memberikan keuntungan yang besar bagi pembentukan komunitas ilmiah. Sejarah secara umum menganggap bahwa al-Ma’mūn dengan bayt al-ḥikmahnya atau Niẓām al-Mulk dengan madrasah Niẓāmiyyahnya yang keduanya berada di Timur serta Jami’ Cordovanya yang berada di Barat (Spanyol) sebagai pembangkit era renaisans di Eropa. Namun jika lebih mendalam sesungguhnya kemajuan yang dirasakan dunia Barat sebagian merupakan kontribusi dari perkembangan ilmu pengetahuan masa dinasti Muwaḥḥidūn. Pendapat ini dapat diperkuat dengan melihat hasil-hasil karya ilmuwan Muslim yang berhasil diterjemahkan oleh ilmuwan Kristen ke bahasa Latin. Dalam buku ini akan difokuskan pembahasannya mengenai karakteristik pendidikan Islam yang berlangsung selama era pemerintahan Ya’qūb al-Manṣūr dari dinasti Muwaḥḥidūn. Pemerintahan Ya’qūb al-Manṣūr merupakan titik kulminasi perkembangan pendidikan yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemunculan dan restrukturisasi lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Eropa. Di samping itu, penelitian ini juga berusaha menelusuri kehidupan ilmuwan-ilmuwan besar dari budaya Islam yang karya mereka sangat terkenal di dunia Barat dan bertahan sepanjang zaman. Buku ini bukan sekedar untukl mengenang zaman keemasan Islam yang pernah berlangsung , tetapi lebih dari itu untuk merekonstruksi elemen-elemen kejayaan Islam tersebut di tengah arus peradaban Barat. Peradaban Barat yang muncul sebagai gambaran terhadap kontribusi yang sangat besar dari umat Islam dam ilmuwannya. Warisan intelektual dan institusional yang ditinggalkan oleh ilmuwan Muslim pada masa klasik tersebut akan ditelusuri dalam mata rantai sejarah perkembangan pendidikan Islam, khususnya masa Ya’qūb al-Manṣūr dari dinasti Muwaḥḥidūn.
B. Asal Usul Dinasti Muwaḥḥidūn Kemunculan dinasti Muwaḥḥidūn (514/1120) dilatarbelakangi oleh sebuah gerakan keagamaan yang bertujuan untuk memberantas suatu paham keagamaan yang berkembang sebelumnya dan dianut pendahulu mereka yaitu dinasti murābițūn. Paham keagamaan tersebut adalah antrofomorfisme (tajsīm) disertai dengan bid’ah , khurafat dan takhayul yang telah merusak kemurnian ajaran Islam. Dinasti ini berada di kawasan Afrika Utara khususnya kawasan Sus sebelah barat daya kota Marākisy (Maroko sekarang) yang didirikan oleh Muḥammad ibn Tūmart. Dinasti ini dikenal juga dengan nama dinasti Berber, yang dalam literatur Barat disebut dengan nama Al-Mohads (Spanyol : Al-mohades). Bersama ‘Abd al-Mu’min ibn ‘Alī al-Kaumī , keduanya kembali ke Marākisy (Maroko) tepatnya di kota Bijaya (Bougie). Kemudian mulai dari kota ini keduanya menyusun strategi dakwah untuk menentang dinasti Murābițūn. Masyarakat di sekitarnya memberikan dukungan kepada Ibnu Tūmart karena melihat kemurnian dari ajarannya. Inti ajaran dari gerakan ini adalah memberikan kesadaran bahwa dunia ini berada pada dimensi kesucian dan penegak ke-Esaan Tuhan, sehingga gerakan ini dinamakan al-Muwaḥḥidūn (berpaham tauhid, mengesakan Tuhan), sebagai pimpinan dari gerakan ini adalah Muḥammad Ibn Tūmart sendiri dengamn gelar al-Mahdī. Kemasyhuran Ibnu Tūmart terdengar oleh Amīr al-Muslimīn Yūsuf ibn Tasyfīn yang menentang kemunculan gerakan ini. Gerakan Muwaḥḥidūn ini dikenal sangat keras dalam menyebarkan ajarannya termasuk kepada golongan Murābițūn karena dianggap ajarannya telah menyimpang. Penyebaran dakwah dinasti Muwaḥḥidūn pada kenyataannya berbenturan ……………………… kota benteng Algeciras (al-Jazīrah al-Khaḍrā’) dari kekuasaan Murābițūn. Menjelang penghujung tahun 541/1146 beliau telah berhasil menguasai ibukota Seville yaitu ibukota Murābițūn di Andalus, sekaligus mengakhiri kekuasaan dinasti Murābițūn di Andalus. Dua tahun berikutnya 543/1148 pihak Muwaḥḥidūn berhasil merebut benteng Consuegra dan menguasai ibukota Cordova, diteruskan dengan kota Granada dari Castille-Leon (551/1156). Pada tahun 566/1170 secara resmi kota Spanyol berada dalam kekuasaan dinasti Muwaḥḥidūn dengan ibukotanya Seville. Selanjutnya wilayah kekuasaan dinasti Muwaḥḥidūn menjadi luas dan membentang dari wilayah Afrika Utara (Maghrib) hingga Semenanjung Iberia. Wilayah kekuasaan yang luas tersebut menjadikan dinasti ini sering disebut dinasti Muwaḥḥidūn di Maghrib dan dinasti Muwaḥḥidūn di Andalus (Daulah al-Muwaḥḥidīn fī al-Maġrib wa al-Andalus). Dimulai dari dua tempat inilah selanjutnya peradaban Islam di Barat mulai berkembang setwlah kejatuhan dinasti Amawīyyah di Andalus. Hasil dari perkembangan ilmu yang berkembang di wilayah ini memberikan inspirasi atas kebangkitan kembali bagi bangsa Eropa dan renaisansnya. Kejatuhan dinasti Muwaḥḥidūn di Andalus ditandai dengan penyerangan aliansi raja Castille Leon, Navarre dan Aragon terhadap pasukan Muwaḥḥidūn pada pertempuran di La Navas de Tolosa 15 Safar 609/17 Juli 1212. Penyerangan ini menyebabkan kekuasaan dinasti Muwaḥḥidūn di Andalus melemah dan kekuasaan amir (gubernur) hanya berbentuk boneka dai pemerintahan pusat di Maroko. Dinasti Muwaḥḥidūn mengalami kejatuhannya ketika terjadi pengusiran umat Islam yang dilakukan penguasa Kristen, setelah berkuasa lebih satu abad ().

0 Responses to “Dinamika Intelektual Pada Masa Dinasti MUwahhidun (524-667/1126-1269)”

Posting Komentar