Sabtu, 18 Mei 2013

MEMASUKI TAHUN BARU PENUH OPTIMISME


Wahai orang-orang yang beriman, Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya); dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah sediakan (dari amal-amalnya) untuk hari esok (hari akhirat). Dan (sekali lagi diingatkan): Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat Meliputi PengetahuanNya akan segala yang kamu kerjakan. “ (QS. Al-Hasyr (59) : 18)

Tanpa terasa perjalanan bumi mengelilingi matahari, manusia dihadapkan dengan pergantian hari demi hari, tahun demi tahun, jam demi jam sampai detik demi detik. Semuanya ini merupakan dinamika dari hidupnya ruh dalam diri manusia. Maha suci Allah yang telah menciptakan sistem siklus kehidupan, malam berganti siang, hari berlalu menyusun minggu, hitungan bulan membentuk tahun. Tahun baru 1 Muharram 1432 Hijrah kini tiba. Berbagai acara digelar untuk menyambutnya, seperti seminar keislaman, Tabligh Akbar, kegiatan yang bernuansa keislaman dan sebagainya demi memeriahkan tahun baru milik kaum Muslimin. Tahun baru Islam adalah momentum yang baik sebagai sarana untuk melakukan introspeksi diri (muhâsabah) atau evaluasi diri, sejauh mana keinginan kita untuk menemukan dan memperbaiki berbagai kekurangan kita di masa lalu serta sejauh mana waktu dan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT dalam mengarungi kehidupan ini dapat dimanfaatkan dan lebih bermakna. Baik itu berkaitan dengan hubungan manusia dengan Sang Khalik (hablum minallâh) maupun antara manusia dengan sesama manusia serta alam semesta (hablumminannâs walbî’ah). Pergantian tahun terkadang begitu saja berlalu, tanpa sedikitpun memberikan kesan dan pelajaran. Seolah-olah hidup tak lebih dari sekedar menikmati hak yang diberikan Allah SWT, tanpa nilai tanpa tanggungjawab. Betapa banyak peluang yang terbuang. Betapa banyaknya waktu berlalu tanpa nilai. Maha benar Allah dalam firman-Nya, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan menatapi kesabaran,” (QS. Al-‘Ashr (103) :1-3). Sejauh apa pun waktu ke depan, jauh lebih dekat daripada satu detik yang lalu. Karena waktu yang berlalu walaupun satu detik tidak akan bisa dimanfaatkan lagi dan tidak pernah kembali. Ia sudah jauh meninggalkan kita. Begitupun dengan berbagai kesempatan yang kita miliki. Kalau kesempatan itu lewat maka hilanglah sudah momentum yang bisa diambil, karena belum tentu kita bisa berjumpa pada hari esok. Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu, sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu.

Dalam Alquran disebutkan bahwa orang-orang beriman selalu memaknai dan memanfaatkan waktu. Orang beriman akan menganggap bahwa waktu adalah pahala dan mengisinya dengan berbagai aktifitas dakwah dan rutinitas beramal, baik amal ibadah maupun amal sosial. Rasulullah saw bersabda ” Sebaik-baik manusia ialah orang yang dipanjangkan umurnya dan banyak amal ibadahnya”. Sesungguhnya sangat banyak hal yang bisa kita lakukan dalam mengisi ruang waktu yang disediakan Allah Swt hanya saja apakah manusia itu memiliki kemampuan untuk mengisinya dengan amalan-amalan yang berkualitas dan penuh optimisme dalam rangka pencapaian kualitas amal tersebut.

Tahun ini saja bangsa Indonesia dihadapkan dengan berbagai musibah bencana alam yang terjadi secara beruntun sepertinya kita mengalami hari-hari yang penuh kesedihan dan berkabung (ayyâmul ahzân wal hidâd) pelecehan harga diri bangsa dengan banyaknya penyiksaan yang dilakukan terhadap TKI dapat dijadikan media bermuhasabah, kenapa hal itu bisa terjadi? Keterpurukan kita saat ini sangat jelas antara lain karena terjadinya disharmoni hubungan komunikasi kita dengan Allah dan buruknya hubungan kita dengan sesama khususnya dengan lingkungan hidup. Buruknya muamalah kepada sesama makhluk berkaitan erat dengan renggangnya hubungan kita kepada Allah. Banyak dari kita berpaling dari-Nya, sehingga berakibat buruknya pergaulan kita dengan sesama.

Pergantian tahun sebenarnya memiliki makna berkurangnya jatah waktu, bertambahnya umur, semakin dekat dengan kematian dan semakin dekat dunia kiamat. Begitu banyak waktu terbuang, mengisi hari-hari hanya digunakan untuk santai, hura-hura, pesta pora, bahkan kadang digunakan untuk kemaksiatan. Betapa kita lebih mudah menghitung kelalaian dan kemaksiatan yang kita kerjakan daripada keshalihan yang kita tularkan.

Bekilas balik dengan peristiwa tahun lalu maka dalam tahun baru ini, kita senantiasa berusaha untu menjadi hamba Allah SWT yang taat akan perintahnya, dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhi segala larangannya. Dan bukanlah Allah SWT telah berfirman bahwa manusia adalah hambanya yang memiliki tugas untuk beribadah. Kalaulah di tahun-tahun lalu kita masih sering melakukan berbagai kekurangan, maka marilah kita kejar kekurangan-kekurangan itu dengan semangat memperbaiki diri menuju kesempurnaan, baik itu dalam beribadah, bekerja, bermasyarakat, dan berkreasi.

Introspeksi diri dalam menyambut tahun baru hijriah, adalah sangat-sangat perlu bagi kita untuk berkaca diri, menilai dan menimbang amalan-amalan yang telah kita perbuat, penilaian dan penimbangan ini bukan hanya untuk mengetahui seberapa besar perbuatan kita. Tapi itu semua dilakukan untuk mengendalikan semua bentuk amalan perbuatan yang hendak kita lakukan dengan penuh pikiran, pertimbangan, dan pertanggung jawaban. Sebab dan terkadang manusia yang tidak pernah bercermin diri bagaikan binatang liar yang terlepas dari jeratan, ia akan berlari dengan sekencang-kencangnya dan melompat dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan kalau itu akan mebahayakannya kembali. Manusia yang demikian akan berbuat sekehendak hatinya, tanpa berpikir dan pertimbangan, yang pada akhirnya ia akan terjatuh ditempat yang sama dan meratapi perbuatannya dengan berulang-lang kali, sungguh malang nasibnya jika setiap tahun ia harus terjatuh dan terjatuh lagi ditempat yang sama.

Dalam peningkatan kualitas dan kuantitas amal kita dalam rangka pencapaian derajat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, semoga prestasi amal dalam segala aspek kehidupan kita jauh lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Dengan masuknya tahun baru hijriah, selayaknya dihayati secara khusus sebagai upaya kebersahajaan dari masing-masing kita untuk merenungkan kelalaian dan kekeliruan, seraya berfikir tentang perubahan bagi diri, keluarga, masyarakat dan negeri kita.
Wallâhu A'lam

0 Responses to “MEMASUKI TAHUN BARU PENUH OPTIMISME”

Posting Komentar