IBU : PENCETAK DAN PEMBINA UMAT
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra:"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw, lalu bertanya, 'Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?' Rasulullah menjawab, 'Ibumu'. Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah menjawab, 'Kemudian ibumu'. Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah menjawab, 'Kemudian ibumu.' Dia bertanya lagi, 'Kemudian siapa?' Rasulullah menjawab, 'Kemudian bapakmu'." (HR. Al-Bukhari).
Petikan hadis di atas mengisyaratkan sebuah pemahaman bahwa kedudukan berbakti kepada ibu berada dalam peringkat utama yang penyebutannya dalam hadis di atas sebanyak tiga kali kemudian disusul dengan berbakti kepada bapak sebanyak satu kali. Mengapa Rasulullah Saw menekankan pentingnya berbakti kepada ibu itu sampai diulang sebanyak tiga kali baru setelah itu kepada bapak? Menurut Ibnu Katsîr bahwa Allah mengkhususkan berbuat baik kepada seorang ibu dikarenakan seorang ibu mengalami proses yang cukup berat ketika mengandung anaknya mulai dari masa kehamilan muda yang harus berperang dengan kondisi tubuh yang rentan sampai usia kehamilan yang sempurna mengalami keletihan dan kepayahan yang berlipat ganda, ditambah lagi ketika akan melahirkan rasa sakitnya semakin besar dan rela mempertaruhkan nyawa demi anak yang dikandungnya selama sembilan bulan agar keluar dari rahimnya dengan selamat. Setelah melahirkan maka tugas lainnya terus menanti yaitu menyapihnya selama dua tahun serta mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik.
Selain itu kedekatan seorang ibu kepada anaknya akan terus terasa hangat karena anak itu sebelum hadir ke dunia ini berada dalam alam rahim. Alam rahim yaitu alam yang penuh dengan kasih sayang. Karena Rahim bermakna kasih sayang. Sehingga kedekatan emosional berupa rasa kasih sayang seorang ibu kepada anaknya akan terus bersemayam pada diri seorang anak sepanjang hidupnya. Atas dasar inilah Rasulullah Saw juga memuliakan seorang ibu dengan mengatakan bahwa : “ surga itu berada di bawah telapak kaki ibu.” Dalam Islam perbincangan tentang ibu ini mendapat perhatian tersendiri dalam Alquran sebagaimana diisyaratkan dalam
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa meskipun kita diwajibkan berbuat baik kepada ibu, namun kita dilarang untuk mengikuti agama seorang ibu yang berbeda dengan kita, sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah Saw seorang sahabat yang bernama Sa'ad bin Malik yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan ibunya. Sa’ad sendiri menyadari bahwa sesungguhnya turunnya
Ibu dalam bahasa Alquran disebut dengan “ umm”. Dalam
Quraish Shihab mengatakan bahwa dari kata umm dibentuklah kata imâm dan ummat/ummah. Meskipun dari kata yang sama itu dibentuk kata imam (pemimpin) dan ummat/ ummah namun kesemuanya bermuara pada makna “ yang dituju “ atau “yang diteladani”, dalam arti pandanan harus tertuju pada umat, pemimpin dan ibu untuk diteladani. Umm atau ibu melalui perhatiannya kepada anak-anak , keteladanannya (uswatun hasanah) , serta perhatian anak kepadanya dapat menciptakan pemimpin-pemimpin dan bahkan membina umat. Sebaliknya, jika yang melahirkan seorang anak tidak berfungsi sebagai seorang umm, maka umat akan hancur dan pemimpin (imam) yang wajar untuk diteladani pun tidak akan lahir.
Ketika Alquran menempatkan kewajiban berbuat baik kepada orang tua khususnya kepada ibu pada urutan kedua setelah kewajiban taat kepada Allah, bukan hanya disebabkan ibu memikul beban yang berat dalam mengandung, melahirkan dan menyusui anak. Tetapi juga karena ibu dibebani tugas menciptakan pemimpin-pemimpin umat. Fungsi dan peranan inilah yang menjadikannya sebagai umm atau ibu. Demi suksesnya fungsi tersebut, Allah menganugerahkan kepada kaum ibu struktur biologis dan ciri psikologis yang berbeda dengan kaum bapak. Peranan ibu sebagai pendidik generasi bukanlah sesuatu yang mudah. Peranan itu tidak dapat diremehkan atau dikesampingkan. Namun demikian, ini bukan berarti bahwa ibu harus terus-menerus berada di rumah dan tidak mengikuti perkembangan . juga pada saat yang sama, ia tidak berarti bahwa harus menelusuri jalan yang di tempuh oleh kaum bapak.
Ibnu Hazm seorang ulama tafsir dari
“Selamat hari Ibu .. kasih ibu sepanjang masa “
Wallâhu ‘alambisshawwâb
0 Responses to “UNTAIAN KATA BUAT UMMI”
Posting Komentar