Minggu, 14 Maret 2010

sosok Umar

Merindukan sosok Umar ibn Khattab
Fatma Yulia

حَكَمْتَ فَعَدْلْتَ فَأَمِنْتَ فَنِمْتَ يَا عُمَرُ
“ Engkau memutuskan hukum maka engkau berlaku adil, lalu keamanan negerilah yang membuat engkau tidur wahai Umar”

Petikan kalimat di atas merupakan ungkapan seorang utusan raja Kisra dari Persia ketika ia ingin bertemu dengan Umar ibn Khattab khalifah yang kedua dari khulafaurrasyidin. Kunjungan utusan raja kisra ini ingin melihat bagaimana kepribadian Umar yang digambarkan oleh masyarakat bahwa ia merupakan pribadi yang tawadhu’ namun tegas dan adil. Sepanjang perjalanannya ia mendiskripsikan dalam bayangannya bahwa Umar ibn Khattab Amirul Mukminin ini tinggal di sebuah istana yang sangat megah seperti istana yang dimiliki oleh raja mereka Kisra dan memakai pakaian yang penuh dengan pernak-pernik dari emas dan seluruh kemegahan serta atribut yang selalu menjadi kebanggaan seorang raja. Namun bayangannya tersebut sungguh berlawanan seratus persen, manakala dia melihat sosok Umar khalifah kaum muslimin ini tinggal di rumah seperti rumah masyarakat pada umumnya yang tidak ada tanda-tanda kemewahannya, bahkan tempat tidurnya adalah tanah di bawah pohon dan pakaiannya adalah pakaian layaknya manusia biasa bahkan lebih murah dan lebih sederhana lagi. Tidak dilengkapi dengan emas maupun perhiasan layaknya seorang raja, dan beliau juga tidak melihat para pengawal yang menjaga dirinya sebagai bodyguard (paspampres).
Kenyataan inilah yang membuat utusan tersebut mengucapkan kalimat di atas. Cuplikan kisah ini hanyalah sebahagian kecil saja dari kisah Umar ibn Khattab ra yang sesungguhnya apabila kita banyak membaca dalam buku-buku sejarah Islam tentang kepribadian Umar ibn Khattab ini kita akan merasa kagum bahkan terkadang mungkin kita merasa kecil dan tidak berharga karena antara amanah yang dibebankan sebagai pelayan umat tidak sebanding dengan besarnya tuntutan kemewahan yang diperebutkan.
Umar ibn Khattab ra, selain sahabat Nabi Muhammad saw beliau juga adalah mertua bagi Rasulullah Saw karena menikah dengan anak perempuan Umar ibn Khattab yaitu Hafshah. Umar ibn Khatab memperoleh hidayah masuk Islam di tangan saudara perempuannya yang bernama Fatimah ketika ia mengetahui bahwa adiknya ini telah lebih dahulu beriman kepada Rasulullah Muhammad Saw. Namun hidayah yang Allah berikan kepadanya ini menjadi salah satu sumber kekuatan bagi kaum muslimin. Setelah masuk Islam Umar termasuk sahabat yang sangat istiqomah dalam menjalankan Islam. Abu Dzar al-Ghifari mendengar Rasulullah Saw pernah bersabda “ Sesungguhnya Allah telah meletakkan kebenaran pada lidah Umar dan dia berbicara dengan kebenaran tersebut.” (HR. Ibn Majah dan dishahihkan oleh Albaniyy).
Imam Mujahid mengatakan bahwa “Adalah ‘Umar berpendapat tentang sesuatu, kemudian al-Qur’an turun sesuai dengan pendapatnya tersebut.” Diantara pendapatnya tersebut dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa suatu kali Umar ra berkata, “Aku sesuai dengan Rabb-ku dalam tiga hal apabila aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita jadikan maqam Ibrahim (tempat berdiri Nabi Ibrahim waktu membangun Ka’bah) sebagai tempat shalat?’, maka turunlah ayat, “Dan jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat shalat” [QS. al-Baqarah (2): 125], kemudian perkataannya yang kedua kepada Nabi Muhammad Saw adalah, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ikut masuk kepada istri-istrimu orang-orang yang baik dan yang fasik, maka perintahkanlah istri-istrimu untuk berhijab”, maka turunlah ayat hijab, “ wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenali, sehingga mereka tidak diganggu, dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. [QS. al-Ahzāb (33): 59]. Pernah istri-istri Nabi bersepakat dalam ghīrah (kecemburuan) maka aku berkata, “Jika Nabi menceraikan kalian, boleh jadi Rabb-nya akan memberi ganti untuknya dengan istri-istri yang lebih baik dari kalian”, maka kemudian turunlah ayat [QS. at-Tahrīm (66): 5] (HR. Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim ada tambahan, “Dan dalam masalah tawanan perang Badar).
Ketika beliau menjabat sebagai khalifah banyak prestasi yang beliau torehkan buat sejarah Islam diantaranya yang termasyhur sampai sekarang adalah penanggalan kalender hijriah yang dihitung sejak Rasulullah Saw hijrah ke Madinah.
Dalam bidang pemerintahan baik kebijakan dalam negeri maupun luar negeri juga banyak dilakukannya antara lain pembentukan propinsi yang dikepalai oleh seorang wali atau kita kenal sekarang dengan istilah gubernur, pembentukan berbagai departemen untuk membantu kerja gubernur, penertiban keuangan negara dari praktek-praktek korupsi dengan membentuk badan pengawas keuangan dan perpajakan (muhasabah diwanulmaliyywalkharaj). Kebijakan luar negeri yang dilakukannya antara lain Memiliki rekor terbesar dalam sejarah penaklukkan dengan damai(futuhat) ke berbagai negara di luar Arab pada masa khulafaurrasyidin diantaranya Palestina bahkan sampai ke India pada waktu itu.
Sosok Umar ibn Khattab dari personalitinya dikenal sebagai orang yang sangat adil dan gelar yang disandanganya juga adalah “ al-faruq” yang artinya pembeda bahkan gelar yang sangat populer melekat pada dirinya adalah al’adil. Sehingga kaum muslimin pada saat itu ada yang menyebutnya sebagai khalifah ‘umar al’adil. Keadilannya tersebut bersifat mutlak artinya bukan karena ingin menzhalimi atau bahkan karena rasa cinta kepada sesuatu. Sebuah peristiwa tentang sifat keadilannya ini adalah ketika seorang gubernurnya di Mesir bernama ‘Iyadh bin Ghunam mengkhianatinya dan berlaku tidak amanah maka ia mengirimkan sebuah tongkat dan jubah dari wol serta seekor kambing sebagai sindiran bagi gubernur tersebut untuk kembali menjadi pengembala kambing sebagaimana profesi yang dijalaninya sebelum menjadi khalifah. Atau dalam hal penggunaaan harta negara (baitumal) saja dia meminta izin kepada kaum muslimin untuk menggunakannya, peristiwa ini terjadi ketika beliau sakit dan dokter menyarakannya agar meminum madu sedangkan madu itu hanya ada di baytulmal, maka ia mengatakan : ” jikalau kaum muslimin mengizinkanny akan aku ambil namun jika tidak maka haram bagiku ”. Beliau selalu menegur para gubernur yang dengan semena-mena menggusur rumah penduduk meskipun bukan seorang muslim. Sehingga apabila dia mendengar ada laporan dari masyarakat tentang penggusuran yang semena-mena ini beliau langsung menegurnya dengan keras.
Kisah lainnya yang menceritakan keadilan Umar adalah seorang Mesir dari suku Qibthi yang mengadakan perlombaan pacuan kuda dengan Muhammad ibn ‘Amru ibn ‘Ash seorang anak dari gubernur Mesir, dimana perlombaan tersebut dimenangkan oleh orang Mesir tersebut. Kemenangan ini membuat Muhammad anak gubernur Mesir marah dan memukulnya sambil mengucapkan bahwa dia berani mengalahkan anak seorang pembesar. Ketika Umar ibn Khattab melakukan kunjungan kerja ke Mesir, orang Mesir ini mengadukan perihal masalah yang diadukannya kepada Umar dan dengan segera Umar memanggil gubernur dan anaknya tersebut. Ketika keduanya berada di hadapan Umar, Umar memberikan tongkat kepada orang Mesir tersebut dan menyuruhnya untuk memukul anak gubernur tersebut. Dan umar memperingatkan gubernur Mesir ‘Amru bin’Ash dengan perkataannya yang masyhur “ Kapan engkau menjadikan seorang manusia itu menjadi budak sedangkan dia dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan merdeka?” mendengar hal ini gubernur Mesir dan anaknya ketakutan.
Sifat tawadhu’ Umar ibn Khattab dilihat dari kebebasannya berbaur dengan berbagai kalangan masyarakat mendengar keluhan dan curahan hati mereka dan mencarikan solusi agar hati masyarakatnya menjadi tenang. Beliau juga bekerja sebagai pedagang padahal dia adalah seorang khalifah. Diantara kisah yang sangat masyhur dari ketawadhu’an Umar ibn Khattab adalah ketika ia melakukan inpeksi mendadak (sidak ;kalau bahasa pejabat kita) ke rumah-rumah kaum muslimin pada malam hari pada waktu itu dia mendengar suara tangisan anak-anak dari keluarga miskin yang belum tidur karena kelaparan, melihat hal ini dia menangis dan merasakan dosa yang amat besar atas kelalaiannya ini. Dengan segera ia mengambil sekarung gandum dan memikul sendiri di atas pundaknya untuk selanjutnya memasakkan gandum tersebut sampai keluarga tersebut kenyang dan dapat tertidur dengan tenang yang ini semua dia lakukan sendiri. Keutamaan ibadah ‘Umar tidak diragukan lagi beliau adalah ahli ibadah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:“Wahai Ibnu al-Khaththab (‘Umar), demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan menemuimu berjalan di satu jalan melainkan ia mengambil jalan lain yang bukan jalanmu” (HR. Bukhari dan Muslim). ‘Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: “ Sesunggguhnya aku melihat setan, jin dan manusia lari dari Umar” (HR. at-Tirmidzi).
Keteladanan yang ditunjukkan oleh ’Umar ibn Khattab ini semata-mata karena beliau mengikuti pribadi orang yang dicintainya yaitu Rasulullah Muhammad Saw sehingga kita juga harus dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh para sahabat-sahabat Rasul apalagi kalau kita mendapat amanah menjadi seorang pemimpin. Sekarang tinggal bagaimana para pemimpin kita dapat bersikap dan berlaku sebagaimana ‘Umar ibn Khattab sehingga terwujud keadilan, keamananan dan kesejahteraan. Tentu keadaan inilah yang sangat kita rindukan. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada ulil amri kita agar mereka seandainya saja mereka seperti ’Umar. Ya seandainya mereka seperti Umar...........

Wahu’alam bisshawwab wamuwafiq ilaa aqwaamithariq.

0 Responses to “sosok Umar”

Posting Komentar