Rabu, 02 September 2009

NUZUL QURAN

Semangat Nuzul Alquran
“ Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran” (QS: 2: 185)

A. Arti Nuzul Alquran
Salah satu keistimewaan diantara banyaknya keistimewaan pada bulan Ramadhan adalah Peristiwa nuzul Alquran yang menjadi satu rekaman sejarah dalam kehidupan Nabi SAW yang terjadi pada malam Jumat, 17 Ramadan, tahun ke-41 dari usia Nabi Muhamad SAW. Perkataan ‘Nuzul’ berarti turun atau berpindah dari atas ke bawah. Bila disebut bahwa Alquran adalah mukjizat terbesar Nabi SAW maka hal ini memberi makna yang besar kepada umat Islam terutamanya yang serius memikirkan rahasia Alquran. Alquran berarti bacaan atau himpunan. Di dalamnya terhimpun ayat yang menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan mulai dari tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, sains, teknologi dan sebagainya. Kita sering mendengar ungkapan Alquran yang sering dicantumkan dengan rangkaian kata yang lain seperti “Alquran mukjizat sampai akhir zaman” atau “Alquran adalah mukjizat’ yang menunjukkan bahwa Alquran benar-benar memiliki keagungan dan ketinggian.
Alquran adalah hidayah, rahmat, syifa, nur, furqan dan pemberi penjelasan bagi manusia.. Segala isi kandungan Alquran itu benar. Alquran juga dikenali sebagai An-Nur berarti cahaya yang menerangi, al-Furqan berarti yang dapat membedakan di antara yang hak dan batil dan al-Zikr yang berarti memberi peringatan. Dalam sejarah kehidupan Nabi SAW ayat Alquran yang mula-mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril ialah lima ayat pertama daripada surah Al-‘Alaq. “ Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhan mu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari segumpal darah beku; Bacalah, dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah, -Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.96:1-5). Surat Al-‘Alaq ini merupakan ayat pertama turun sekaligus sebagai pengangkatan Nabi Muhammad sebagai Rasul.
Sejarah proses turunnya Alquran menurut Ibnu ‘Abbas sebagaimana diungkapkan dalam tafsir Ibnu Kasir bahwa Alquran diturunkan dengan lengkap dari lauh al-mahfuz menuju bait al-izzah di langit dunia. Selanjutnya Alquran diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah Muhammad SAW sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berlangsung selama dua puluh tiga tahun.

Hikmah dan pelajaran dari nuzul Alquran
Tentu saja peristiwa nuzul Alquran ini tidak hanya diperingati hanya sebagai tanda mengenang peristiwa empat belas abad yang lalu saja. Tetapi lebih dari itu makna dan hikmah yang sangat penting adalah apakah kita telah benar-benar mengamalkan dan berpegang teguh kepada kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Peristiwa nuzul Alquran mengingatkan kita tentang ayat pertama turun yaitu ‘iqra yang berarti bacalah. Perkataan Iqra’ ini terulang sebanyak dua kali dalam surat Al-‘Alaq tersebut. Yang pertama bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu (bismi rabbika), dilanjutkan dengan ayat ketiga iqra’ warabbuka al-akram (bacalah dan Tuhanmu yang Maha Pemurah). Perintah membaca pertama menurut Quraish Shihab mengandung arti membaca secara umum, ayat-ayat Alquran maupun ayat-ayat kauniyyah dan kegiatan membaca ini juga meliputi kegiatan meneliti, menelaah, menghimpun dan sebagainya yang dikaitkan menyebut nama TuhanMu. Pengaitan ini merupakan syarat sehingga menuntut dari si pembaca bukan saja hanya melakukan kegiatan membaca semata tetapi juga harus memilih bahan-bahan bacaan yang mengantarkannya kepada hal-hal yang membuatnya selalu ingat kepada Allah. Sedangkan perkataan iqra’ yang kedua dirangkaikan dengan warabbuka al-akram yang mengandung makna bahwa Allah menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi seluruh hambanya yang membaca. Pada ayat ketiga ini Allah menjanjikan bahwa apabila seseorang membaca karena Allah, maka Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman-pemahaman dan wawasan keilmuan. Perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia, karena membaca merupakan jalan yang mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna. Membaca merupakan syarat utama untuk membangun peradaban. Abdullah Darraz dalam ­An- Naba’ al ‘Azhim menulis tentang Alquran sebagai berikut :
“ Apabila Anda membaca Alquran, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi bila Anda membacanya sekali lagi, akan Anda temukan pula makna-makna lain yang berbeda dengan makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai-sampai Anda (dapat) menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam, semuanya benar atau mungkin benar. Ayat-ayat Alquran bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil, jika Anda mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.” Makna dari ungkapan ini adalah bahwa redaksi ayat-demi ayat Alquran sungguh sangat indah dan mempesona dan sarat (penuh) dengan berbagai makna. Selain itu Alquran selaras dengan tingkat kecerdasan dan pengetahuan para pembacanya. Oleh sebab itu penafsiran atas Alquran tidak pernah kering. Dari masa ke masa akan terdengar atau terbaca sesuatu yng baru sesuai dengan perkembangan zaman dan pengetahuan. Layaknya seperti alam raya, dengan penelitian dan pengamatan terhadap Alquran seperti membuka tabir-tabir rahasianya yang belum tersentuh generasi-generasi terdahulu. Alquran merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa Alquran selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk mengajak manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap problema tersebut di manapun mereka berada.
Luas dan keberagaman tema Alquran merupakan hal yang sangat unik. la menembus sudut pandang paling kabur dalam pikiran manusia, menembus dengan kekuatan nyata jiwa orang beriman bahkan orang yang tanpa iman sekalipun untuk merasakan sesuatu dalam gerak-gerik jiwanya. Alquran juga mampu menembus batas dimensi waktu kepada masa lalu yang jauh dalam sejarah perjalanan ummat manusia sekaligus mengarah ke masa depannya dengan tujuan mengajarkan tugas-tugas masa kini. la melukiskan gambaran dan tanda-tanda yang mengundang manusia untuk segera menarik pelajaran darinya. Setelah pelajaran dapat ditarik kesimpulannya, ternyata jiwa manusia tanpa disadari terseret serta terpesona oleh kedalaman dan keluasan makna Alquran. Hal ini menunjukkan bahwa Alquran sebagai mukjizat terbukti menjadi modal kehidupan dunia dan akhirat.
Masihkah Alquran bersama kita?
Masihkah Alquran bersama kita merupakan pernyataan tegas terhadap sikap, prilaku dan kondisi internal keberagamaan ummat Islam di tengah arus modernisasi sebagai suatu proses perkembangan dalam peradaban manusia. Apalagi sekarang ini, ummat Islam Indonesia sedang menanti pemimpin baru yang dengan tulus ikhlas membawa perubahan struktural kondisi kebangsaan dan menjadi tiang penyanggah yang kuat dari rapuhnya keyakinan (tauhid) dan robohnya nilai-nilai sosial kemanusiaan bahkan mampu membuka bendungan ekonomi yang mensejahterakan setelah sekian lama tersendat oleh kepentingan ideologis maupun golongan tertentu.
Dengan semangat baru, Nuzulul Quran menjadi momentum efektif jika Alquran dijadikan sebagai solusi problem kehidupan yang memberitahukan tuntutan yang harus dilaksanakannya dalam membangkitkan berbagai niiai yang diinginkan dalam penyucian jiwa. Membaca Alquran sebagai jalan mencari solusi juga menyempurnakan ibadah lainnya. la dapat berfungsi dengan baik jika dalam membacanya disertai dengan adab-adab batin dalam perenungan, khusyu’ dan mentadabburinya yang akhirnya banyak mendatangkan manfaat berupa petunjuk dari Allah, inspirasi dan sumber imajinasi.
Membaca dan mentadaburinya dapat menambah kecintaan kepada Alquran. Bertadabbur berarti memperhatikan dan merenungi makna-maknanya. Bahkan Ibnu Mas’ud berkata, “Barang siapa yang menghendaki ilmu orang-orang yang terdahulu dan ilmu orang-orang yang akan datang, hendaklah ia mendalami Alquran“. Kitab Ummat Islam ini memberikan pedoman serta jalan yang lurus yang mampu menghindari buruknya kesesatan. Etika kehidupan dan akhlak karimah terangkum dalam Alquran. Bahkan, Rasulullah sendiri dibina akhlaknya langsung oleh Alquran. Akhirnya Nuzulul Quran di masa lalu membawa pesan yang sama di masa kini dan akan selalu menjadi landasan struktural yang abadi di masa mendatang. Allahumma ’adzhim raghbati filquran (Ya Allah besarkanlah keinginanku terhadap Alquran, Amin Ya Rabb Al’Alamin).
wallahu’alam

0 Responses to “NUZUL QURAN”

Posting Komentar