Rabu, 02 September 2009

Allah ar-Razzaq (Allah Maha Pemberi Rezeki)

Allah ar-Razzaq (Allah Maha Pemberi Rezeki)
“ Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh al-Mahfuzh).” (QS. Huud (11): 6).
Kita diciptakan oleh Allah dilengkapi dengan rezeki. Rezeki ditentukan setelah empat bulan di perut ibu. Rezeki ada yang baik atau yang buruk tergantung cara mengambilnya. Rezeki yang buruk karena cara mengambilnya yang buruk. Setiap makhluk sudah ada rezekinya. Apabila kita memperhatikan alam ciptaan Allah misalnya tumbuhan yang diciptakan dengan gerakan yang terbatas dan tidak memiliki gerakan yang lincah maka rezekinya yaitu makanannya didekatkan lewat akar. Melalui akar inilah tumbuhan memproses makanannya sampai memasak sendiri makanannya melalui fotosintesis yang terjadi di daun dengan bantuan sinar matahari. Allah sesungguhnya telah menjamin rezeki bagi tumbuhan ini. Begitupun hewan, rezekinya juga telah dijamin oleh Allah. Misalnya: singa, pada waktu bayi dia tidak bisa mengejar kijang. Untuk itu Allah menyediakan air susu di tubuh induknya. Ketika air susu berhenti, Allah menggantinya dengan makanan yang diburu induknya. Setelah besar ia berburu sendiri, makin kuat fisiknya makin tinggi kualitas ikhtiarnya.
Sama halnya dengan manusia, dalam perut ibu rezekinya masuk melalui tali ari-ari karena belum dapat berbuat apa-apa. Setelah lahir walau ari-ari digunting, tetap saja bertemu dengan rezekinya lewat air susu. Saat air susu berhenti, Allah menyediakan berbagai makanan yang kalau lapar tinggal menangis, maka rezekinya akan datang. Makin dewasa manusia harus makin gigih ikhtiarnya dalam menjemput rezeki karena Allah menyiapkan kekuatan fisik, akal dan indera perasa. Manusia tidak boleh malas bekerja mencari nafkah, karena hewan pun selalu berikhtiar untuk mendapatkan rezekinya. Rasulullah Saw terkesan kepada burung yang pergi pada pagi hari dengan perut kosong, tetapi setelah pulang pada sore harinya dengan perut kenyang. Maknanya adalah terbang atau bergerak tidak bisa didapatkan dengan sayap yang malas. Hewan yang tidak berakal saja mampu berikhtiar sampai bertemu dengan rezekinya maka mustahil manusia yang berakal tidak bertemu dengan rezekinya.
Menurut sebuah riwayat, suatu hari Nabi Sulaiman alaihissalam ingin mengetahui bagaimana Allah SWT memberikan rezeki kepada seluruh makhluk-Nya di dunia ini. Sehingga untuk membuktikannya ia bertanya kepada seekor semut, seberapa banyak Allah SWT memberikan rezeki kepada semut dalam satu tahun. Semut menjawab bahwa ia memperoleh rezeki sebesar sekepalan tangan sang Nabi. Mengetahui hanya sebesar itu tezeki yang diperoleh semut tersebut, rasanya sangat mudah bagi Nabi Sulaiman ‘alaihissalam untuk memberikannya. Sehingga kemudian Nabi Sulaiman membuat kesepakatan dengan semut untuk mau masuk ke dalam botol yang telah diisi dengan makanan sekepalan tangan Nabi Sulaiman dan semut setuju. Maka botol pun ditutup rapat. Setahun kemudian Nabi Sulaiman AS datang kembali kepada semut, ketika ia membuka botol tersebut ternyata didapatmya semut hanya memakan sebagian saja dari makanan tersebut Nabi Sulaiman heran dan kemudian bertanya kenapa makanan tersebut tidak dihabiskan. Bukankah semut telah mengatakan, kalau rezekinya dalam satu tahun dapat diperoleh sebesar kepalan tangannya. Mendengar pertanyaan itu semut menjawab dengan tenang: “Wahai Nabi yang mulia, memanglah benar apa yang hamba katakan bahwa hamba mampu memperoleh rezeki dalam satu tahun sebesar kepalan tangan yang mulia, namun itu terjadi pada saat hamba tidak berada di dalam botol ini. Dan pada saat itu hamba sangat yakin Allah akan memberikan hamba rezeki dan Allah tidak akan melupakanku walau sadetik pun, sehingga aku yakin Allah akan menjamin rezekiku. Tetapi kini, hamba yang lemah ini terkurung dalam botolmu, apakah kau bisa menjamin bahwa kau tidak akan lupa memberiku makanan kembali setelah satu tahun? Apakah kau berani menjamin hidup dan rezekiku di tanganmu Mendengar jawaban tersebut, Nabi Sulaiman ’alaihissalam pun tertegun, kemudian bersujud mohon ampun kepada Allah SWT dan melepaskan semut dari kurungan botol tersebut.
Sesungguhnya tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang sanggup menjamin kelangsungan rezeki makhluk lainnya, hanya Allah SWT-lah yang mampu melakukan hal tersebut. Allah Maha Mengetahui betul apa yang dibutuhkan para makhluk-Nya dan Allah tidak pernah menciptakan satu makhluk pun untuk hidup di dunia ini tanpa memperoleh rezeki. Satu hal lagi Allah tidak akan menukar rezeki yang telah Allah tetapkan. Namun sangatlah disayangkan, ternyata masih ada sebagian dari kita yang tidak yakin akan rezeki dari Allah SWT. Tidak sabar dengan rezeki yang telah digariskan oleh-Nya kepadanya, sehingga tak jarang di antara manusia itu sengaja melakukan jalan pintas dan salah, sehingga terjerembab dalam jurang masalah dan kesesatan yang sangat dalam. Ada yang mencarinya dengan mendatangi dukun, ada yang memperolehnya dengan jalan yang tidak halal seperti korupsi, manipulasi, dan sebagainya.
Padahal, Allah SWT sama sekali tidak pemah lupa akan janji-Nya. Adalah hal yang sangat perlu kita ketahui, bahwa Allah SWT memberikan rezeki kepada setiap makhuk-Nya sesuai ukuran yang tepat, tidak kurang dan tidak lebih. Artinya, Allah telah menentukan kadar rezeki setiap hamba-Nya, sehingga tidaklah perlu bagi kita untuk saling iri dan dengki pada rezeki yang telah diperokeh saudara atau pun tetangga kita. Rezeki merupakan misteri ilahi, artinya jangan pernah mengukur-ukur seberapa besar Allah SWT memberikan rezeki kepada kita atau pun orang lain, baik itu kapan, di mana dan bagaimana. Adakalanya Allah membatasi rezeki seorang makhluk untuk menghindari manusia itu berbuat sombong dan kerusakan ” Dan kalaulah Allah melapangkan rezeki bagi hambanya niscaya mereka akan berbuat kerusakan di bumi ini namun Allah menurunkan rezeki itu berdasarkan ukuran yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah terhadap hambanya Maha Mengawasi dan Maha Melihat.”(QS.Al-Isra’: 30). Selain hal tersebut membuat kita congkak, juga akan menimbulkan ketidak ikhlasan dalam hati kita atas apa yang kita peroleh dari Allah SWT selama ini ” Dan adapun manusia itu apabila diuji dengan dipersempit rezekinya maka dia mengatakan Tuhanku telah menghinakan aku.”(QS.Al-Fajr: 16).
Rezeki itu dijemput bukan dicari
Rezeki harus dijemput, bukan dicari. Artinya, sebenarnya Allah SWT telah menempatkan rezeki hamba-Nya pada suatu tempat yang sebenarnya pun telah diketahui oleh hamba-Nya. Tidak perlu bingung untuk mencari kemana dan di mana Allah SWT meletakkannya, tetapi cukup hanya membuat berbagai persiapan untuk menjemput rezeki tersebut. Kita tidak perlu khawatir, cemas, gundah gulana karena takut tidak memperoleh rezeki. Atau sebaliknya, tak perlu kita memaksakan diri untuk memperoleh rezeki sebanyak-banyaknya hingga melupakan hal-hal yang penting dalam hidup kita. Karena semua itu telah diatur oleh Allah SWT. Yang terpenting yang harus dilakukan adalah upaya maksimal untuk memberikan yang terbaik dari seluruh yang kita miliki dan ketahui demi memperoleh rezeki tersebut (profesional). Tidak cukup hanya itu, konsistensi terhadap keyakinan yang mantap kepada Allah SWT (tawakkal), bahwa Allah pasti memberikan rezeki bagi kita adalah sangat penting demi menjaga kita dari keputusasaan, sehingga melakukan jalan pintas yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Sesungguhnya Allah SWT menjamin seluruh rezeki makhluk-Nya. Mulai dari yang melata hingga manusia yang sempurna. Masihkah kita tidak yakin pada jaminan rezeki dari Allah? Apakah kita tidak lebih baik dari seekor semut di atas dalam hal ketaqwaan dan profesionalisme? Semua tergantung dari kemampuan dan kemauan kita dalam membaca sinyal-sinyal keberadaan rezeki yang dibebankan Allah SWT. Selain gigih berikhtiar mencari rezeki kita juga harus melakukan amalan yang disukai Allah. Allah menetapkan wadah yang sangat tepat untuk itu yaitu sholat dhuha. Sholat Dhuha merupakan sholat pembuka pintu rezeki. Membaguskan sholat dan memperbanyak amalan sholat sunat , memperbanyak istighfar , silaturahmi dan sedekah juga membantu membuka pintu rezeki. Allahummarzuqnaa rizqaan halaalaan thoyyibaan mubaarakan wa akfinaa bihalaalika ’an haraamika. Amin Ya Rabbal ’Alamin.(Ya Allah berikanlah kami rezeki yang halal lagi baik dan memperoleh keberkahan dan cukupkanlah kami dengan yang halal dan lindungilah kami dari yang haram).
Wallahu’alam bishshawwab.

0 Responses to “Allah ar-Razzaq (Allah Maha Pemberi Rezeki)”

Posting Komentar